Sakura duduk termangu di balkon seraya memandangi pemandangan di luar. Tatapan nya jatuh ke arah teh mawar yang sedang di minum nya. Udara perlahan terasa menyapu wajah nya.
Kemudian, tatapan nya terjatuh ke arah cincin di jemari nya.
Cincin tunangan.
Sakura mendengus.
Ia menarik cincin itu dan meneliti nya. Cincin nya indah, cantik sekali! Bertahtakan berlian mahal dan ada ukiran nama Sasuke di dalam nya.
"Jika aku jual, pasti sangat mahal!" kekeh nya, kemudian memasang nya kembali. Sakura kembali diam. Pikiran nya sedang berkecamuk kesana kemari. Membayangkan jika ia menikah dengan Sasuke, ia bisa memastikan bahwa kehidupan nya tak akan sama lagi.
Jika saja dirinya adalah Sakura yang dulu, ia pasti akan sangat bahagia namun juga akan sangat menderita. Jika dirinya masih Sakura yang dulu, ia akan menderita karena kekejaman Sasuke. Bagaimanapun, Sakura yakin bahwa Sasuke tak akan pernah melirik nya atau apa.
Namun, kali ini berbeda.
Demi menutupi seksualitas nya, Sakura terpaksa mengiyakan nya. Tidak bahagia? Tentu saja. Yah, setidaknya ia tidak akan menderita kalau di acuhkan Sasuke sekalipun. Lagi pula, jika Sasuke mengacuhkan nya, itu akan sangat bagus. Ia bisa melakukan apapun sesuka hati nya.
Sakura menetap di rumah Haruno selama 2 hari satu malam. Ia tidak bisa berlama-lama karena rumah sakit membutuhkan nya. Jadi, ia tidak bersantai terlalu lama.
Usai menikmati teh nya, Sakura bergegas turun untuk menonton TV. Walau begitu, ia mengabaikan TV yang menayangkan drama anak muda. Ia hanya fokus dengan handphone nya. Asyik chattingan dengan teman-teman nya.
Di saat ia sedang asyik mengetik balasan kepada Hinata, ia bisa merasakan ada sebuah benda berat yang bersandar di bahu nya.
"Mck! Apa– heyy!"
Takkk
Sakura memukul kepala orang yang dengan kurang ajar nya berani bersandar di bahu nya.
Ya... itu adalah Sasuke.
Entah sejak kapan ia datang dan muncul di sini. Mungkin karena Sakura terlalu asyik dengan handphone nya, membuat nya tak menyadari akan kehadiran Sasuke.
"Sakit sekali. Kau perempuan tapi tenaga mu tidak seperti perempuan!" keluh Sasuke seraya mengusap kepala nya yang di pukul Sakura. "Dari pada kau, lemah! Seperti perawan saja! Di goda sedikit langsung gemetaran! Hahahaha!" jawab Sakura mengejek.
Sasuke mendengus kesal.
Hanya karena masalah ciuman itu, menjadikan Sakura berbangga diri.
"Ada apa kau kemari?" tanya Sakura langsung mengabaikan masalah lemah gemetaran itu.
"Aku datang untuk mengajak mu kencan. Ibu ingin kita berdua berkencan, mempererat hubungan." jawab Sasuke santai. Sakura yang mendengar nya mendengus.
"Mempererat hubungan? Sedari awal kami tidak memiliki hubungan sama sekali. Untuk apa mempererat? Sebaiknya kau pulang saja. Melihat wajah mu, membuat mood pagi ku hancur!" jawab Sakura sinis, sembari berpaling menatap ke arah handphone nya. Mengacuhkan Sasuke.
"....."
Apa ini tidak salah?
Sakura yang dulu selalu mengejar nya dan selalu sukarela.... akan berubah sejauh ini?
Sasuke tak percaya.
Ia memperhatikan Sakura lagi, berusaha membuktikan. Namun, kenyataan nya, Sakura bahkan tak melirik nya lagi dan sibuk dengan handphone nya. Di bandingkan berbicara dengan nya, tunangan nya itu malah asyik tertawa seraya memandangi handphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...