Epilog

873 81 8
                                    

"Hey, Sarada!"

Merasa namanya dipanggil, gadis cantik dengan rambut hitam pendek, menoleh. Saat melihat orang yang memanggilnya, ia memasang tampang datar, jelas ia tidak suka.

"Panggil aku 'kakak'. Umurku lebih tua dibandingkan kamu," jawab Sarada seraya menatap pemuda yang menghampirinya dengan tatapan lurus tajam menusuk.

"Hanya beda sedikit, santai saja bisa, 'kan?" balas pemuda itu sembari menampilkan cengiran tanpa dosanya.

"Beda sedikit matamu! Sudah, jangan ganggu aku. Aku harus pulang!" jawab Sarada menahan kesal. Ia sering diganggu pemuda menyebalkan itu dan dia tidak tahan!

Sarada segera bergegas pergi dengan langkah lebar dan cepat. Berusaha menjauh sejauh mungkin dari pemuda yang mengejarnya ini.

"Hey, tunggu Sarada!"

Yah, pada akhirnya dia hanya bisa pasrah karena pemuda itu berhasil menyusulnya.

"Pst, Sarada..."

"Uzumaki. Diamlah."

Sarada melirik dingin. Saat ini mereka sedang berada di kereta dan Sarada tidak mau menimbulkan keributan di sini. Untunglah si Uzumaki itu akhirnya diam.

Kedamaian hanya sementara, karena begitu mereka sampai dan turun, pemuda itu kembali mengganggunya.

"Kau lupa ingatan atau memang bodoh?" cetus Sarada, menghentikan langkahnya. Membuat Uzumaki muda itu ikut berhenti.

"Eh? Apa? Aku sebegini pintarnya mana mungkin bodoh?"

Jawaban tanpa dosa dan dengan nada congkak itu membuat Sarada ingin memukulnya. Namun, akhirnya ia hanya menghela napas dan menatap Uzumaki di depannya lurus-lurus.

"Uzumaki Boruto. Arah kita berbeda. Untuk apa kau mengikutiku?"

Ya, pemuda itu adalah Uzumaki Boruto. Putra sulung Naruto dan Hinata. Bisa dibilang, mereka teman masa kecil. Namun, setelah remaja, tidak sedekat sebelumnya, ah.. atau... tidak.

"Aku ingin ikut. Hitung-hitung menyapa calon ayah dan ibu mertua." jawab Boruto seraya tersenyum senang. Seketika terasa dark matter aura dari Sarada.

"Uwaaa, jangan meledak dulu. Tenang, okay? Ibuku sedang ada di rumahmu dan memintaku datang ke sana!" seru Boruto cepat. Menyadari bahwa Sarada akan meledak, ia terpaksa mengatakannya.

Sarada menghela napas, kemudian tanpa banyak bicara, berbalik. Kembali melanjutkan langkahnya, pulang.

Boruto yang merasa lega, merasa senang. Kemudian, ia berjalan, menyusul dan berjalan berdampingan dengan Sarada.

Sementara itu....

Di rumah Uchiha, di rumah Sasuke dan Sakura.... para ayah dan ibu itu sedang berkumpul. Lebih tepatnya sahabat-sahabat Sakura sedang berada di sana, menikmati waktu berkumpul bersama sembari merumpi asyik. Yang merumpi ya ibu-ibu saja sih.

Para ayah sedang asyik membahas tentang bisnis yang dijalani dan kemajuan bisnis mereka. Jika tidak bisnis, membahas tentang politik atau krisis ekonomi global.

"Aku pulang!"

Suara Sarada terdengar. Begitu disambut, Sarada datang bersama dengan Boruto.

"Loh, kalian pulang bersama-sama, eh?" tanya Naruto seraya tersenyum cerah. Berbeda dengan Sasuke yang sudah siap-siap dengan aura menyeramkannya, memandangi Boruto lurus-lurus.

"Ya. Begitulah. Kebetulan Ayah dan Ibu ada di sini, jadi aku datang saja, sekalian." jawab Boruto seraya mengedikkan bahunya santai.

"Ibu kira kau akan ke rumah. Himawari ada di sana," jawab Hinata yang heran, tak lupa seraya mengernyitkan alisnya.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang