Senyum Raka menghilang saat melihat Ana menutupi wajah dengan kedua tangannya, dan ... menangis?
“Ana?”
Raka tidak bermaksud untuk membuat Ana ketakutan. Ia masih ingat percakapan dengan seniornya saat di kampus dulu, Edo beserta istrinya.
“Aku akan menemani Ana sampai kalian pulang,” kata Raka percaya diri.
“Mungkin besok pagi, kami baru pulang,” Edo mengerutkan kening, ragu.
“Tidak masalah. Anggap saja ini adalah caraku untuk membuat Ana terbiasa denganku, mengingat sebentar lagi kalian akan melakukan perjalanan panjang ke luar kota.”
Edo mengangguk, dan wanita yang sejak semula diam seribu bahasa akhirnya ikut bersuara.
“Ana tidak biasa tidur sendirian, dan selama ini akulah yang menemani sampai Ana tertidur,” ucap wanita itu— Raya—duplikat dari wajah Ana versi muda.
Raka mengangguk. “Aku akan menjaga Ana.”
“Jangan menangis.” Raka meraih tangan Ana dengan awal yang cukup sulit, tetapi berubah mudah saat ia berhasil membawa tubuh gadis itu ke atas pangkuan, layaknya anak kecil. Ana masih menangis saat Raka memeluk dan mengusap punggungnya.
“Ssssttt ... jangan menangis. Om nggak ada maksud untuk buat kamu takut, Sayang,” ucap Raka begitu dekat dengan wajah Ana, dan sekali lagi, Ana merasa enggan untuk membalas tatapan Raka.
Ana memejamkan mata saat Raka mencium setiap inci di seluruh wajahnya, dan Raka bisa merasakan, tubuh gadis itu gemetar.
“Mau nonton film sama Om, nggak?”
Ana kembali membuka mata, dan kali ini tangisannya telah berhenti.“Non-nonton?”
Raka mengangguk, dan kali ini ia memberikan senyuman lembut kepada Ana. “Om nggak akan maksa. Itu hanya kalau kamu mau saja.”
Ana menatap Raka dengan wajah memerah, dan dengan sedikit malu-malu, akhirnya ia mengangguk. “Aku mau ....”
Ana begitu menggemaskan di mata Raka. Ia ingin sekali mencium bibir ranum dan penuh milik gadis itu. Namun, ditahannya dengan kuat-kuat agar Ana tidak takut lagi dengannya.
“Oke!” Raka menurunkan tubuh Ana dari pangkuannya.
Diciuminya pipi Ana penuh kasih, sebelum akhirnya berdiri dan menarik tangan gadis itu untuk ikut berdiri.
“Ayo, ikut Om.”
***
Ana berjalan mengikuti Raka yang saat ini setia menggenggam tangan rampingnya. Merasa bingung saat Raka membawanya ke salah satu ruangan di bagian terdalam rumah Ana.“Kok di kamar tamu?” Ana mengerutkan kening saat Raka menuntun dirinya menuju ke ruang tamu.
“CD filmnya ada di sini, Sayang.” Raka tersenyum, dan sebelum Ana dapat merespon, pria itu telah menutup
pintu kamar tamu.“Ayo!” Raka kembali menarik tangan Ana untuk duduk di atas tempat tidur menghadap layar televisi.
Ana baru sadar kalau kemeja dan jas hitam yang dipakai Raka siang ini telah ditanggalkan.
‘Apa malam ini Om Raka akan menginap di sini?’ tanyanya dalam hati.
“Itu film apa?” Ana bertanya dengan polos saat Raka memasukkan kepingan CD asing ke dalam kotak VCD player.
Raka menoleh dan hanya tersenyum kecil. “Film yang sudah lama pengen Om tonton sama kamu,” sahut Raka santai.
Kerutan di kening Ana semakin terlihat. “Apa maksud—”
Sebelum Ana dapat meneruskan kalimatnya, Raka telah duduk di sampingnya dan menarik pinggang Ana agar duduk lebih dekat dan merapat dengan Raka.
“Ihh ... Om terlalu dekat!” Ana berusaha menjauhkan diri, tetapi usahanya terhenti saat film itu mulai berputar.
Sangat mengejutkan. Ana menutup mulutnya saat adegan demi adegan menunjukkan sepasang laki-laki dan perempuan tengah ... bersetubuh!
“IIIH! OM RAKA MESUUMMM!!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | END
عاطفيةWarning : Dewasa, Mature, kolaborasi E dan Ray ( 21+) "Om Raka udaaah..." "Relaks, sayang. Sebentar lagi..." Inilah kisah cinta Anastasia (20 tahun), sang mahasiswi cantik pecinta shopping, dengan pria paruh baya sahabat sang ayah saat berada di ban...