Bercint* (21+)

79.9K 564 5
                                    

–Toilet–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

–Toilet–

“Ihh Om Rak—” Suaranya tertahan karena Raka tiba-tiba membungkam bibirnya.

“Sstt ... pelankan suaramu, Sayang.” Raka menyudutkan Ana ke dinding sehingga Ana terperangkap ke dalam penguasaan tubuh besar Raka.

"Tapi Om—" Raka tidak memberikan kesempatan bagi Ana untuk menolak, lalu diciumnya bibir istrinya yang merah, ranum.

Raka semakin bernafsu ketika Ana tampak malu-malu untuk membalas ciumannya. Raka melumat bibir Ana, dan mulai membelai masuk ke dalam bibirnya. Raka menuntunnya agar membuka mulutnya lebih lebar. Sambil terus memperdalam ciumannya, Raka menurunkan resleting gaun Ana hingga jatuh ke pinggangnya.

Tangan Raka menari dan menjelajah lebih liar kulit Ana yang halus. Tangan yang dipenuhi urat kokoh itu kemudian berhenti ketika menemukan gunung kembar. Raka meremas payudaranya yang berisi itu penuh cinta.

"Ommh ..." Ana semakin lemah karena tangan Raka yang lain mulai turun dan menjamah pangkal pahanya. Menggoda dinding kewanitaannya dengan begitu lihai. Ana bisa merasakan jemari Raka menggesek dinding kewanitaannya. Gerakan memutar hingga akhirnya masuk dengan sengaja ke dalam organ intimnya.

"Sudahh Ommh ..." Ana tidak bisa menahan rasa geli dan panas yang bercampur menjadi satu. Gairah yang diakibatkan oleh Raka yang saat ini tampak bernafsu memainkan tubuhnya.

Ana harus mengakhiri foreplay mereka sebelum Raka memaksanya untuk melakukan seks lebih panas. Ana takut tidak bisa menolak karena badan dan kekuatan Raka lebih besar darinya.

“Omm ... sudahhh ....” dengan kekuatan penuh, Ana melepaskan ciuman Raka yang dipenuhi gairah itu. Ia menahan tangan Raka yang masih aktif memainkan payudara dan kewanitaannya.

"Dibawah sini sudah basah, Sayang." Goda Raka. "Yakin ingin berhenti?"

Ana mendesah lirih karena jari Raka semakin bergairah mengaduk isi kewanitaannya. Dengan wajah merah padam dan suara tercekat, Ana berkata pelan, "Su ... dah ... Omh ... Kita lanjutin di hotel aja ... please ..."

Melihat wajah Ana yang tampaknya sudah sangat tersiksa membuat Raka mau tidak mau menerima usulannya.

"Ok, kita lanjutin lagi di hotel." Kata Raka.

“Om Raka suka gitu, ih!” Ana memanyunkan bibirnya, cemberut. Ia  mendorong dada Raka dengan perasaan kesal. Sambil menggerutu pelan, Ana merapikan kembali pakaiannya yang telah kusut.

Raka tertawa kecil. “Ini hukuman karena kamu masih memanggilku dengan sebutan Om.” Ia kemudian membantu Ana merapikan gaunnya.

“Dan kamu sendiri yang merengek untuk memintaku menemanimu ke sini,” lanjutnya seraya mencium gemas bibir Ana sekali lagi.

Ana memasang wajah cemberutnya yang berkali-kali lipat lebih menggemaskan sampai Raka harus ekstra sabar agar tidak menyerangnya lagi.

Sabar, Raka! Sebentar lagi kalian akan sampai di hotel!

"Dasar Om mesum!" Besok, Ana tidak mau lagi meminta Raka untuk menemaninya ke toilet kalau ujung-ujungnya malah mengajaknya bercinta di dalam toilet.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cerita ini udah ada bentuk PDFnya di KARYAKARSA ya.... 😁

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang