Bulan Madu ? | 21+

94.7K 730 4
                                    

–01.45 WIB–

Ana terbangun karena rasa pegal yang bercampur dengan rasa sakit dan perih di pangkal pahanya. Belum lagi dengan pelukan oleh sepasang tangan kekar di belakangnya yang membuatnya sulit untuk bergerak.

Ana menggeliat sambil mengusap kedua matanya. Lalu dengan kesadaran yang baru saja terkumpul, ia mencoba melepaskan tangan Raka yang melingkar erat di perutnya.

Ana merasa geli karena bulu-bulu tangan pria itu membelai kulitnya yang halus.

“Sudah bangun?” Raka berbisik parau di samping telinganya. Tangan pria itu tiada henti membelai kulitnya yang sensitif, dan berhasil membuat Ana menoleh ke belakang.

Ana terkejut dengan wajah memerah. Ia lupa bahwa mereka telah resmi menjadi pasangan suami istri. Apalagi ... mereka telah tidur bersama tanpa sehelai benang pun yang menutupi masing-masing dari tubuh mereka.

“Aku haus ....” Ana berkata lirih tanpa berani menatap wajah Raka yang begitu dekat dengannya.

“Tunggu sebentar.” Raka melepaskan rengkuhannya, lalu beranjak dari atas tempat tidur. Sambil memakai piyama tidur, pria itu berjalan santai ke luar ruangan.

Ana mencoba untuk duduk, tetapi satu gerakan ringan darinya membuahkan rasa sakit di bagian bawah perutnya.

“Aduh ... sakit ....” Ana menekan area kewanitaannya.

Saat itulah tanpa sengaja ia melihat darah di seprai tidurnya.

Darah?

Ana akhirnya melepaskan kesuciannya dengan Raka. Pria yang dulu sempat ia tolak mentah-mentah, kini telah resmi menjadi suaminya.

“Apa masih sakit?” Gerakan di samping tempat tidurnya membuat Ana mengangkat wajahnya.

“Iya, masih sakit.” Ana berkata dengan raut kesedihan di wajahnya yang cantik.

“Tidak apa-apa, sebentar lagi pasti nyaman kembali.”

Raka mengusap puncak kepalanya dengan lembut.

“Sekarang minumlah.” Raka menyodorkan segelas air putih kepadanya.

Ana menerima gelas itu dan meminumnya dengan perlahan.

“Kok, Om lihatin aku terus, sih?” tanya Ana bersemu malu.

“Kok, manggilnya ‘Om’ lagi? Panggil aku ‘Raka’.” Raka mengambil gelas dari tangan Ana, lalu menaruhnya ke atas meja di samping lampu tidur.

“Ihh, nggak bisa .... Kan, aku lebih muda dari ... ehm ... dari Om ....” Ana menarik selimutnya hingga ke batas dada agar menutupi tubuhnya.

“Kalau begitu kamu bisa memanggilku dengan sebutan mas, sayang, papa, ayah atau daddy.” Raka memberikan opsi pilihan untuknya, dan tersenyum saat ia menyebutkan satu opsi terakhirnya. Daddy.

Ana mengerutkan keningnya, tidak nyaman dengan kata-kata pilihan itu. Ana sudah nyaman memanggil Raka dengan sebutan ‘om’.

Baru saja memikirkan panggilan yang tepat untuk Raka, tiba-tiba pria itu mengejutkannya dengan kalimat ambigunya.

“Mau lagi?”

“Ma-mau lagi?” Ana membeo bingung.

Raka memegang kedua bahu Ana, lalu menidurkan dan menindihnya kembali.

“Kita bercinta lagi.”

“Ihh, tapi di sini masih sakit,” ucap Ana jujur dengan bibir cemberut.

“Kali ini nggak akan sakit. Janji,” ucap Raka percaya diri. Ana yang awalnya menolak, akhirnya dibuat luluh dan patuh kembali oleh Raka

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang