Ana menggeliat saat ketukan pintu yang disertai dengan alunan bunyi bel yang terdengar nyaring datang secara tiba-tiba.
Ting tong!
Ana mengusap matanya dengan erangan kecilnya.
Ting tong!
"Mas Raka ...?" Ana mengerang sambil meraba-raba ranjang di sampingnya, namun ...
Kosong.
Ana segera membuka mata, dan mengambil posisi duduk.
"Mas Raka?!" Ana melihat ke sekeliling, namun pria itu tidak juga menunjukkan batang hidungnya.
Ting tong!
"Apa itu Mas Raka?" Ana buru-buru turun dari atas tempat tidur, sambil lalu mengenakan gaun tidur satin yang sedikit menerawang. Ana menghiraukan segala bentuk kerapian, bahkan rambutnya jatuh berantakan, tetapi anehnya malah memberikan kesan seksi untuknya.
Ting tong!
"Sebentar!"
Ana berlari, dan dibukanya pintu kamar hotelnya dengan senyum bahagia.
"Mas Ra ...."
Senyum indahnya pudar saat sosok yang berdiri di depan pintu bukanlah suaminya yang tampan, melainkan sosok sebaliknya yang begitu menakutkan dan jauh dari kata tampan.
Ana terkejut melihat pria tua bertubuh pendek dan gempal yang pernah ia temui di pesawat tengah berdiri di depan pintu kamar hotelnya. Lalu pria yang tampaknya lebih muda, berdiri di samping kiri pria itu.
Dua pria mesum itu kini berdiri tepat di depan pintu kamar hotelnya!
"Apa ka-kalian perlu sesuatu?" Tanya Ana ketika mereka entah bagaimana terlihat semakin menakutkan di matanya.
Mereka tanpa henti menatap tubuhnya dari atas ke bawah dengan nafsu yang tersembunyi di balik pupil matanya, dan hal itu membuat Ana kehilangan rasa nyaman.
Ana mengeratkan tangannya di gagang pintu, mengambil ancang-ancang jika dua pria itu melakukan hal buruk kepadanya.
"Apa kami boleh masuk?" Tanya pria berperut buncit dengan jilatan tipis di bibirnya yang kering, dan bukannya sensual, tapi malah terlihat menjijikkan di mata Ana.
"Nggak boleh!" Ana buru-buru menggelengkan kepalanya. Suara bergetar. "Ehm .... Om Ra ... maksudku Mas Raka baru pergi, jadi ..."
Lagi-lagi Ana hampir menyebut Raka dengan sebutan lamanya, om'.
"Oh, jadi kamu sendirian?" Seringai gelap tiba-tiba muncul di bibir kering pria itu.
Ana menggigit bibirnya lebih kencang. Ditengoknya sekali lagi ke belakang, dan hal itu kian memperkuat dugaannya bahwa Raka memang tengah pergi.
"Ehm nggak ..." Ana mencoba mengelak, tapi mereka jauh lebih pintar membaca pikiran Ana.
"Nggak usah takut, kami cuma mau ketemu sama Pak Raka. Kalau boleh, kami bisa tunggu di dalam temenin kamu." pria itu menunjuk ke dalam kamar ruangan, tapi Ana buru-buru menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | END
Любовные романыWarning : Dewasa, Mature, kolaborasi E dan Ray ( 21+) "Om Raka udaaah..." "Relaks, sayang. Sebentar lagi..." Inilah kisah cinta Anastasia (20 tahun), sang mahasiswi cantik pecinta shopping, dengan pria paruh baya sahabat sang ayah saat berada di ban...