–Dalam pesawat, 06.09 WIB–
Ana bergerak tanpa rasa nyaman di kursi VVIP. Kedua pipinya memerah di antara kulitnya yang putih pucat. Rambutnya yang tergerai bebas berkali-kali ia mainkan dengan jemari lentiknya—gelisah. Sementara, satu tangannya yang lain sibuk memainkan ujung gaun krem model off shoulder hingga sedikit lusuh.
Ana tidak tahan lagi untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya.
“Om Raka ….” Ana menarik lengan kemeja suaminya yang tengah sibuk dengan tablet pintar berisi file kerja di tangannya.
“Iya, Sayang,” balas Raka tanpa mengalihkan matanya dari file kerja.
“Ihh, Om Raka!” Ana menangkup kedua pipi Raka lalu ditariknya mendekat agar pria itu menatap dirinya. Hanya menatapnya!
Raka mendesah untuk kesekian kali. Setelah beberapa menit yang lalu, Ana merengek meminta cokelat varian durian yang sempat dibawa oleh pramugari, kali ini apa yang Ana inginkan darinya?!
“Apa lagi, Ana?” Raka menaruh tabletnya. Matanya kini hanya terpusat sepenuhnya pada wajah istrinya yang manja itu.
“Ehm ... itu ....” Ana tampak malu untuk mengatakannya.
“Cepat katakan,” ucap Raka tidak sabar.
“Aku mau buang air kecil, Om,” ucap Ana dengan wajah bersemu.
BLANK.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Raka merasa bingung untuk sesaat. Wajah tampan dengan jambang yang menghiasi rahang saat ini terlihat seperti orang bodoh.
“Kalau begitu pergilah ke kamar mandi.” Raka memberikan jalan untuk Ana.
“Ihh, tapi sama Om!”
“A-pa?!”
Raka menelan saliva yang hampir tersedak. Ia melepaskan satu kancing kemejanya yang tiba-tiba terasa erat melingkar di lehernya.
“Apa kamu sedang menggodaku, Ana?” Raka mendesis tepat di depan wajah Ana. Memelankan suaranya agar penumpang lainnya tidak ikut menguping pembicaraan mereka.
Kehadiran Ana memang terlihat mencolok untuk sebagian penumpang lain yang sebagian besar dihuni oleh pria berjas dan para sosialita. Dan kini, mereka mulai membisikkan kata-kata miring tentangnya.
“Om? Gadis muda itu memanggilnya dengan sebutan om?”
“Jangan-jangan dia itu gadis simpanan? Remaja jaman sekarang memang ....”
“Mungkin mereka paman dan keponakan.”
"Masa, iya, ponakan begitu lengket sama pamannya. Mereka pasti memiliki hubungan gelap.”
Raka ingin membungkam mulut mereka satu per satu, tetapi ditahannya karena saat ini ia sedang bersama dengan si sensitif auditori—Ana.
Ana tidak suka jika Raka berteriak, memaki, dan mengumpat dengan kata-kata kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | END
RomanceWarning : Dewasa, Mature, kolaborasi E dan Ray ( 21+) "Om Raka udaaah..." "Relaks, sayang. Sebentar lagi..." Inilah kisah cinta Anastasia (20 tahun), sang mahasiswi cantik pecinta shopping, dengan pria paruh baya sahabat sang ayah saat berada di ban...