Rindu atau Nafsu ? (21+) | Part 2

66.1K 777 3
                                    

"Tapi janji dulu, jangan bilang siapa-siapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi janji dulu, jangan bilang siapa-siapa." Ana memohon kepada Tania dengan tulus.

"Oke, janji," janji Tania sepenuh hati. "Sekarang cerita."

Ana dan Tania kini saling berbaring dengan mata saling menatap satu sama lain. Yang satu terlihat malu, sementara yang lain tampak antusias.

"Om Raka ...."

Baru saja mengucapakan dua patah kata, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

KREK!

Seorang pria dengan setelan jas hitam resmi berdiri di depan pintu kamar Ana. Badannya yang tinggi dan gagah hampir menutupi sebagian ruas pintu.

"Om boleh masuk?" tanya Raka dengan senyum lembut dan manis khasnya.

"Om Raka?!" Ana kembali bangun dan tersenyum melihat pria yang satu hari ke depan akan menjadi suaminya datang mengunjunginya.

Tania yang tampak salah tingkah memilih untuk beranjak dari atas tempat tidur. "Tasya, gue mau ke toilet dulu, ya."

"Di sini ada toilet, kok, Tan." Ana menunjuk toilet di samping tempat tidur.

"Nggak, ah. Mau ke toilet bawah aja. Takut ganggu," jawab Tania, lalu buru-buru pergi meninggalkan Ana berdua dengan Raka.

Setelah Tania pergi, Raka menutup pintunya.

"Katanya Om lagi sibuk, kok, sekarang bisa ke sini?" tanya Ana setelah mereka berduaan di dalam kamar.

Raka hanya mengusung senyum ringan, lalu melambaikan tangannya kepada Ana agar Ana mendekatinya.

Ana menuruti keinginan Raka. Ia turun dari atas tempat tidur. Setelah berada tepat di hadapannya, Raka kemudian menyisipkan kedua tangannya di punggung molek Ana dan merengkuhnya dengan lembut.

"Lepasin jas sama dasi Om," perintah Raka.

Ana yang awalnya ragu, kemudian melepaskan satu per satu kancing jas milik Raka termasuk ikatan dasi yang telah mengikat leher pria itu.

"Sudah!" seru Ana gembira.

"Om kangen sama kamu." Raka merapatkan tubuh Ana ke tubuhnya hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka.

Begitu dekat hingga Raka dapat merasakan dua bukit kembar milik Ana menggesek intim dan seduktif di dadanya.

"Om Raka ...."

Raka menundukkan kepalanya, lalu diciumnya bibir Ana penuh kasih.

Ana mengerutkan keningnya saat tangan Raka lagi-lagi mulai nakal dengan menyentuh dan meremas bongkahan padat pantatnya, lalu saat tangan satunya ingin masuk ke

dalam roknya.

Ana buru-buru melepaskan ciuman Raka. "Ahh ... Om Raka udah!"

Merasa belum puas, Raka kemudian mendorong tubuh Ana agar berbaring telentang ke atas tempat tidur.

"Kamu nggak rindu sama Om?" bisik Raka sambil menciumi leher Ana.

"Ahh ... Om geli ... udaah ...." Ana mencoba keluar dari rengkuhan dan cumbuan Raka, tetapi baru saja bergerak sedikit kini payudaranya kembali menjadi mainan Raka.

Entah sejak kapan tangan Raka telah masuk ke dalam tanktop-nya.

"Ahh, jangan Om!" Ana merasakan tangan kasar milik Raka menyentuh, dan meremas dadanya untuk kesekian kalinya.

Ana menggigit bibirnya agar tidak mendesah, tetapi semuanya terasa mustahil karena Raka semakin gencar melanjutkan aksinya.

Raka sangat menyukai ekspresi dan reaksi Ana.

"Kamu cantik sekali, Sayang." Raka mencium hidung Ana dengan gemas, lalu menempelkan dahinya ke dahi kekasih kecilnya itu.

Mereka begitu intim, dan tanpa sepengetahuan mereka, dari balik pintu Tania tengah menajamkan telinganya. Tania menguping dan saat itulah seorang pria paruh baya dengan kening berkerut, yang baru saja naik tangga, mendekati Tania.

"Tania, apa yang kamu lakukan?"

Tania terkejut bukan main karena ayah dari sahabat baiknya telah mendapati dirinya tengah menguping.

"Oh, itu ... ehm ...."

"Itu apa?" Edo bertanya.

Di antara kebingungan untuk menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba suara desah kesakitan Ana terdengar cukup keras.

"Omm ... sakittttt!"

"Tahan, Sayang."

"Tapi sakit sekali ...."

"Om tahu, tahan sebentar lagi."

Edo tersentak dengan suara-suara itu. Dengan tangan mengepal, ia pun membuka pintu kamar putrinya.

"RAKA, APA YANG-"

Ucapan Edo menggantung di udara. Tania yang berdiri di belakangnya melongo melihat kedua insan manusia itu tengah dalam posisi duduk yang berbeda.

Raka tengah berjongkok di bawah, sementara Ana tengah duduk di atas tempat tidur dengan kening berkerut kesakitan.

Kedua tangannya yang ramping mencengkeram bahu Raka begitu erat.

Apa yang mereka lakukan?!

LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang