CHAPTER: 28

39K 2.8K 840
                                    

BTW KALIAN TU ASALNYA DARI MANA CIII??

Sapa tau deket rumahku wkwkwk.

Aku tau kalian cemangat baca, tpi jgn lupa komen dan vote tak! Maaciw.

Oh ya, aku up sebelum 900. Itu biar kalian ga lupa alur. TAPI PART INI BISA LAH SMPE 900( ◜‿◝ )♡

♡♡♡♡

CHAPTER 28: Shaka's fear.

♡♡♡♡

Setelah mampir ke kantin sekolah Shaka dan yang lain kini berada di UKS akibat paksaan Viena yang terus menerus meracau mengkhawatirkan luka di bibir Shaka. Tatapan Viena menjadi sendu melihat Shaka sedang diobati oleh Aldo, sedangkan ia duduk di sofa bersama Jhosep dan Aska. Di dekapannya terdapat air mineral dan banyak roti pemberian Shaka.

Demi Tuhan Viena sangat dimanja akhir-akhir ini oleh cowok itu. Semenjak kejadian identitas Viena terungkap Shaka menjadi semakin menjaga dan merawat Viena setulus hati. Apalagi Shaka sudah mengetahui bagaimana perasaannya pada gadis manis itu.

Tetapi Shaka masih belum berterus terang mengenai perasaannya pada Viena hingga detik ini.

"Shaka gak pa-pa?" tanya Viena lugu. Tatapannya benar-benar sangat polos.

Shaka melirik dari brankar. Aska sontak tertawa terpingkal-pingkal.

"Shaka butuh kehangatan, Na! Minta di peyuk." celetuknya.

Damn! Shaka melototi Aska hingga matanya mungkin akan keluar.

Aska hanya terkekeh geli.

"Shaka mau peluk?" tanya Viena pelan.

Tawa teman-teman Shaka pecah detik itu juga. Semakin menggelitik ketika wajah Shaka memerah menahan salting. Aldo yang melihat itu sontak mendorong bahu Shaka sembari terkekeh kecil.

"Apaan sih!"

"Apaan-apaan seneng kan lo, Sat?!" sungut Jhosep menggoda.

Shaka berusaha terlihat baik-baik saja disaat jantungnya berdebar tak karuan. Ia kemudian mendengus. "Yang ada gue yang angetin lo, Na." gumamnya tanpa kedengaran orang.

"Shaka gak mau ya? Aku bakal peluk Shaka biar Shaka baik-baik aja..."

"Panggilan untuk teman-teman Shaka yang paling anjing, dimohon keluar." ucap Aldo yang mengerti akan keinginan interaksi Shaka bersama Viena.

Setelah memberi godaan maut pada Shaka akhirnya mereka pergi satu persatu dari UKS. UKS yang sepi membuat mereka berani meninggalkan mereka berdua di dalam sana. Bisa gawat jika ada penjaga UKS di sini.

Kini tersisa Viena dan Shaka yang sama-sama terdiam di ruangan ini.

Shaka melirik Viena. "Sini. Bantu gue pasang plester."

Tanpa berkata-kata Viena mendekat dan duduk di sebelah Shaka.

"Lo beneran gak diapa-apain sama dia kan selain itu?"

"Iya, Shaka," sahutnya sembari meraih plester luka dan menempelkannya pada luka di bawah bibir Shaka. "Ini sakit?"

"Enggak."

"Shaka tuh serem kalau marah kayak tadi," celetuk gadis itu.

Shaka tersenyum kecil. "Lo makin cantik kalau diliat dari jarak sedekat ini, Na."

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang