14. Mabuk

772 122 15
                                    

Hari yang dinanti pun sebentar lagi akan tiba.

Dua hari lagi, ia akan segera menikah dengan Sasuke.

Sakura sudah mengambil cuti, bersamaan dengan undangan pernikahan yang disebar.

Kedua sahabatnya, Hinata dan Ino, sangat terkejut begitu mendapatkan undangan itu. Mereka memaksa ingin bertemu, namun Sakura tidak mengiyakan dengan alasan bahwa ia sedang ada urusan dengan keluarga besar. Bahkan, ia pun jarang bergabung dalam pembicaraan di grup chat mereka.

Sakura saat ini berada di kediaman keluarga besar Uchiha. Ia dipaksa untuk berkunjung, dengan para perempuan di keluarga Uchiha, ia membicarakan banyak hal. Sepanjang mengobrol itu, Sakura terus saja berpura-pura, seolah ia ikut bahagia.

"Sakura-san?"

Sakura menoleh, bertemu tatap dengan Crystal yang datang sembari menyodorkan segelas minuman segar padanya.

"Terima kasih banyak!"

Crystal duduk di sampingnya.

Saat ini mereka berada di halaman belakang mansion Uchiha. Yah, memisahkan diri.

"Padahal sudah aku katakan untuk memanggilku Sakura saja, tidak perlu terlalu formal," cetus Sakura sebelum ia meneguk minuman yang diberikan Crystal.

"Rasanya tidak sopan kalau di sini aku memanggilmu dengan nama langsung, hehe..." cengir Crystal. Sakura tertawa santai.

"Ngomong-ngomong, sampai kapan kau akan bertahan, Crys? Mereka terus membicarakan penerus," tanya Sakura langsung, tanpa ragu-ragu. "Hm, sampai Shisui-san bosan padaku dan melepaskan aku." jawab Crystal sembari tersenyum cerah.

Sakura menatap Crystal kasihan. Bagaimanapun, ia benar-benar bersimpati pada perempuan asing di depannya ini. Hanya karena sebuah insiden, Crystal sampai terseret kemari.

"Kenapa tidak kau saja yang melepaskan?" tanya Sakura penasaran. Jika itu dia, Sakura akan memutuskan Sasuke tanpa ragu-ragu nantinya.

"Karena aku tidak ingin menyesal atau mengecewakan..."

Eh?

"Mungkin, kau juga memiliki alasan yang hampir sama denganku, bukan? Kau memilih bertahan, selain karena demi menutupi kebenaran, kau juga tidak ingin mengecewakan orang-orang di sekitarmu,"

Sakura menatap Crystal serius. Apa yang dikatakan Crystal ada benarnya juga..

"Aku akan memberikan apapun, terbaik sebisaku, namun tidak akan mudah dengan perasaanku. Semenjak orang yang aku inginkan pergi, aku merasa tidak pantas untuk merasakan hal yang sama lagi."

Sakura merasakan sakit.

Ia saja sudah sangat sakit hati melihat Hinata yang berpasangan dengan Naruto. Apalagi dengan Crystal yang kehilangan orang yang diinginkannya.

Bisa dibilang... mereka itu 'satu nasib'. Dan itu sama dalam hal... romansa. Mereka sama-sama disakiti laki-laki. Namun, dibandingkan Sakura yang melakukan perlawanan, Crystal begitu pasrah disakiti terus menerus. Sakura sakit hati berulang kali melihat Hinata dan Naruto. Namun, Crystal sudah mati rasa karena kehilangan. Sakura memiliki keinginan untuk membalas dendam, namun Crystal tidak memiliki semangat yang sama dengannya.

Maka dari itu, tak salah jika mereka bisa dekat dengan begitu cepat.

"Aku yakin kau bisa kembali seperti dulu! Itu akan membutuhkan waktu yang lama, tapi tak apa! Selama kau menantikan kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan akan datang sendiri langsung padamu!"

Sakura menatap Crystal serius. Crystal menaikkan kedua alisnya dan tertawa. Namun, Sakura tahu tawanya tidak lah tulus. Bagi orang lain mungkin begitu, namun ia sendiri mengerti karena ia sendiri kerap kali berakting sama seperti Crystal yang sekarang ini.

AbnormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang