Gadis Simpanan? (21+)

70.2K 510 15
                                    

"Om, lebih cepat, dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om, lebih cepat, dong."

"Sabar, Sayang. Ini juga—"

Raka yang berusaha mengambil kartu akses pintu hotel, harus menguatkan kesabarannya untuk kesekian kali, karena Ana kembali merengek sambil menggoyangkan lengannya.

Bahkan suaranya yang melengking kecil itu masih saja memanggilnya dengan sebutan om! Dan parahnya, suara Ana sempat didengar oleh dua wanita berwajah chubby yang melirik sambil memberikan bisikan sadis kepada mereka.

Tidak ... mungkin lebih tepatnya bisikan itu ditujukan kepada Ana.

"Om?! Dia manggil pria itu Om? Di hotel lagi."

"Dari wajahnya aja udah kelihatan! Tidak tahu malu!"

"Kelihatan murahan. Coba aja tuh lihat, manggilnya aja sambil mendesah gitu. Nggak tahu malu. Memangnya dia kira ini motel?"

Bisikan itu tidak luput dari indera pendengaran Ana.

Ana menoleh dengan ekspresi berubah masam. Ia menggigit bibirnya hingga membekas merah, bahkan cengkraman di lengan Raka berubah semakin erat.

"Jangan pedulikan mereka." Raka yang berusaha menenangkan hati Ana, hanya dibalas dengan cabikan sedih di bibir Ana yang saat ini dilapisi lipstik merah muda yang menawan.

Ana menghambur masuk saat pintu kamar hotel yang berhasil dibuka oleh Raka. Ia kemudian menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur, membenamkan wajahnya ke atas bantal dengan tubuh gemetar.

Raka menghembuskan napasnya perlahan. Sambil terus memijat keningnya, ia menghampiri Ana. Raka merangkak ke atas tempat tidur, dan memposisikan dirinya di atas tubuh istri kecilnya.

"Kamu menangis?" Raka menyamarkan nada geli pada suaranya dengan menyusurkan bibirnya pada tengkuk Ana.

"Ihhh, nggak ...." Ana masih setia membenamkan wajahnya, tetapi Raka tahu pasti bahwa saat ini Ana tengah

menangis karena ejekan orang-orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah gadis simpanannya.

"Mulai sekarang jangan panggil aku 'om' lagi." Raka menyibakkan rambut panjang Ana yang sempat menghalanginya untuk mencicipi bahu polos istrinya yang cantik. "Mulai sekarang, panggil aku 'Mas Raka'."

"Mas Raka?" Ana mengusap matanya yang berair, lalu menengok ke belakang dengan pipi merona.

"Iya. Dengan begitu mereka tidak akan berpikiran buruk kepadamu, Sayang."

"Tapi, aku suka panggil 'om'." Ana berkata dengan wajah memelas, tetapi masih menyiratkan rasa keras kepala pada suaranya.

"Kalau begitu, jangan salahkan aku jika mereka nanti masih menganggapmu sebagai gadis simpananku, Sayang."

Ucapan Raka terdengar buruk di telinga Ana. Gadis simpanan?

"Tapi, aku bukan gadis simpanan," ucapnya seperti anak kecil.

"Ya, dan kamu adalah istri kecilku yang manja." Raka meraih dagu Ana, lalu diciumnya bibir Ana penuh kasih.

Ana merasa tidak nyaman dengan ciuman Raka, apalagi posisi tubuhnya saat ini. Baru saja bernapas lega karena ciuman Raka yang telah terlepas, tiba-tiba pria itu merengkuh perutnya dari belakang dan memaksanya untuk segera menungging.

"Ahh, Om mau apa, sih?" Ana menjerit, terkejut.

"Aku akan mengajarimu bercinta dengan gaya yang berbeda." Raka menyibakkan gaun motif bunga milik Ana hingga ke atas pinggang. Kulitnya yang seputih susu kini terekspos di hadapan Raka. Menggodanya penuh cinta dan nafsu.

"Tunggu, Om ...." Ana menoleh, dan berusaha untuk berdiri, tetapi Raka lebih cekatan dalam menahan tubuhnya.

"Mulai sekarang jangan panggil aku om, tapi panggil aku Mas Raka." Raka melucuti celana dalam warna putih milik Ana, lalu membuangnya ke lantai dengan asal.

"Tapi ... ahhhhh ...." Ana meremas seprai tidur saat bongkahan pantatnya yang padat dijamah oleh Raka.

"Panggil aku Mas Raka, Sayang." Raka membisikan kalimatnya dengan suara serak.

"Ahhhh .... tapiii ...." Ana tidak bisa konsentrasi ketika Raka dengan lincah menurunkan resleting gaunnya hingga terlepas.

"Cepat katakan," perintahnya dengan egois.

"Emhhh ... Mas Raka ...." Ana mengigit bibirnya dengan mata terpejam. Remasan di seprai kian kuat saat Raka lagi-lagi memainkan bukit kembarnya dengan remasan kuat.

"Mas Raka ... ja-jangan keras-keras ...." Ana memegang pergelangan tangan Raka, dan memintanya untuk lebih memelankan remasannya.

"Ingat janjimu kan, Sayang? Ini sudah di hotel," bisik Raka di telinga Ana, menggoda, "Kita lanjutkan permainan kita yang tertunda tadi siang."

Ana menggigit bibir, Ana lupa telah memberikan janjinya untuk melayani nafsu Raka.

Cerita ini sudah ada di KARYAKARSA dalam bentuk PDF ya ...

Kata kunci : Eray Dewi Pringgo

Kata kunci : Eray Dewi Pringgo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVE WITH MY FATHER'S FRIEND (21+) | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang