Ana berkali-kali memukul tangan Raka, tapi pria itu tidak bergeming.
“Ih, lepaasss, Om! Tanganku sakit!”
Raka masih menggenggam pergelangan tangan Ana sambil mengusung senyum ringan. Senyum positif dan manipulatif. Siapa pun yang melihat senyuman itu tidak akan mungkin berpikir buruk tentangnya. Hal itu terbukti dengan beberapa orang yang berlalu lalang melewati mereka, hanya menatap kepada Raka dengan tatapan kagum sekaligus terpana.
“Ayahmu memintaku untuk menjemputmu pulang, Sayang,” ucapnya, masih enggan untuk melepaskan cengkramannya dari tangan Ana.
“Nggak ... nggak mau! Aku mau naik taksi aja,” balas Ana seraya menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“Kenapa nggak mau pulang sama Om?” tanya Raka sambil menarik tangan Ana.
Dengan angkuh, Ana mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Matanya yang berwarna coklat madu itu ia pusatkan sepenuhnya kepada Raka.
“Karena aku nggak suka sama Om!”
Hati Ana menciut saat senyum Raka tiba-tiba menghilang.
Matanya menggelap, dan berganti dengan aura yang begitu menakutkan untuk Ana.
“Tapi, Om suka sama kamu.”
Ana sulit untuk bernapas setelah kalimat itu keluar dari mulut Raka. Baru saja ia berusaha untuk menormalkan kembali pikirannya, tiba-tiba Raka menyeretnya menuju ke mobil milik pria itu.
“Om, sakit ....”
Suara rintih kesakitan milik Ana membuat Raka menengok ke belakang. “Apanya yang sakit? Om bahkan belum ngajak ena sama kamu,” ucap Raka vulgar sambil mengedipkan matanya kepada Ana, dan berhasil
membuat Ana melotot kesal.“Ih, mesum! Aku bakal bilang sama Papah!”
Seperti tahu bahwa Ana berniat akan kabur, Raka tiba-tiba menarik pinggang Ana, lalu mengangkat tubuh gadis itu ringan dengan kedua tangannya yang keras dan otot yang terbentuk di tempat yang tepat karena latihan gym yang ia jalani. Mungkin karena itu pula, wajahnya masih tampak awet muda. Begitupun dengan ‘miliknya’ yang masih kuat dan selalu on jika ia dekat dengan Ana.
“Kyaaaaa!!!” Ana sontak berteriak karena Raka menggendong dan memaksa dirinya untuk masuk ke dalam mobil.
“Sssttt …. Kalau nggak diam nanti Om cium,” ucap Raka begitu dekat dengan wajah Ana.
“Nggak ... nggak mau!” Ana menggelengkan kepala sambil berusaha menjauhkan wajahnya dari Raka.
Bibir Ana masih suci. Ia tidak mau dicium oleh pria mana pun, kecuali suaminya kelak. Tidak!!!
“Kalau begitu diam dan turuti Om.” Suara Raka menajam, dan Ana melihat tanda-tanda perubahan sikap pria itu.
“Jadilah gadis penurut dan Om janji nggak akan ngapa-ngapain kamu.”
“Belum saatnya,” lanjut Raka tanpa senyum.
Ana akhirnya diam dan memilih duduk tenang di jok penumpang bagian depan sambil memegangi tepian jok.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | END
RomanceWarning : Dewasa, Mature, kolaborasi E dan Ray ( 21+) "Om Raka udaaah..." "Relaks, sayang. Sebentar lagi..." Inilah kisah cinta Anastasia (20 tahun), sang mahasiswi cantik pecinta shopping, dengan pria paruh baya sahabat sang ayah saat berada di ban...