“Termasuk jika kamu hamil nanti.”
Hamil?!
Ana tidak siap untuk hamil.
Tidak!
“Om ... tunggu—” Ana menarik kepalanya ke samping saat Raka ingin menciumnya kembali. Alhasil, bibir Raka hanya mampu mengenai pelipis.
“Tunggu apa lagi?” tanya Raka tidak sabar.
“Aku nggak mau hamil ....” Ana memeluk dadanya.
Tubuhnya terjepit oleh tubuh besar Raka yang masih setia berada di atasnya.
“Kalau begitu, Om bisa pakai kondom.” Raka mengusap pipi Ana yang pucat. Sekali lagi, ia merasakan kelembutan bak porselen pada kulit Ana. Warna kulit yang putih bersih menjadi nilai plus gadis bermata sayu dan menawan itu.
Ana mengelengkan kepalanya. “Aku nggak mau ....”
“Kenapa tidak mau?” sahut Raka dengan nada yang masih sama.
“Aku nggak mau ... ehm ... seks ... sebelum menikah ....”
Ana merasa sulit untuk mengatakan satu kata tabu itu. Ia malu untuk mengucapkannya, dan itu terbukti dengan munculnya warna merah di kedua pipinya.
Raka terdiam sesaat. Matanya yang berwarna gelap masih terpusat sepenuhnya pada Ana.
“Kalau begitu, nikah sama Om, dan setelah itu kita bisa melakukan seks bersama.” Raka sekali lagi berkata vulgar.
Tidak peduli jika ucapannya telah membuat Ana tidak nyaman.
“Tapi, Om ....” Ana tampak ragu, dan keraguan itu dibalas dengan usaha Raka untuk menghapus jarak di antara mereka sambil mengunci wajah Ana yang sesaat berniat untuk menarik kepalanya menjauh.
“Om bisa kasih apa pun yang kamu mau.” Ditatapnya wajah cantik Ana dengan lekat, sebelum akhirnya mencium dahi Ana dengan lembut. Cukup lama, sampai Raka menurunkan ciumannya ke pipi Ana yang indah, dengan sapuan lembut secara bergantian. “Cukup jadi istri Om.”
Selesai dengan kedua pipi Ana, barulah ciuman Raka beralih ke bibir penuh milik gadis itu, yang telah lama menggoda iman. Begitu ranum dan lembut. Raka menekan bibir Ana, lalu melumatnya liar.
“Ommhh ....” Ana mendesah di sela-sela ciumannya.
Tangannya yang sejak awal berada di atas dadanya, kini terangkat dan mulai meremas erat kemeja Raka.
Tanpa melepaskan ciumannya, Raka mengusap lembut rambut Ana yang tergerai, sementara satu tangannya yang lain turun untuk menyentuh dada gadis itu, meremasnya sambil terus memperdalam ciuman mereka. Menggerakkan lidahnya dengan liar menyusuri setiap rongga mulut Ana sampai bagian yang terdalam.
Raka menghentikan ciumannya sejenak saat kapasitas oksigen di paru Ana semakin menipis, tetapi tangannya masih aktif meremas, dan memijat payudara Ana, hingga desahan keluar dari mulut gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | END
RomanceWarning : Dewasa, Mature, kolaborasi E dan Ray ( 21+) "Om Raka udaaah..." "Relaks, sayang. Sebentar lagi..." Inilah kisah cinta Anastasia (20 tahun), sang mahasiswi cantik pecinta shopping, dengan pria paruh baya sahabat sang ayah saat berada di ban...