Sasuke mengacak surai hitamnya kasar. Ia menghela napas, berusaha menenangkan dirinya...
Sakura yang langsung pergi tanpa kata, meninggalkannya, membuat Sasuke mencelos tak percaya. Padahal ia merasa waktu itu adalah saat yang pas. Ternyata, malah di luar dugaan. Sakura pergi meninggalkannya!
Sementara Sasuke dengan rasa frustasinya...
Sakura yang sekarang berada di kamar mandi kamarnya, membasuh wajah cantiknya dengan air. Walau begitu, air mata meleleh begitu saja dari mata indahnya. Ia menangis.
"Bagaimana? Bagaimana? Aku semakin frustasi! Dia terus mendesakku dengan perasaannya! Itu memuakkan!" gumamnya lirih. Ia mulai bisa merasakan beberapa perasaan. Terapi konsultasi itu secara perlahan mampu membangkitkannya dari keterpurukannya.
Setidaknya ia bisa merasakan 'rasa' atau apalah itu pada perasaanya. Setidaknya, perasaannya itu bangkit dari kematiannya. Rasa percayanya akan cinta, mulai dibangkitkan kembali. Namun, ia tidak bisa sepenuhnya langsung percaya begitu saja.
Ia memiliki keraguan dan rasa takut. Ia tidak ingin menaruh banyak harapan, ia tidak ingin bergantung dan menikmati semuanya begitu saja, ia tidak bisa mempercayakan perasaanya yang mulai bangkit begitu saja. Ia tidak bisa. Ia takut semuanya akan hancur lagi. Ia tidak mau dan malas untuk berurusan dengan masalah yang sama seperti sebelumnya.
Namun, Sasuke yang terus mengejarnya, terus mengatakan perasaanya sepanjang waktu membuatnya gelisah. Akan lebih baik Sasuke yang biasa saja. Setidaknya tidak akan membuatnya gelisah seperti saat ini.
Sakura selalu mempertahankan dirinya dan merasa yakin sendiri bahwa ia tidak merasakan apapun yang berlebihan. Hanya sedikit debaran karena terkejut atau senang karena dihargai, bukankah adalah hal yang wajar? Lalu kenapa?? Ia tak mengerti! Kenapa semuanya malah terasa rumit baginya?!
Sakura mengacak rambutnya kasar. Memikirkannya saja membuatnya frustasi. Ia harus menenangkan dirinya. Ayolah, Sakura... kau pasti bisa.
Sakura diam di kamar mandi cukup lama. Saat keluar, ia tak melihat Sasuke. Mungkin Sasuke masih ada di bawah, di ruang keluarga. Sakura berkaca. Ia melihat dirinya yang cukup kacau.
"Mengerikan..." gumamnya. Ia mengambil sisir, menyisir rambutnya pelan. Ia sudah mencuci wajahnya dan menggosok gigi, siap untuk tidur. Walau begitu, terlihat sekali betapa lelahnya dia.
Sakura mengambil penutup mata dan memasukkan kemasan gel dingin ke dalam penutup mata. Ia akan menggunakan itu untuk menutupi mata dan sebagian wajahnya, sekaligus siapa tahu bisa meredakan matanya yang bengkak akibat menangis. Rasa dingin yang menyejukkan terasa di matanya yang ditutup.
Sakura berbaring, berusaha merilekskan dirinya.
Walau begitu, ia tetap tak bisa tertidur. Sulit sekali. Saat Sakura sedang berusaha untuk tertidur, suara pintu dibuka, terdengar. Derap langkah berat mendekat.
"Ah, sudah tertidur rupanya..."
Itu suara Sasuke.
Sakura diam-diam menunggu-nunggu. Ia bisa mendengar Sasuke yang pergi ke kamar mandi. Mungkin untuk mencuci wajah dan menggosok gigi. Setelah beberapa saat menunggu, terdengar kalau Sasuke keluar dari kamar mandi. Ia bisa mendengar setiap langkahnya, karena ruangan itu begitu sepi.
Tak lama kemudian, ia bisa merasakan ranjangnya bergoyang sedikit, pertanda Sasuke naik ke atas ranjang.
"Bahkan kau sampai memakai penutup mata. Apakah sebegitu tak inginnya kau melihat wajahku begitu kau membuka matamu di pagi hari nanti?" tanya Sasuke tenang.
Sakura yang berpura-pura tidur, tanpa sadar mengepalkan tangannya yang berada dalam selimut.
Ia kemudian mendengar helaan napas Sasuke. Kemudian, ia merasakan lengan hangat pria itu melingkari pinggangnya, kepalanya menempel di bahunya. Bahkan Sakura bisa merasakan betapa lembut dan wanginya rambut Sasuke yang menggelitik leher dan pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...