Sha tersenyum kecil setelah membaca quotes dari penulis favoritnya. Sudah lama sekali ia tak membuka novel kesayangannya.
Pernikahan, urusan perasaan, cinta, kebencian, itu semua tidak sesederhana yang dilihat. Kadangkala tidak bisa dijelaskan, kadangkala dipenuhi kesalahpahaman, kadangkala dipenuhi kesedihan dan kemalangan
-Tere Liye-Mungkin dapat dibilang cukup relate dengan kehidupannya. Tepukan dipundaknya dan tangisan dari bayi kecil nan lucu membuatnya sekejab tersadar. Ia masih berada di dunia nyata.
"Sayang.. anak kita haus."
Sha mengangguk meraih anak perempuan pertamanya ke dalam gendongannya.
"Lucunya.." gemas Gibran menatap anaknya menyusu dengan mamanya.
"Anak Papa siapa yang paling cantik??" menoel-noel pipi gembul bayi yang baru menginjak tiga bulan.
"Gisha Harisson pastinya.."
Sha tersenyum kecil. Pria itu sangat cocok menjadi Papa yang asyik.
"Karena mamanya juga sangat cantik," godanya seduktif.
"Sudahlah Bran.."
"Uuuhh... pasti sangat nikmat bisa merasakan asi darimu," bisik Gibran seduktif.
"Astaga Bran! Jangan berpikir aneh-aneh!" menggeleng kepalanya jengah.
Gibran mengendikkan bahunya tak acuh. "Itu awalnya punyaku. Sebenarnya aku hanya meminjamkannya untuk mereka Gisha."
"Astaga kau sudah tak waras?!"
"Shhtt! Baby kita akan terganggu. Kita akan membahas nanti saja."
"Astaga Bran!"
Beberapa menit lengang. Mereka sibuk mengurus bayi yang rewel. Gibran kembali terpaku dengan payudara istrinya.
"Sayang.. apa aku boleh mencicipinya? Sudah satu dua tiga.. tiga jam aku tak meminumnya lagi." Ujarnya sudah benar-benar tergoda.
"Bran please."
Tak ada yang berubah dari sifat suaminya. Pria itu masih semesum itu.
***
Untuk pertama kalinya mereka bertiga terbang ke Amerika. Mereka berniat mengunjungi orangtua dan saudara-saudara mereka yang disana. Sudah lama sekali Gibran tak pulang ke tanah kelahirannya. Kini ia tak pulang dengan tangan kosong. Ia pulang membawa istri dan puterinya. Lengkap sudah kebahagiannya. Perjuangannya tak sia-sia.
Mereka tentunya disambut dengan suka cita oleh Mommy-Daddy, Mia-Hasan, Amelia-Kenan, Zain-Zehra dan Zara. Namun satu yang tidak hadir dan mereka bisa memakluminya, Zafer. Pria itu masih sibuk mengejar Viona.
"Wah cucu mommy cantik sekali.." menggendong cucu pertama mereka dengan suka cita.
"Cantik sekali seperti mamanya," takjub Zehra, adik ipar Skyla.
"Tapi Gisha sangat mirip dengan Gibran," celetuk Zain, adik William.
"Zain!"
"Tentu saja karena bibit unggul." Celetuk Gibran disahuti dengan tawa mereka.
"Kak.. selamat atas kelahirannya!" ujar Amelia, Mia dan Zara bergantian pada keduanya.
"Terimakasih.."
"Selamat juga atas pernikahan kalian berdua, Mia dan Amelia," ujar Sha dilanjutkan berbincang dengan adik-adik ipar yang bertambah cantik.
"Aku membawakan oleh-oleh khusus untuk kalian bertiga," ujar Sha.
Di sisi lain, Gisha sedang dikerumuni para kakek-neneknya. Bayi perempuan itu seperti sangat penurut.
Gibran beralih menatap pria yang sedari tadi memandangnya takjub.
Entah kenapa ia risih. Pria itu suami Mia yang baru ia temui kali ini. Pria yang aneh, pikirnya. Tapi memang ia setuju dengan pilihan adiknya yang satu ini. Terlihat baik-baik dan tidak aneh-aneh seperti yang satunya, Kenan. Ia sangat menyesal sudah melewatkan acara pernikahan kedua adiknya. Tentunya karena istrinya yang sedang hamil pada waktu itu.
"Kak Sha aku sudah menyangka ini akan terjadi. Kau dan kak Gibran memang berjodoh," celetuk Amelia diangguki Mia dan Zara.
Sha hanya menanggapinya dengan senyuman. Mereka pun menjauh dari kerumunan membentuk geng sendiri.
"Kau diam-diam menikah dan punya anak hah? Dasar teman tak setia. Kau tidak memberitahuku?!" ujar Kenan tak terima.
"Memang kau penting untukku?"
"Wah wah.. kau tak menganggapku rupanya. Tak apa. Aku bisa menerimanya," ujarnya dramatis.
Gibran melirik pria itu malas.
"Namaku Hasan.." pria yang dari tadi menatapnya menyodorkan tangan ke arahnya.
"Aku tahu. Aku Gibran, kau pasti tahu," menerima uluran tangan itu.
"Tentu saja."
"Dari tatapanmu kau sepertinya ingin menanyakan sesuatu, dude," ujar Kenan pada Hasan.
"Aku hanya ingin bertanya bagaimana agar bisa mendapatkan anak secara cepat?" tanya pria itu dengan polosnya.
"What?!" pekik Kenan terkejut. Namun kemudian ia menenangkan dirinya, ia juga ingin tahu bagaimana caranya.
"Kau hanya perlu sering bercinta dengan istrimu," Gibran tetap menjawab.
Sha yang dari tadi memasang telinga menggeleng jengah. Kadang pembahasan pria memang tidak penting. Astaga..
Pria itu kemudian menatapnya membisikan sesuatu padanya dari jauh, "I love you."
Sha mengulum senyumnya, "Love you too."
Percayalah, jika dia memang cinta sejatimu, mau semenyakitkan apa pun, mau seberapa sulit liku yang harus dilalui, dia tetap akan bersama kau kelak, suatu saat nanti. -Tere Liye-
Tamat
_______________________________________
Yee tamat, ada yang mau ekstra part? 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE HERZ ✓ (COMPLETED)
Historia Corta(Follow sebelum baca) Bagaimana jika salah satu sahabat terbaikmu memperkosamu? Apa yang akan kamu lakukan? --- "Jadilah istriku!" "Jangan gila Bran!" --- Cover by pinterest Buku keempat Big Boss and Me #2 in puisi