Malam Pertama (21+)

109K 785 8
                                    

“Cantik sekali putri Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cantik sekali putri Mama.” Seorang wanita dengan mata coklat madunya itu tersenyum lembut kepada putri semata wayangnya yang juga mewarisi warna mata serupa milik Ana.

Mendapat pujian dari sang ibu tercinta membuat gadis berwajah oval itu merona, ceria.

Beberapa menit lagi Ana akan resmi melepaskan status single-nya menjadi seorang istri dari pria yang usianya terpaut jauh darinya. Begitu cepat, dan sekali lagi itu sudah menjadi kehendak sang penulis takdir hidupnya.

Ana akan menikah dengan Raka yang sebentar lagi akan berusia tiga puluh tujuh tahun.

“Semuanya sudah menunggumu di bawah, Ana.” Edo memotong percakapan antara sang istri dan putri tercintanya.

“Ayo, Sayang.” Raya menggandeng Ana untuk keluar dari kamar tidurnya, dan berubah fungsi menjadi ruang rias untuknya.

“Ma, aku takut ....” Ana merasakan tangannya berkeringat saat mereka berjalan berdampingan menuju ke ruang akad, yang tak lain berada di ruang utama rumahnya.

“Mama dulu juga begitu, Sayang.” Raya mengusap punggung tangan Ana dengan penuh keibuan. “Dulu Mama sampai ingin kabur karena takut.”

Raya sekilas mencuri pandang kepada suaminya, yang ikut mendengarkan percakapan mereka.

“Jangan lupa, ada Papa di sampingmu. Kalau Raka berbuat buruk kepadamu, cukup katakan kepada Papa.

Mengerti?” Edo ikut memberikan nasihat dengan mata tertuju lurus kepada dua orang yang begitu spesial di hatinya.

Ana mengangguk patuh, tetapi perasaan cemas yang sebelumnya berkurang kini kembali datang saat samar-samar ia mendengar kolega bisnis dan tamu spesial Raka telah duduk di tempatnya.

Ana sempat menundukkan kepalanya karena banyaknya para juru kamera yang ternyata datang untuk melihat acara akad nikahnya.

Ana mendesah lemah. Ia lupa bahwa calon suaminya adalah seorang direktur dalam dunia model dan hiburan.

Ana meremas jari tangannya yang lentik dengan kuat untuk menghilangkan rasa gugupnya. Bisikan-bisikan positif dan negatif sempat didengar olehnya, dan membuatnya semakin dilanda gelisah.

Usianya jauh sekali dengan Raka. Jangan-jangan dia menggodanya agar Raka mau menikah dengannya.”

“Jangan-jangan dia hamil. Remaja jaman sekarang hobi main dengan pria yang lebih tua ....”

“Aku dengar mereka pernah tinggal bersama di vila berhari-hari ....”

“Jangan dengarkan mereka, Sayang,” bisik Edo dengan suara menenangkan.

Ana mengiggit bibirnya dan kembali mengangguk patuh.

Ana mulai benar-benar merasa lega saat kepalanya terangkat ke atas. Matanya bertemu dengan mata hitam gelap seorang pria yang telah lama menunggunya di tempat akad nikah.

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang