"Cukup Bran! Cukup!" pinta Sha lelah menjawab pertanyaan Gibran.
"Hmm.. sekali lagi aku bertanya. Apa kau benar-benar menyukaiku, sayang?" ia terus memastikan jika kemarin istrinya tidak sedang berbohong.
Pria itu terus kepikiran mendengar jawaban mengejutkan dari istrinya.
"Hemm.." rasa ini muncul begitu saja. Ia mulai menyukai pria ini. Bagaimana tidak? Pria ini memperlakukannya seperti ratu.
"Jadi benar kau sekarang menerimaku sebagai suamimu?"
"Iya Gibran.." jawabnya gemas.
Pria itu tersenyum lebar. Hatinya terasa meletup bahagia mendengar kabar menyenangkan ini. Akhirnya, wanita itu mengakui perasaannya. Walau hanya sebatas suka tapi ia sangat bahagia. Bahkan jika boleh ia ingin terjun ke laut saking girangnya.
"Aku juga."
Semua orang tahu jika Gibran menyukainya tanpa pria itu bilang.
"Apa aku boleh meminta satu hal, sayang?" meremas jemari istrinya lembut.
"Apa?"
"Tolong jangan pernah merubah perasaanmu padaku. Tapi, jika kau ingin memberi perasaan lebih padaku aku akan sangat bahagia," ujar pria itu menangkup kedua pipi istrinya. Kini ia takkan lagi memaksa.
Pria itu tersenyum gemas pipi itu semakin tembam dan lucu.
"Aku.." jawabnya ragu.
"Kumohon!"
"Oke."
"Hanya oke?"
"Jadi aku harus jawab apa?"
"Kau bisa menjawab 'aku janji Gibran, honey' atau 'aku akan mencintaimu besok, sayang."
"Aku janji Gibran, honey," ia memilih opsi pertama. Tapi, untuk yang kedua ia akan terus mengusahakannya.
"Oh.. shit.." ia tak tahu harus bereaksi apa mendengar istrinya memanggilnya honey. Itu terasa sangat.. menyenangkan.
"Kau harus selalu memanggilku honey," ujarnya membuncah bahagia. Makin cinta ia dengan istrinya yang manis.
"Aku tidak mau."
"What?! Why?!"
"Kau mengumpat tadi. Aku tak suka."
"Aku hanya keceplosan, sayang. Maaf.."
"Hmm.. apa kau sudah mengurus Viona?"
"Tentu saja sudah."
"Bagaimana caranya?"
"Adadeh.." pria itu sengaja menggoda istrinya.
"Gibran, katakan padaku!"
Pria itu menggeleng kecil, "Oh tidak! Sebelum.."
"Apa?"
"Kau janji akan memberikannya?"
"Iya.."
"Jawab dulu 'iya Gibran honey.."
Sha memutar bola matanya malas, "Iya Gibran, honey."
Ia tersenyum lebar mendengarkan, "Okay."
"Jadi apa?"
"Bagaimana jika kita.."
Sha menaikkan alisnya menunggu kelanjutannya.
Pria itu membisikan sesuatu padanya, "Kita bercinta di bath up."
"What?!!"
"Oh.. apa ingin mencoba di kasur dulu?"
"Gibran.." ia tak tahu harus menyembunyikan wajah malunya dimana. Pria itu sungguh mesum.
"Bagaimana? Kau memilih yang opsi mana?"
***
Viona menimang-nimang ponselnya menunggu panggilan seseorang. Seharusnya, orang itu yang membujuknya bukan malah suaminya. Hah.. apa yang ia harapkan dari Sha. Sahabatnya memang baik tapi sedikit tidak peka.
Viona memangku dagu memandang seorang pria yang tertidur pulas di sofa apartemennya. Pria itu Zafer Hazan Harrison, sepupu dari Gibran. Kemarin, pria itu sibuk menjelaskan bagaimana perasaan sesungguhnya padanya. Entah ia harus percaya atau tidak tapi ia cukup nyaman dengan keberadaan pria itu. Pria yang berhasil membuatnya sadar jika Bimo bukanlah laki-laki yang baik. Tapi, lelaki berengsek yang membodohinya. Well, ia sadar jika ia juga bodoh saat itu.
Flashback on
"Aku pura-pura benci padamu karena sebenarnya aku takut jika kau menolakku. Sebab kau sama sekali tak sudi melirikku."
"Aku tidak.."
"Kau ingat kau pernah bilang jika berondong tidak menarik?"
"Oh.. oh ya?"
"Kau tahu aku tak berbeda dengan tipe priamu. Aku jago dalam banyak hal.. aku tampan, kaya.. tapi karena hanya masalah umur aku merasa diriku direndahkan."
"Aku sungguh menyukaimu Vio.. bukan hanya suka. Aku mencintaimu, tapi sayang.. kau terlalu bodoh malah mencintai Bimo si berengsek itu."
"Aku memilih mundur karena kupikir cinta tak bisa dipaksakan.. tapi karena Gibran aku berani berjuang untukmu. Aku sadar jika cinta harus diperjuangkan."
Flashback off
Viona tersenyum kecil. Jadi begini.. rasanya diperjuangkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/277904597-288-k166380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE HERZ ✓ (COMPLETED)
Short Story(Follow sebelum baca) Bagaimana jika salah satu sahabat terbaikmu memperkosamu? Apa yang akan kamu lakukan? --- "Jadilah istriku!" "Jangan gila Bran!" --- Cover by pinterest Buku keempat Big Boss and Me #2 in puisi