Sunrise yang dinanti akhirnya tiba...
Sakura meminta Sasuke untuk memotretnya. Selama sesi memotret Sakura, Sasuke sering kali salah fokus. Bagaimanapun, itu wajar saja bagi dia yang baru saja mulai mengalami sebuah perasaan yang disebut-
"Ayo foto bersama. Aku akan mengambil selfie."
Eh? Eh? Eh?
Sasuke menatap Sakura tak percaya. Sebelum ia bertanya, Sakura menarik Sasuke mendekat dan berselfie ria dengan menggunakan cahaya matahari yang baru saja terbit sebagai filter alami.
Setelah puas berselfie, Sakura sibuk dengan handphonenya sendiri.
"Kirimkan foto-foto itu padaku..." cetus Sasuke setelah diam agak lama memperhatikan Sakura. Sakura mengangguk saja dan mengirimkan foto-foto itu.
Sasuke sendiri puas saat melihat selfie-selfie itu. Ia tidak pernah berfoto seperti ini. Paling, berfoto pun untuk hal yang penting saja. Untuk yang seperti ini ia tidak pernah. Baru pertama kalinya ia melakukannya dan... itu bersama Sakura.
"Matahari sudah terbit, bagaimana dengan sarapan?" tanya Sakura, menyadarkan Sasuke dari lamunannya. "Ah, hmm... ya. Ayo.. kita sarapan." jawab Sasuke setuju.
Rupanya, pihak resort telah menyiapkan segala hal untuk mereka. Sakura memasakkan hidangan untuk sarapan mereka. Pagi hari itu begitu damai namun juga... agak terasa sepi?
Sakura makan dengan tenang, dan Sasuke yang makan sembari memperhatikan wajah cantik Sakura, hanya diam. Selesai sarapan, mereka membersihkan diri. Setelah itu, mereka pun pergi untuk berjalan-jalan.
Cuacanya bagus dan mereka menjadi pusat perhatian. Walau mereka tampak harmonis, pada kenyataanya tidak demikian. Sakura begitu dingin. Dia memang baik, tersenyum, dan menawari Sasuke untuk makan atau menikmati jajanan yang ada. Namun, itu seperti basa-basi dan Sakura sendiri tampak tak tertarik.
Pada akhirnya, liburan itu... tidak ada istimewanya sekali. Sakura banyak bersantai, begitu pun dengan Sasuke. Tak ada yang berkembang di antara mereka berdua. Malah, sepulang dari liburan bulan madu mereka, Sakura semakin dingin padanya. Walau Sakura melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik (kecuali urusan ranjang), tak ada kegembiraan sedikitpun. Membuat Sasuke kesal dan jenuh.
"Sepulang bulan madu kau suntuk terus. Bagaimana bisa? Haha!"
Sasuke hanya mendengus saat Obito mengejeknya.
"Mungkin... kau tidak diberi jatah lagi, ya?" tebak Shisui, membuat suasana hati Sasuke semakin buruk. Jangankan jatah, bahkan hubungannya dan Sakura yang sebelumnya dirasa lebih baik, berubah jauh jadi dingin sekali, seperti orang asing yang tinggal bersama.
"Apakah kalian bertengkar?" tanya Itachi. Sasuke hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Shisui memperhatikannya, menebak, "Kau pasti merindukan istrimu, ya? Aku dengar dari Crys, Sakura sedang sibuk-sibuknya di rumah sakit, jadi kalian pasti jarang menghabiskan waktu bersama."
Apa?!
Sasuke menatap Shisui tak percaya. Bukan kepada Shisui seharusnya tatapan itu ditujukan. Tapi, pada Crystal, istrinya Shisui. Dibandingkan ia yang notabene suaminya, mengapa suadari iparnya yang lebih tahu tentang istrinya?! Sedekat itukah hubungan mereka? Tapi, bagaimanapun dia adalah suaminya. Kenapa Sakura tak pernah memberitahunya? Walau Sasuke tak akan terlalu memusingkan jika ia tahu Sakura begitu dingin padanya karena sibuk, tapi jika seperti ini... ia merasa... itu sangat menyebalkan!
"Ooh, jika begitu katakan saja pada istrimu. Tanyakan kapan ia punya waktu untukmu. Bagaimanapun, ia istrimu, sudah seharusnya memberi jatah untukmu. Apalagi jika kau sudah bersabar menunggu jatahmu..." cetus Obito sembari tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...