Waduh pada gerak cepat ya. Gak nyangka aja udah 400 lebih vote. Sesuai janji, Author yg BUDIMAN ini segera update di hari vote sudah 400.
Sekarang pasti bisa dong ya sampai 500 VOTE? Bisa dong. Ya gais ya.
Part berikutnya menunggu~~~
♡♡♡♡
"Shaka, aku takut ke sekolah Shaka." ucap Viena di malam hari. Memang benar sobat. Malam hari adalah waktu yang tepat untuk overthinking. Contohnya seperti sekarang. Viena menikmati pikirannya yang kacau.
Sore ia tidur sampai pukul 8 malam dan kini matanya sulit sekali terpejam dipukul 10 malam.
Biasanya Viena paling rajin tidur pukul 9 malam. Itu pun paling lambat.
Viena tidak tahan kantuk kalau sore hari tidak tidur dahulu. Untung saja Shaka pun belum memasuki alam mimpinya di ruang tamu. Cowok itu masih bermain game di ponsel dengan lampu padam. Awalnya Viena kemari karena haus, namun berakhir duduk di karpet seraya melihat Shaka bermain game.
"Gue lebih takut lo ada di apart." sahut Shaka kemudian hening lagi.
"Aku di apart aja deh... lagian aku bisa kok mandiri."
"Buka itu, Mimin. Tapi tetangga depan apartemen gue yang rese."
"Mimin?" gumam Viena lugu. "Siapa Mimin?"
Shaka memutar bola matanya malas, tidak sengaja mendengar itu. "Lo tetep ikut gue."
"Shaka kan bisa kunci pintunya selagi aku di dalem."
Alis Shaka menukik tajam. Cowok itu melempar ponselnya ke perut karena posisinya sedang tiduran di sofa. Di kegelapan ruang tamu Shaka menatap Viena yang remang-remang terlihat. "Lo bukan binatang. Lo manusia dan gue pun manusia. Gue gak akan tenang ninggalin lo sendiri di sini walaupun pintu apartemen gue kunci dari luar."
"Tapi aku benci cewek tadi!"
"Itu salah lo, Mimin!"
"Mimin itu siapa?! Aku gak kenal Mimin!"
"Maksud gue, lo."
"Namaku Viena Sylvaine bukan Mimin!!" ucap Viena tajam.
Shaka tertawa puas. "Pokoknya lo yang salah."
"Lagian jangan bikin malu gue bisa? Jangan bikin gue di cap makin buruk sama sekolah gara-gara lo."
"Shaka kok ngomongnya gitu?" tanya Viena heran.
"Ya itu karena gue gak mau lo buat masalah lagi di sekolah."
"Iya, Shaka aku ngerti. Tapi bisa gak Shaka percaya sama aku?"
"Enggak. Gimana dong?"
Viena merengut kesal kemudian memukul kepala Shaka menggunakan bantal sofa.
Shaka mengadu kesakitan dan membalas perbuatan gadis itu dengan lebih kejam.
"Emang manusia gak tahu terimakasih ya lo!"
"Shaka jahattt! Gak percaya sama aku! Aku gak pernah berbuat jahat tahu!"
Lidah Shaka menjulur mengejek Viena. "Mana ada yang percaya sama lo. Lo itu manipulatif."
Viena sudah berancang-ancang berdiri. Setelah berdiri ia mendorong tubuhnya ke sofa tepat di atas Shaka. Dengan sekali dorongan tubuh mereka menubruk satu sama lain.
Kedua mata Shaka tentu melebar, bahkan sangat. Ia syok. Terlebih ketika Viena duduk di atas perutnya dan memukulinya dengan bantal.
"Shaka ngeselin! Shaka jelek! Jahat! Gantengan Rayan. Shaka suka banget bikin aku kesel huh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl [Completed]
Ficção AdolescentePrincess dunia real? Shaka baru mengetahui hal itu. Ia kira hanya cerita dongeng. Tapi... kini princess tersebut sedang berada di apartemennya! Karena menolong gadis polos itu dari preman-preman berwajah jelek Shaka kini harus mengurusnya di apartem...