Malam Kedua di Vila! | 21+

102K 900 13
                                    

Ana tidak pernah merasakan pacaran sama sekali, dan sekalinya mengalami hal itu, ia malah mempunyai kekasih yang usianya terpaut jauh darinya—bahkan mungkin akan resmi menjadi suaminya minggu depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ana tidak pernah merasakan pacaran sama sekali, dan sekalinya mengalami hal itu, ia malah mempunyai kekasih yang usianya terpaut jauh darinya—bahkan mungkin akan resmi menjadi suaminya minggu depan.

Begitu cepat, tapi inilah takdir yang telah dituliskan oleh Tuhan.

"Huft ...." Ana sekali lagi mendesah.

Ana sedikit merasa tenang setelah Stevi diantar pulang oleh Tama, sekretaris pribadi Raka. Tidak ada lagi yang membuatnya merasa cemburu, tetapi kali ia harus bersabar menghadapi Raka.

Raka benar-benar mesum dan suka mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Kalau Papa nggak setuju gimana, Om?" tanya Ana saat mereka duduk santai di depan televisi.

"Papamu pasti setuju kalau kamu juga setuju, Sayang,"

ucap Raka tenang sambil memainkan ponsel genggamnya.

"Kok, Om bisa yakin, sih?" Baru kali ini Ana ingin memiliki kekuatan super, seperti membaca pikiran Raka, kekasih mesumnya itu. Namun, semua itu mustahil.

Raka meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu menoleh dan menatap Ana secara penuh. "Tentu saja yakin, Sayang."

Raka meraih pinggang Ana, lalu menariknya lebih dekat dengannya hingga rasa risih kembali dirasakan oleh gadis berpakaian pink itu karena begitu dekatnya mereka saat ini.

"Jangan pikirkan hal lain. Cukup pikirkan dan persiapkan dirimu untuk menjadi istri Om minggu depan."

Raka begitu gemas dengan gadis kecilnya itu. Diciumnya bibir Ana penuh cinta. Tangannya turut menjelajahi setiap jengkal tubuh Ana, dimulai dari payudara hingga tangan kiri Raka yang dengan cepat menelusup masuk melewati rok Ana lalu menyibak ke atas, membuat kulit paha gadis itu terlihat.

"Ihh, Om Raka udah ...." Dengan sekuat tenaga, Ana mendorong tubuh Raka yang masih saja bersikap mesum. Setelah berhasil menjauh, Ana buru-buru mengambil bantal sofa sebagai penengah ketika mereka duduk di depan televisi.

"Masa' peluk sama cium calon istri sendiri nggak boleh?" Goda Raka dengan senyum misteri.

Ana mendengkus kesal sambil membuang wajahnya dari Raka ke depan televisi yang saat ini menayangkan acara live penutupan Asian Games di Jakarta.

"Kalau cuma peluk sih nggak papa. Tapi, tangan Om suka nakal. Om juga suka cium sampai bibir sama leher aku sakit.

"Dadaku juga sakit. Aku nggak suka!" Ana menunjuk bibirnya yang telah sedikit bengkak, lehernya turut dihiasi tanda merah, dan dadanya pun tampak nyeri.

Raka mengulum senyum tipis. Ia lupa bahwa saat ini ia tengah mengencani gadis kecil yang di usianya saat ini sedang ingin dimanja dan diperhatikan olehnya. Tanpa pengalaman sama sekali. Sehingga tanpa dapat dicegah oleh Ana, Raka mengambil tangan kirinya. Sekali lagi, Raka menarik tangan Ana agar kembali menempel dengan tubuhnya. "Sini, Om lihat."

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang