CHAPTER: 07

73.7K 4.4K 115
                                    

"Emang bener ya. Kepercayaan seseorang sulit didapat terlebih untuk orang asing."

—Viena Sylvaine.

¥¥

#HAPPY READING#

Don't forget to vote and comment. appreciate it while it's easy. someone's work is expensive.

♡♡♡♡

Suara petir yang menyambar bumi lagi-lagi membuat Viena harus menutup telinga dengan raut wajah cemas. Keringat dingin meluncur di dahinya. Viena memang tidak menyukai petir, terlebih petir bervolume besar seperti sekarang. Itu akan membuat jantungnya berdebu kencang menyebabkan sakit.

Cukup lama Viena mencoba sabar menunggu badai petir usai, nyatanya malah semakin parah. Udara dingin bisa Viena rasakan sekarang. Viena meringkuk di atas kasur. Gigil yang ia rasakan mengalahkan selumut tebal milik Shaka. Bibir pink gadis itu bergetar. Ia tiba-tiba teringat keluarganya.

Bagaimana kabar mereka?

Viena memejamkan mata menahan tangis.

Apakah baik-baik saja?

Viena harap mereka mencari sosoknya. Meskipun jika suatu hari tidak bertemu, Viena harap mereka sudah berusaha.

JEDEERRRR!!!

"SHAKAAA!" jerit Viena ketakutan. Pandangan Viena gelap. Ia tidak bisa melihat apapun di sekitarnya karena lampu telah padam.

"Shaka! Shaka lampunya padam. Shaka aku gak suka gelap!" Viena meraba-raba sekitar. Pintu kamar terbuka kasar. Viena terdiam, seseorang tiba-tiba memeluknya erat.

"Gak pa-pa. Ada gue." bisik Shaka lembut.

Viena menggeleng panik. "Tetep gak bisa. Nanti kamu pergi. Muka kamu juga gak keliatan, Shaka..."

Shaka menarik jemari Viena, membawanya untuk meraba wajahnya sendiri. "Ini gue."

Dalam diam Viena tertegun merasakan hidung mancung Shaka di jemarinya. Lalu Viena meraba bibir Shaka dan memeluk cowok itu erat.

Suara petir kembali menggelegar. Viena memejamkan mata dengan Shaka yang masih memeluknya. "A-aku mau tidur sama Shaka boleh?"

"Gue temenin lo sampe tidur aja."

"Gak mau, Shaka! Aku mau tidur sama Shaka. Kalau sendirian tuh takut. Petirnya gak berhenti-berhenti."

"Bahaya, Na."

"Bahaya kenapa sih? Justru aku sendiri makanya bahaya. Aku mau sama Shaka titik." Ujar Viena keukeh. Gadis itu menarik paksa Shaka agar berbaring di sampingnya. "Tidur sama aku, Shaka...! Aku takut!"

Shaka yang awalnya menolak jadi terpaksa berbaring di kasur. Ia tersentak ketika Viena memeluknya dengan posisi berbaring. Tangan Shaka terangkat, masih dalam keraguan besar cowok itu mengusap kepala Viena.

Senyum Viena mengembang. Entah kenapa ia suka ketika Shaka mengusap kepalanya.

Rasanya nyaman melebihi usapan tangan Alice.

"Shaka jangan pergi ya..." pinta Viena melas.

"Hm."

"Shaka jawab yang bener dong."

"Iya," Shaka menghela nafas. "Gue di sini."

Sialan. Kenapa gue jadi tegang gini? batin Shaka. Dari tadi ia diam itu karena tidak tahu harus berbuat apa di posisi seperti ini.

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang