CHAPTER: 11

59.1K 3.8K 249
                                    

Maaciw Votenyaa. Maaf telat update karena baru ada kuota ehehehe.

Bisa dong ya 500 vote lagi. Yuk semangat yuk. Kita barter♡♡♡♡

500 VOTE YGY.

¥HAPPY READING¥

♡♡♡♡♡

Untuk segala kehangatan dari yang pernah Viena rasakan. Mengapa pelukan Shaka yang menang? Entah tulus ataupun tidak. Viena merasakan betapa hangat dan nyamannya pelukan cowok ini. Rasanya ingin sekali dipeluk setiap saat olehnya. Namun Viena sadar. Siapa dirinya?

Ia hanya orang asing yang numpang hidup di apartemen Shaka. Kalau saja cowok itu tidak terpaksa, maka mungkin saat ini Viena sudah menjadi gelandangan di jalan. Meskipun rasanya beda dari rumah Viena yang terbilang sangat-sangat mewah dan besar. Namun tetap saja, Viena merasa punya rumah kedua di sini.

Langkah kaki Viena terhenti kala Shaka melepaskan pelukan mereka. Viena menatap lugu Shaka. Dari besment Shaka memeluknya mengira ia kedinginan padahal tidak terlalu.

Hanya saja Viena merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Kepala gadis itu berat sebelah. Mungkin migren. Dan badannya merasa lebih hangat dibanding biasanya.

Shaka mengusap rambut Viena lembut. Rambutnya mulai kering dan lepek.

"Mandi, terus bobo."

"Shaka mau ke sekolah lagi?" tanya Viena pelan.

Shaka mengangguk kecil. Sontak Viena menggeleng cepat dan segera menahan lengan Shaka. "Di sini aja..."

"Gue gak bisa bolos. Banyak catatan bersejarah gue yang harus di betulin."

"Berarti aku sendirian? Shaka gak pa-pa liat aku sendiri di sini?"

"Gue kunci pintunya, Na."

"Tapi, Shaka...." Wajah Viena memelas. Benar-benar tidak ingin ditinggal oleh Shaka.

Dalam hati, Shaka sebenarnya tidak tega meninggalkan Viena sendirian di apartemen. Namun di sekolah pun Viena pasti syok, meskipun Shaka tak tahu Viena terbawa suasana atau tidak. Bahkan gadis itu tidak menunjukan raut marahnya walaupun tadi bilang bahwa ia marah dengan Keysa.

Shaka mengusap pipi Viena lembut. "Lo tetep di sini."

"Shaka pulangnya bawa mochi ya buat aku..."

Shaka menyungging senyum tipis. "Iya. Mau rasa apa hm?"

"Rasa stroberi." sahut Viena lucu. "Sebelum pergi Shaka peluk aku dulu..."

Mendadak Shaka terdiam dengan mata melihat Viena. Shaka kini sadar bahwa tadi ia memeluk Viena di depan banyak orang. Astaga....

Mampus!

Jantung Shaka berdetak tidak normal. Bisa-bisa mereka berfikiran macam-macam. Dan kenapa pula Shaka harus memeluk Viena? Selama ini Shaka tidak pernah memeluk wanita kecuali Bunganya sobat! Wajar jika Shaka terkejut. Shaka salah tingkah pula.

Melihat Shaka yang diam membuat Viena inisiatif memeluk duluan. Viena tersenyum lebar ketika Shaka membalas pelukannya. "Shaka cepet pulang. Biar aku gak sendirian di sini."

"Gue janji." kata Shaka.

♡♡♡♡

"Nongkrong dulu gak bro?"

Shaka menggeleng. "Viena sendirian di rumah."

"Emang beda orang yang udah punya pacar ya. Bawaannya pengen nempel mulu." celetuk Jhosep.

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang