Menjelang Pernikahan! |21+

66.5K 853 2
                                    

“Kamu cantik sekali, Sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu cantik sekali, Sayang.” Ana merasa panas di seluruh wajahnya saat Raka mengucapakan satu kalimat gombal lagi kepadanya.

Ana merasakan sensasi lembut dan hangat saat keningnya menyatu dengan kening Raka. Aroma tubuh Raka begitu menenangkan untuknya. Aroma parfum ini begitu kaya, dan sangat maskulin. Unsur-unsur dari woody, spicy, dan earthy memberikan kesan hangat, jantan, segar, sekaligus sensual
untuknya.

“Kalau wajahku sudah berkeriput, apa Om masih bilang kalau aku cantik?” tanya Ana polos.

Raka tertawa renyah, tetapi masih tetap memberikan kesan serius di matanya. “Cantik tidak selamanya bisa dilihat secara fisik, Ana.”

“Kamu cantik karena sikap dan cara bicaramu yang menggemaskan. Kamu cantik karena sikapmu yang manja. Kamu cantik karena di mata Om kamu memang selalu terlihat cantik,” lanjut Raka dengan kening masih menempel ketat di kening Ana.

Ana mudah sekali luluh. Orang-orang boleh menganggap dirinya begitu naif, tetapi inilah kenyataannya. Raka berhasil membuat Ana merasakan jatuh cinta untuk pertama kali dalam hidupnya.

"Om Raka harus tanggung jawab,” lirih Ana tiba-tiba, dan membuat Raka melepaskan kontak fisiknya sejenak dari Ana.

“Tanggung jawab?”

Wajah Ana kian merona, dan itu semua tidak luput dari penglihatan Raka.

“Sayang, cepat katakan. Tanggung jawab untuk apa?”

Rasa penasaran Raka semakin besar karena Ana tiba-tiba memilih bungkam dan mengalihkan mata darinya.

“Ehm ... nggak jadi ....” Ana berusaha keras untuk bergerak. Namun, Raka masih mengunci tubuhnya dengan menindih tubuhnya begitu kuat.

“Om ingin tahu. Cepat, katakan.” Ana telah berhasil membuat Raka penasaran.

“Ihh ... nggak papa, kok, Om.”

Ana mencoba mengelak dan membuang wajahnya ke samping. Termasuk saat ia berhasil mengubah posisi tubuhnya menjadi menyamping, tiba-tiba ia harus merasakan bibir pria itu menempel intim di lehernya. Untuk ke sekian kalinya, Raka mencumbunya.

“Ahh ... Omm Raka ....”

“Ini hukuman karena kamu nggak mau kasih tahu Om.”

Raka menciumi leher polos Ana, dan menyesapnya dalamdalam penuh nikmat.

Aroma mawar semerbak tubuh Ana begitu kuat dan membuat Raka kian bersemangat untuk menciumnya.

Tangannya tak luput untuk masuk ke dalam tanktop-nya, dan kembali menangkup salah satu bukit kembar milik Ana.

Kulit tangannya yang mengapal kasar bertemu dengan benda kenyal Ana yang halus bak sutra.

“Aahh … Omm ....” Ana tidak ingin mendesah, tetapi semuanya berakhir sebaliknya.

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang