Keluar - Masuk ? | Part 2| (21+)

196K 1.4K 3
                                    

- 00

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 00.15 WIB -

Ana bergelung di dalam selimut, mengenakan pakaian tidur warna putih yang transparan dan terlihat begitu indah.

"Ahh ...." Ana mendesah dengan mata terpejam saat seseorang menyentuh payudaranya.

"Ana, Sayang ...."

Suara samar seorang pria yang sangat familiar membuat Ana menggeliat di antara kesadarannya yang belum sepenuhnya terkumpul. Sentuhan demi sentuhan kembali ia rasakan, dan desahan itu kembali lolos dari mulutnya.

"Ahhhhh ...." Ana mendesah saat seseorang dengan lihai memainkan jari tangan di pangkal pahanya, dan

menggerakkannya dengan cepat.

Ana merasa aneh. Ini pertama kalinya ia merasakan hal itu.

Ana akhirnya orgasme, dan belum sempat mengambil napas lega, ia merasakan sebuah benda memaksa untuk masuk di pusat kewanitaan miliknya. Mendorongnya masuk hingga ....

"Ahhhh ... sakittttt!" Ana akhirnya membuka matanya, dan terkejut saat melihat Raka tengah menindih tubuhnya,

dan memasukkan milik pria itu yang cukup besar, ke dalam

intinya.

Om Raka?!

"Om ... ahh ... hentikannh!" Ana berusaha mendorong tubuh Raka, tetapi pria itu makin bernafsu untuk

menghujamkan miliknya. Lagi, dan lagi.

"Sangat lembut, Sayang." Raka mencium bibir Ana dan mengulumnya kuat-kuat hingga Ana kehilangan kemampuan untuk menolaknya.

Masih dengan sedikit rasa perih dan tangisan kecilnya, Ana menerima perlakuan Raka yang-sekali lagi-begitu bersemangat untuk menyetubuhinya.

"Omm ... ahhhhh ...." Ana menggigit bahu Raka saat pria itu semakin dalam menghujamkan miliknya. Begitu dalam hingga sesuatu keluar memenuhi Miss V-nya.

"Ihh ... Om .... Kok, Om ngeluarinnya di dalam, sih?!" kata Ana dengan suara bergetar dan napas terengah lemah.

"Maaf, Sayang, Om nggak sengaja." Raka tersenyum mesum sambil memainkan rambut Ana yang begitu indah dan halus di tangannya.

Pipi Ana memerah karena Raka masih sempurna memakai pakaiannya, sementara dirinya dengan curang telah dibuka pakaiannya hingga tidak ada satu helai benang pun yang tersisa.

"Nanti kalau aku hamil, gimana?" Ana tiba-tiba kembali menitikkan air matanya. Ia membuang wajahnya jauh-jauh dari mata Raka yang menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Ih ... pokoknya kalau ada apa-apa, nanti Om Raka harus tanggung jawab!" Ana merajuk seperti anak kecil.

"Pasti, Sayang. Om pasti tanggung jawab," ucap Raka tegas, dan seketika membuat Ana berubah luluh.

"Janji?" Ana kembali menatap Raka dengan mata yang masih mengabur.

"Janji."

Saat Raka akan mencium bibir Ana ....

Tiba-tiba ....

Tiba-tiba Ana merasakan goncangan asing di tubuhnya.

"Ana?"

"Ana?"

Ana membuka matanya, dan saat mata itu telah terbuka, ia melihat wajah ibunya tengah duduk di samping tempat tidur.

"Sayang? Kamu nggak papa?" tanya Raya khawatir.

"Kamu menangis, dan Mama sempat mendengar kamu berteriak," lanjutnya sambil menyeka keringat di dahi Ana.

"Ma-ma ...." Ana melihat ke sekeliling dan melihat jam di samping lampu tidurnya.

Pukul delapan lewat sepuluh menit.

'Apa aku bermimpi? Bermimpi Om Raka tengah

memperkosaku?!' Ana membatin dan perasaannya mulai tidak tenang. Ia kemudian melihat pakaiannya. Saat menemukan ternyata pakaiannya masih terpasang sempurna, Ana pun bernapas lega.

"Om Raka di mana, Ma?" tanya Ana dengan nada yang masih menyisakan rasa cemas.

"Om Raka baru saja pulang ke aparte-"

Saat Ana melihat ke arah pintu kamar, ia segera dilanda rasa takut. "Terus gimana Mama bisa masuk ke kamar ini?!"

tanya Ana histeris, karena seingatnya ia telah mengunci pintu.

"Kamu tidak menguncinya, Sayang. Oleh karena itu,

Mama bisa masuk."

Deg!!

"Nggak, Ma! Aku kemarin menguncinya!" seru Ana,

membuat Raya terkejut karena lantangnya suara Ana.

Saat Ana akan turun dari atas tempat tidur, tiba-tiba ia merasakan sensasi aneh di pangkal pahanya. Ada rasa nyeri.

Ya Tuhan! TOLONG ... semoga malam itu hanya mimpi!

"Ana, kamu mau ke mana?!" tanya Raya saat dilihatnya Ana berlari ke luar kamar dengan pakaian tidur semi

transparan.

Ana menghiraukan teriakan ibunya dan berlari menuruni tangga satu per satu.

"Pak Tio! Pak!" Ana berteriak keras, dan pria berambut keriting itu akhirnya menoleh.

"Ada apa, Non-" Mata Pak Tio melebar, dan terlihat pria berkulit sawo matang itu menelan ludahnya dengan susah payah karena penampilan anak majikannya yang menggoda itu.

"Anterin ke apartemen Om Raka Sekarang!"

"Anterin ke apartemen Om Raka Sekarang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang