"Sasuke, di mana Sakura?" tanya Mikoto, Ibu dari Sasuke, menatap putra nya lurus-lurus, penasaran.
"Dia sibuk." jawab Sasuke datar.
Hari sudah menjelang malam dan Sakura belum menampakkan batang hidung nya. Terakhir kali ke sini, itu pun saat siang tadi. Sakura tidak muncul lagi.
"Itu wajar saja. Dia seorang dokter, jelas sangat sibuk," cetus Fugaku, Ayah nya Sasuke. Di angguki oleh istri nya, setuju. Namun, Sasuke tetap saja kesal. Entah mengapa ia merasa bahwa tak seharusnya hal seperti ini terjadi.
Di saat mereka sedang mengobrol, pintu di ketuk. Rupa nya itu adalah orang tua Sakura, calon mertua Sasuke, yang datang di ikuti Sakura di belakang nya.
Mereka di sambut.
Namun, Sakura nampak tak antusias sama sekali. Ia berbicara dengan kedua calon mertua nya, kemudian ia pura-pura memeriksa dan bertanya ada keluhan atau tidak pada Sasuke.
"Kemana saja kau?" tanya Sasuke penuh penekanan. Namun, Sakura tak menjawab dan hanya diam saja, melirik pun tidak sama sekali. "Aku sedang sakit dan kau tak ada inisiatif menengokku? Aku tahu kau seorang dokter dan sangat sibuk. Tapi, tidak bisakah kau memberikan aku sedikit perhatian? Aku adalah pasien, belum lagi aku juga calon suami mu!" bisik Sasuke seraya menatap Sakura mengancam.
"....."
Sakura menatap nya, kemudian menyeringai. Ia mendekat, menundukkan kepala nya, sehingga ia berbisik di telinga Sasuke.
"Status hanya kedok. Kenyataan nya kita tidak begitu. Jika memang kau tidak tahan dan tidak suka, maka tarik lah perjanjian pertunangan itu. Aku tidak mau di hubungan dengan laki-laki merepotkan yang labil sepertimu." bisik Sakura, yang di akhiri dengan tawa mengejek. Membuat Sasuke melotot tak percaya.
'Apa?! Berani nya ia mengatakan aku merepotkan dan labil?! Kedua kategori itu hanya ada pada wanita! Apa-apaan dia?!'
Sasuke di buat semakin kesal dan dendam saja pada Sakura. Ia tidak mengerti. Mengapa semuanya berubah jadi seperti ini?
Yang ia harapkan Sakura akan menangis penuh syukur dan tak akan melewatkan setiap kesempatan bersamanya. Namun, sekarang Sakura terlihat tidak tertarik, bahkan jijik dan menghindari nya seperti penyakit.
"Sakura, terimakasih karena telah menolong Sasuke. Kamu memang hebat! Ibu bangga pada mu!" cetus Mikoto yang dengan lugas menyebut diri nya 'Ibu' pada Sakura.
"Eh? Ah... i-iya... I-Ibu?"
Sakura tak enak jika ia tetap memanggil Bibi atau Tante. Bagaimanapun, walau Sasuke brengsek yang menyebalkan, Ibu nya, Mikoto adalah orang yang baik dan lembut.
"Ah! Menggemasakan! Bagus! Terus panggil aku Ibu, yaa!"
Sakura tertawa kering saat Mikoto berseru antusias, bersamaan dengan Mebuki, ibu nya yang tersenyum puas dengan perkembangan ini.
"Apakah jadwal mu sudah selesai?" tanya Mikoto. "Ya. Sebentar lagi selesai." jawab Sakura seraya tersenyum cerah.
"Bagus! Ibu bisa meminta tolong agar kamu mau menginap di sini? Menemani Sasuke?"
Tatapan Sasuke dan Sakura berubah.
Sakura jelas terkejut. Namun, jauh dalam hati ia mengumpati kesialan nya, ah ia lupa untuk berbohong. Sementara Sasuke nampak antusias. Dengan Sakura berada di sini, ia bisa lebih leluasa untuk membuat Haruno itu kesal.
"Boleh, ya?"
Ah, Sakura merasa tidak enak untuk menolak Mikoto.
"Y-ya... baiklah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...