CHAPTER: 36

40.1K 3.1K 285
                                    

Heeeyyooo!!

DON'T FORGET TO COMMENT AND VOTE!!

Btw. Nanti akan dijelaskan secara bertahap yaw! Gak akan ada yang kelewat kok. Itu sudah dipastikan.

Tapi kalau ending ya masih blm tahu, sad or happy. Wkwkwk.

Don't judge!!

♡♡♡♡

CHAPTER 36: Pergi tanpa Berjumpa.

♡♡♡♡

Shaka mengibas sapu tangan yang ia dapat dari Rayan ke sembarang arah. Setelah airnya sedikit berkurang Shaka aplikasikan pada lehernya dan turun ke tangan, membersihkan darah segar milik Viena yang mengering.

Gerakannya ia buat setenang mungkin meskipun jujur saja Shaka gemetar melihat darah Viena. Rasanya masih tidak bisa di pacaya. Kejadian tadi terjadi begitu cepat tanpa perkiraannya.

Awalnya Shaka kira mereka tidak bisa mengejar sampai rumah Rayan. Namun ternyata rumah Rayan yang terbilang cukup aman untuk mereka bersembunyi masih bisa diketahui.

Bahkan mereka bisa menyusul ketika mereka kabur dari sana. Shaka mendesis menahan emosinya. "Gue gak bakalan bisa tenang..."

"Pelakunya... Keadaan Viena... Arghh makin sakit kepala gue!!" Shaka menggerutu kesal.

"Mana mata gue belum sembuh!" Shaka memperhatikan sebelah matanya yang sudah tidak diperban lagi.

"Tapi..." Shaka menggantung ucapannya saat mengingat percakapan antara dia dan David di bawah anak tangga beberapa saat lalu.

"Viena bukan tanggung jawab gue lagi. Apapun yang terjadi, gue harus balik ke apart gue. Viena udah aman kan?" tanyanya entah pada siapa.

Shaka menghela nafas panjang. Setelah memastikan dirinya benar-benar sudah layak untuk menemui orang laki-laki itu keluar dari toilet. Di lorong mata Shaka menyipit. Di depan ruang operasi Viena terdapat banyak orang. Mereka semua berdiri tegang.

Shaka sontak berlari membuat nafasnya semakin memburu. Shaka menepuk pundak Aldo. "Kenapa? Kenapa pada tegang gini?!"

"Keadaan Viena makin buruk, Ka," ujar Aldo sembari memandang nanar pintu ruang operasi.

"Dari tadi suster mondar-mandir. Terus Jhosep nanya kenapa suster keliatan gak tenang gitu... Ternyata Viena... keadaan Viena makin buruk."

"Astaga...." Shaka mengusap kasar wajahnya.

"Gak guna banget gue sialan..."

Mendengar itu Aldo maupun yan lain sama-sama menoleh. Mereka menatap tajam Shaka.

"Gak guna gimana?! Sejauh ini lo berperan besar di hidup Viena, Ka!" sungut Aska.

"Gue cuma mengulur waktu..." lirih Shaka.

"Bisa-bisanya lo bilang gitu. Heran gue sama lo. Secara finansial lo itu udah melakukan hal yang benar."

"Tetep aja." Shaka melirik David yang nampak mematung di kursi tunggu, berjarak lumayan jauh darinya berdiri. "Gue tetep gak guna."

"Gue gak becus," lanjutnya.

"Setelah Viena sadar dan bener-bener baik-baik aja, gue mau balik. Malu gue gak bisa jaga dia padahal udah sering janji."

"Parah sumpah. Malu gimana sih?!" kesal Aldo. "Lo itu—"

"Biarin aja. Dia tahu apa yang harus dia lakuin," gumam Rayan membuat teman-teman yang lain terdiam.

My Little Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang