CHAPTER: 02

105K 6.6K 262
                                    

Omg makasih sudah baca cerita hasil gabut saya ini uch terhura wkwkwk.

Diriku tahu kalian sedang baca cerita ini. Ayo vote dan komen sebagai tanda terima gaji😡

VOTE DOANG KOK AELAH!

KALIAN BERBANYAKAN, SAYA SENDIRI LOCH.

JANGAN JADI PEMBACA GELAP. ABSEN KOMEN KEK APA. BIAR SAYA TAHU SIAPA YANG BERJUANG DI CERITA INI JIKA CERITA INI SUKSES KELAK😌💓

♡♡♡♡

Ketukan dari luar membuat Viena bergegas meletakkan kemoceng di meja belajar. Viena berlari kecil menghampiri pintu dan membuka pintu.

"Selimut buat lo." Shaka memberikan selimut berwarna biru pada Viena yang diterima cewek itu.

Shaka diam sejenak memperhatikan Viena, lalu tatapannya ke belakang Viena. Dilihatnya kamar sudah rapih berbeda dari sebelum hari ini. Tercium bau wangi pula dari kamar itu.

Tunggu-tunggu... Wangi ini...

"Lo ambil dari mana pewanginya?!" pekik Shaka.

"Kamar mandi. Soalnya wangi." ucap Viena enteng.

"Itu pewangi buat nyuci piring bodoh bodoh! Kenapa lo gak bilang dulu sebelum bertindak?!"

"A-aku gak tahu. Maaf..."

"Bodoh!" Shaka berjalan melewati Viena. Hidungnya mengendus-endus bau berasal. Dan ternyata bau wangi itu berasal dari seprai kasur. Shaka memejamkan mata menetralisir emosi yang akan meledak.

"Sabar... orang ganteng harus sabar..."

"Viena, lo tidur di kamar gue." cetus Shaka.

"K-kamu gimana?"

"Gue?" Shaka tertawa miris. "Gue tidur di sofa." Padahal dia pemilik apartemen ini!

"Makasih," kata Viena tidak enak hati.

♡♡♡♡

Pagi tiba, pagi ini Viena bangun cepat mungkin sekitar pukul 04.30 sepertinya. Viena mencoba menyapu lantai marmer abu-abu apartemen ini. Mencoba mengelap kaca sebisanya. Hanya saja Viena bingung cara memasak, ia tidak bisa memasak.

Paman itu- ah iya cowok itu belum bangun dari tadi, masih tidur nyenyak di sofa berukuran panjang dan besar. Viena rasa tidak sopan membangunkan orang yang sedang tidur. Jadi ia membiarkannya saja sampai pada akhirnya dipukul 06.00 cowok itu bangun.

Pertama-tama cowok itu berjalan ke dapur setelah melihat Viena ada di sana. Viena menoleh dan menggaruk kepalanya tidak tahu harus melakukan apa.

"Apa yang lagi lo kerjain?"

"Nyalain kompor, tapi gak tahu gimana cara nyalainnya..."

Shaka mendengus. "Biar gue." Viena mundur ketika Shaka mengambil alih tempatnya.

"Gue sekolah. Lo di rumah aja." ujar Shaka setelah selesai menyalakan kompor.

Viena menggeleng. "Mau ikut."

"Ngaco. Mana boleh. Ntar gue dimarahin."

"Gak pa-pa, aku tetep mau ikut." tekan Viena menegaskan. Viena memasukkan minyak ke dalam wajan.

"Lo di rumah! Jangan ngerepotin gue lagi!"

"Shaka..." Viena menatap melas Shaka.

Shaka yang ditatap seperti itu merasa ngeri. "A-apaan!"

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang