Kencan Malam ! (21+)

143K 1.2K 7
                                    

Warning : 21+

– Kamar Ana, 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamar Ana, 23.15 WIB

Ana menutup matanya kuat-kuat saat Raka mencium pipinya. Kedua tangan pria itu mengusap dan sesekali menekan punggungnya agar lebih dekat serta menempel dengan dadanya.

“Om, udah ....” Ana mencoba menjauhkan diri, tetapi pria itu masih enggan untuk melepaskan ciuman panjangnya.

Apalagi posisi mereka saat ini tanpa sadar telah membuat Raka kian berkuasa. Ana duduk di atas pangkuan Raka, dan itu semua ia lakukan atas perintah egois dari pria berusia tiga
puluh enam tahun itu kepadanya.

Egois?

Selain meminta hubungan mereka dirahasiakan, Raka juga akhir-akhir ini menjadi sering menginap di rumah Ana. Dan itu didukung oleh sikap sang ayah yang selalu memberikan izin, karena Raka memang pintar dalam mencari alasan.

“Seharian ini Om capek, Sayang. Masa’ cium pipi aja nggak boleh?!”

“Kalau capek itu pulang, mandi, makan, terus istirahat.”

Ana menyebutkan satu per satu, sambil memainkan dasi hitam Raka.

“Ada cara lain agar capek Om hilang.” Raka tersenyum dengan sesekali menghirup dalam-dalam aroma tubuh Ana.

Bibirnya tenggelam di leher gadis itu, dan memberikan hickey di leher Ana yang tak terlindungi kain sedikit pun itu.

“Ahh ... Ommh, jangan gigit ....”

Desahan Ana menjadi godaan tersulit untuk Raka. Gaun tidur gadis itu memang selalu menggodanya. Bagian tubuh Ana terbentuk dengan indah dan membayang dari balik pakaian tidurnya. Dan Raka tidak munafik jika selama ini ia selalu memperhatikan perubahan fisik pada bagian payudara Ana, yang kini semakin menonjol, padat dan berisi.

“Kamu selalu berhasil bikin Om kembali segar, Sayang.”

Raka menyentuh payudara Ana. Usapan tangannya yang tipis berangsur berubah menjadi remasan gemas.

“Om ... udahh ....” Ana berteriak kecil, tetapi Raka memintanya untuk memelankan suaranya.

“Cuma sebentar. Tahan.” Raka terus meremasnya, dan tidak lagi tahan untuk tidak melakukan lebih. Raka kemudian menurunkan pakaian tidur Ana hingga bra putihnya terlihat.

“Jangan ... nanti Papa ....”

“Papamu tidak akan tahu, kecuali kamu yang mengeluarkan suara keras, Sayang.” Raka melepaskan bra milik Ana, dan terlihatlah dada gadis itu yang terbentuk dengan indah.

“Om ... pelan-pelan ....” Ana berkata lemah saat tangan Raka menyentuh area sensitif di dadanya.

Raka tersenyum lembut, dan menganggukkan kepalanya kepada Ana. Ia memijat payudara Ana yang sepertinya telah sedikit lebih besar dari sebelumnya. Begitu lembut, dan membuat Raka lupa diri untuk sesaat.

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang