Akhirnya Mikoto dan Mebuki pun pergi. Menyisakan Sasuke dan Sakura yang berada di ruangan itu.
"Kenapa kau malah menyetujui apa yang diinginkan mereka?" tanya Sakura dengan ekspresi tak ramah. Ia sedang melanjutkan aktingnya. Jika ia terlihat biasa saja atau terlihat senang, yang ada Sasuke menyangka bahwa diam-diam ia masih jatuh cinta padanya.
"Karena mereka yang memaksaku. Aku malas terus berdebat dengan mereka. Lagi pula, tak ada salahnya juga, bukan?" balas Sasuke seraya mengedikkan bahunya, menatap Sakura santai.
Sakura memutar matanya malas. Lihatlah, Sasuke mulai bertingkah menyebalkan, lagi.
"Kau bisa tenang dengan posisimu. Akulah yang dirugikan di sini!" ucap Sakura seraya duduk menjauh, menjaga jarak dari Sasuke.
Sasuke diam sembari menatap Sakura lekat-lekat. Baru saja kemarin mereka damai dan ia dibuat kesenangan, hari ini haruskah mereka kembali ribut bermusuhan? Melihat Sakura kesal dan terpaksa, entah mengapa membuat Sasuke tak senang.
"Lalu, apa yang kau inginkan sehingga tidak merugi?"
Sakura melirik Sasuke, melipat tangannya dan berpikir. Sebenarnya, berpura-pura.
"Hey, bukankah ini perjodohan paksa? Sebenarnya kau bisa saja mencari perempuan lain yang kau inginkan. Kenapa malah menerima? Apa karena kau ingin bermain-main denganku? Atau apa?" tanya Sakura tiba-tiba.
Sasuke mendengus, ia mengalihkan pandangannya ke arah cangkir teh di hadapannya.
"Aku tidak tahu. Tentu saja, aku terpaksa. Aku belum ingin menikah, aku masih ingin menikmati kehidupanku sendiri. Namun, Kakek mengancamku. Jadi, aku hanya bisa menerima saja..." jelas Sasuke.
Sakura menatap Sasuke.
"Lalu, apakah kau berpikir untuk bercerai dariku nantinya?" tanya Sakura sungguh-sungguh. Sasuke berbalik. Tatapan matanya bersinggungan dengan tatapan mata Sakura. Wanita Haruno yang telah berubah begitu banyak.
"Aku tidak tahu. Ada kemungkinan ya, atau tidak. Itu tergantung. Jika aku menemukan pujaan hatiku yang sebenarnya, maka kita berpisah." jawab Sasuke enteng.
Sakura diam-diam tersenyum.
Benar. Pasti akan seperti itu. Tak ada perjodohan paksa yang berakhir indah. Begitupun dengannya. Untung saja ia sudah tak jatuh cinta pada Sasuke. Jika saja ia masih mencintai Uchiha itu, yang ada ia akan tertekan dan terus menangis karena mendengar jawabannya. Kali ini, begitu kosong dan hampa. Mati rasa.
"Jika itu memang terjadi, kau harus memberiku kompensasi. Bagaimanapun, posisiku lah yang paling tak nyaman."
Sasuke diam, kemudian mengangguk.
"Katakan!"
Sakura menghela napas, kemudian mulai menyatakan apa yang ia inginkan...
"Aku tidak akan pernah memberimu kesempatan."
Eh? Maksudnya?
Mengerti rasa keheranan di mata Sasuke, Sakura pun menjelaskan.
"Jika suatu hari kau menyesali keputusanmu untuk bercerai denganku, aku tidak akan memberimu kesempatan. Yah, kecuali jika di masa itu aku mengajukan persyaratan yang harus kaupenuhi dan kau mau memenuhinya. Tapi, untuk sekarang aku katakan saja tak akan memberimu kesempatan." jelas Sakura.
Sasuke diam, sebelum kemudiam tertawa. Tawanya begitu mengejek. Namun, tak membuat Sakura kesal atau apa. Ia hanya diam memperhatikan Sasuke.
"Kau terlalu banyak berkhayal. Aku tidak akan pernah menyesali keputusanku jika di masa depan nanti kita harus berpisah. Kau berpikir terlalu tinggi mengenai dirimu sendiri." balas Sasuke seraya terkekeh mengejek. Entahlah mengapa ia malah memberikan jawaban itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...