CHAPTER: 33

38.6K 2.9K 667
                                    

TEMBUS 1,2k lanjut dehh.

Sekalian mau revisi part selanjutnya🙏🏼

TERIMAKASIH YANG YANG SUDAH VOTE DAN KOMEN. KALIAN BAIK BANGET💕

Jangan lupa vote dan komen.

♡♡♡♡

Chapter 33: Promise.

♡♡♡♡

"Shaka mereka mengejar kita!" Viena memekik kecil.

Dari tadi jantung beserta pikirannya tidak bisa tenang mengetahui ada beberapa orang yang mengikuti mereka. Meskipun begitu Viena tidak berhenti berlari. Kaki kecilnya menjadi sangat bertenaga padahal seumur hidup Viena tidak pernah berolahraga.

Kak Sean benar. Seseorang akan menjadi lebih kuat jika di tempatkan ke dalam keadaan darurat. Viena merasakannya sekarang.

Tangan Shaka yang menggenggamnya erat menjadi salah satu kekuatan Viena saat ini. Begitupun dengan Shaka. Ia akan bertahan apapun yang terjadi selama Viena masih bersamanya.

Dor!

Viena memejamkan mata ketakutan. Suara tembakan tadi terasa sangat dekat di telinganya. Rupanya mengenai batang pohon di depan sana. Shaka mendengar itu sontak mendorong Viena masuk ke dalam mobil, lalu disusul dirinya. Kunci mobil Rayan sudah berada digenggaman laki-laki itu.

Sebelum pergi Rayan memang memberikan kunci mobil padanya. Dan berkata, "gue percaya lo bisa melindungi Viena lebih baik dari pada gue dan yang lain, Ka."

Shaka mencekram erat stir. Suara tembakan semakin terdengar.

"HEY!! MAU LARI KEMANA KALIAN?!!"

"SERAHKAN GADIS ITU!!"

"HEYYY!!"

"Persetan! Gue gak akan kalah dari lo semua para bajingan." desis Shaka dengan rahang saling beradu. Tanpa aba-aba Shaka menarik gas hingga mobil melesat sangat cepat.

Hari terlihat petang karena ini pukul 6 pagi. Awan mendung turut melingkupi dunia hari ini. Hanya bermodal lampu dari mobil itu sendiri Shaka meninggalkan kediaman Derovana dengan Viena di sisinya. Gadis itu sepertinya syok. Bukan hanya karena dikejar para penjahat seperti yang sudah pernah mereka lalui, tetapi karena suara tembakan-tembakan tadi.

Shaka tahu Viena baru mendengarnya sekarang.

Shaka menengok ke belakang. Tidak ada tanda-tanda mereka mengejar dan itu membuat hembusan nafas dilakukan olehnya. Shaka bisa bernafas walaupun tidak begitu tenang.

"Shaka..." Suara Viena terdengar sangat gemetar.

"Iya?"

"Shaka aku ngerepotin banget ya?"

Sial! Shaka mencekram erat stir mobil kala melihat kedua netra coklat Viena mengeluarkan air mata kesedihan. Shaka sontak menggeleng pelan. "Lo gak ngerepotin, Viena..."

"Tapi Shaka harus ngalamin ini semua karena aku. Karena cewek yang gak jelas ini." Air matanya meluruh begitu saja tanpa bisa dicegah.

"Seharusnya Shaka jangan mau waktu aku minta ikut saat itu... Seharusnya Shaka lari aja. Biar Shaka bisa hidup tenang tanpa ngalamin ini..."

Shaka masih fokus menyetir mobil padahal ingin sekali memeluk Viena yang kini menangis. Shaka ingin pula menghapus air matanya tetapi tangannya harus cekatan sebelum mereka mendapat kesempatan mengejar mobil.

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang