"Bagaimana? Apakah menurut kalian ini cantik? Malam ini aku akan makan malam berdua dengan Sai! Kyaaa!"
Sakura dan Hinata saling berpandangan dan tertawa.
"Yah, gaun yang cantik. Awas nanti jangan banyak makan, aku khawatir kau semakin membengkak, Pig!" kekeh Sakura mengejek.
"Wah! Jahat sekali! Aku tidak gendut loh! Hanya sedikit kelebihan lemak!" jawab Ino sambil memutar matanya malas. Lagi-lagi membuat Sakura dan Hinata tertawa.
"Tak ada bedanya bagiku," seloroh Sakura sembari memutar matanya malas. Hinata hanya tertawa gemas melihat kedua sahabatnya itu saling mengejek satu sama lain.
Yah, saat ini mereka sedang berada di sebuah butik ternama.
Sakura sedang ada waktu luang, dan jadwalnya selesai lebih awal. Jadi, ia bisa ikut serta dengan kedua sahabat tercintanya ini.
Hampir seminggu, dan ini hari terakhir Sasuke melakukan perjalanan bisnis. Sasuke akan segera kembali. Memang, waktu seminggu tak terasa karena selain sibuk dengan pekerjaan dan bersenang-senang bebas, Sakura juga dipaksa untuk ikut dalam perencanaan pernikahannya nanti bersama ibu dan calon mertuanya. Oh, jangan lupakan dengan Izumi, calon kakak iparnya, yang dengan senang hati membantu mereka dan Crystal, calon saudara iparnya, yang selalu membantunya menjauh dari situasi menyebalkan itu.
"Ah, aku juga ada janji makan malam dengan Naruto-kun! Aku sudah tak sabar!"
Mendengar itu, Sakura hanya bisa menghela napas. Lagi-lagi ia dibuat kacau. Sudah jelas bahwa Naruto dan Hinata benar-benar saling menyukai, lebih malahan.
Selama seminggu penuh ia terus menerus mendengarkan Ino yang membahas Sai dan Hinata yang terus membahas Naruto. Ah, mendengarkan betapa Hinata mengagungkan Naruto, membuat Sakura hanya bisa pasrah, tak bisa berbuat apa-apa.
"Wah! Itu hebat! Nanti kita bisa saling bertukar momen!" seru Ino antusias.
"Tapi, Sakura-chan bagaimana? Aku tidak enak jika kami-"
"Halah, sudah jangan pikirkan Dokter kita ini! Hey, Jidat, segeralah berpacaran dengan laki-laki yang sempurna! Siapa tahu, kita bisa saling membagi momen atau bahkan melakukan triple date!" seru Ino berapi-api.
Sakura hanya tertawa malas.
"Bagaimana dengan Neji-nii? Neji-nii terus menanyakan tentangmu, tahu! Aku yakin Neji-nii benar-benar tulus padamu!"
Kali ini, Hinata lah yang menyahut dengan antusias, menatap Sakura serius. Membuat Sakura menelan ludahnya kaku. Kenapa ia harus terjebak di situasi semacam ini, lagi?
"Nah, itu ide bagus! Neji orang yang baik! Kau harus percaya, karena ia adalah kakak-nya Hinata! Kenapa tidak? Setidaknya Neji lebih baik dari si Uchiha –you know who– itu!" kata Ino seraya menatap Sakura, dengan tidak menyebut nama Sasuke secara langsung.
"Hm, akan kuberi tahu. Mungkin jika jadwalku benar-benar luang, aku mau bertemu dengannya."
Yah, itu pun jika Sakura benar-benar meluangkan waktunya.
"Wah! Itu bagus! Bagus! Katakan saja saat kau mau, Sakura-chan! Aku mendukungmu dan Neji-nii!"
Sakura hanya bisa tertawa. Hinata memang menggemaskan, namun kenapa juga membuatnya sakit hati lagi? Tentu saja karena Hinata senang karena ingin menjodohkannya dengan kakak kesayangannya itu.
"Yup! Setidaknya kau tidak akan sendiri! Menyedihkan tahu!"
Sakura hanya mengangguk saja mengiyakan.
Mereka pun menghabiskan waktu mereka dengan senang hati. Sampai Ino pulang dijemput Sai dan Hinata dijemput Naruto, maka tersisalah Sakura sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...