9. Akur

626 123 8
                                    

Sasuke melirik ke arah Sakura yang sibuk makan sembari menonton tayangan film di iPad nya. Bukan tontonan serius seperti yang menyangkut pekerjaan. Itu malah seperti komedi-humor.

Ya, saat ini Sasuke tengah makan hidangan yang Sakura buat. Tidak disangka bahwa Sakura cukup mahir memasak, mengingat dulu, Sakura pernah membuatkan sesuatu yang terlalu asin untuknya.

Walau Sakura sempat mengerjainya, begitu mereka di meja makan, Sakura tak banyak bicara. Ia tahu bahwa Sakura sedang menonton. Tapi, ia merasa aneh, tak terbiasa. Seingatnya, Sakura itu orang yang berisik. Sekarang, benar-benar berubah banyak.

"Sudah jam segini, kau tidak telat ke kantor?"

Sasuke terkejut saat Sakura memulai percakapan.

"Tentu saja tidak. Aku adalah bos. Jadi, aku bisa bebas, setidaknya."

Sakura mendengus malas.

"Ah, aku sempat lupa. Uchiha memang seperti itu. Untung saja sesuai dengan kenyataannya," cetus Sakura santai. Sasuke meliriknya. Entah ia sadar atau tidak, Sasuke menarik sudut bibirnya halus, membentuk senyuman tipis.

"Kau sendiri? Belum bekerja?" tanya Sasuke balik. "Belum. Jadwal ku siang," jawab Sakura yang dibalas anggukan Sasuke.

Kemudian, hening.

Sasuke merasa canggung. Namun, Sakura tampak biasa saja, tak peduli. Di saat itu, handphone Sasuke bergetar, ada telepon masuk, dari Ibunya, Mikoto.

"Angkat saja di sini."

Eh?

Sasuke menoleh, ke arah Sakura yang sibuk dengan makanannya. Mungkin ia sempat melirik.

"Ba-baiklah."

Sasuke menurut. Ia membalas panggilan dari Ibunya menggunakan loud speaker supaya Sakura ikut mendengarnya.

"Halo, Ibu?"

"Halo! Waah! Kau benar-benar akrab dengan Sakura! Kerja bagus!"

Sasuke tersenyum kaku.

'Yah, dan aku harus tahan karena di rendahkan wanita itu!'

"Karena sudah begitu, di banding bertetangga, kenapa tidak tinggal satu apartemen saja? Toh, kalian sudah bertunangan, bukan?"

Sakura yang sedang menyimak, seketika tersedak oleh nasi yang sedang ia kunyah.

"Uhuukk uhukkk!!!"

Sasuke segera mengambilkan air untuk Sakura dan memberikannya pada Sakura.

"Terima kasih!" cetus Sakura saat ia selesai meminum air yang diberikan Sasuke.

"Eh? Kalian sedang berduaan? Waaah! Maaf Ibu mengganggu! Sasuke, kenapa tidak beritahu Ibu jika kalian masih berduaan! Aduh! Maafkan Ibu! Sakura, maafkan Ibu!"

Sakura tertawa paksa, tak lupa memberi lirikan maut pada Sasuke.

"Ne, Sakura-chan, kenapa kalian tidak tinggal bersama saja? Itu akan bagus! Setidaknya kalian bisa saling merawat, melindungi dan mengawasi satu sama lain! Bukankah itu ide yang bagus?"

Mendengar Mikoto yang bahagia dan berharap, membuat Sakura tak enak untuk membantah. Jika Ibunya, Mebuki, yang meminta, ia bisa saja membantah. Namun, Mikoto itu orang yang baik dan lembut, tidak segarang Ibunya.

"A-ah, aku belum memikirkannya. Aku takut belum bisa merawat Sasuke dengan baik, mengingat kesibukan pekerjaanku," jawab Sakura tak enak.

"Uhm, tak apa! Biarkan Sasuke yang merawatmu! Itu tanggung jawabnya sebagai laki-laki dan calon suamimu! Tidak hanya kau yang melayaninya, tapi dia juga harus mau melayanimu!"

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang