"Ini cocok untuk Si Kembar. Oh iya, sepatu ini lucu untuk bayi kita nanti." cetus Sakura sembari memegangi dua kotak bening berisi sepatu anak yang mungil dan lucu.
Yang satu sepatu berwarna cokelat dan yang lainnya berwarna merah muda dengah hiasan bunga di sana.
"Kau begitu yakin ya, bayi kita nanti perempuan?" cetus Sasuke seraya memandangi istrinya yang sedang meneliti ukuran sepatu itu. "Tentu saja! Aku sudah bertanya saat melakukan pemeriksaan dan katanya ini perempuan!" jawab Sakura antusias.
Sasuke tersenyum melihat istrinya itu yang tampak bahagia. Sebelumnya Sakura memang sempat menceritakan kalau hasil pemeriksaan bayinya perempuan. Sasuke sendiri antara percaya tidak percaya, karena terkadang ada fenomena di mana bayi yang diperkirakan perempuan, pada akhirnya yang keluar adalah bayi laki-laki. Yah, Sasuke tidak terlalu peduli mau bayinya laki-laki atau perempuan, selama bayi yang keluar aman dan sehat, ia sudah sangat bersyukur.
Saat ini mereka sedang berbelanja di sebuah mall ternama. Sakura banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikan tentang cara merawat bayi dengan memperhatikan Crystal dan Si Kembar itu. Mikoto sendiri banyak membantu, sungguh mengedukasi para Mama Muda itu.
Mengikuti arahan, demi kelancaran melahirkan nanti, Sakura ikut kelas yoga ibu hamil. Sasuke agak khawatir, takut kenapa-kenapa, untungnya baik-baik saja karena Sakura diawasi profesional. Selain yoga, Sakura sering berjalan-jalan di sekitaran taman atau di mana pun, tentu saja dengan Sasuke yang mendampingi. Benar-benar suami yang siaga.
Selesai berbelanja keperluan bayi, mendadak Sakura ingin berbelanja perlengkapan untuknya. Sasuke mengajaknya berbelanja pakaian dan aksesoris.
Sebenarnya semua persiapan untuk kelahiran sudah disiapkan oleh ibu dan mertuanya dari jauh-jauh hari. Namun, Sakura tidak tahan begitu melihat barang yang imut dan membelinya.
"Dress ini cocok untuk dipakai setelah melahirkan. Tidak ketat dan bagus untuk menyamarkan bentuk tubuh," cetus Sakura seraya mengamati dress floral berwarna pastel. Terlihat lembut dan elegan.
"Hm, memang kenapa dengan bentuk tubuhmu?" tanya Sasuke yang heran. "Yah, setelah melahirkan tubuhku tidak akan secantik sebelumnya, lebih lebar tentunya. Aku akan membentuknya jadi indah lagi dengan olahraga," jawab Sakura seraya cemberut.
"Jangan kesal begitu. Mau seperti apapun bentuk tubuhmu, aku akan tetap mencintaimu. Percaya dirilah," jawab Sasuke seraya setengah merangkul istrinya itu. Sakura meliriknya, tetap cemberut. "Jika aku tak mau berubah, semakin banyak perempuan yang mendekatimu! Mereka pasti akan berpikir bahwa mereka lebih baik dibanding aku. Hmph, aku tak akan membiarkan itu terjadi. Aku hanya ingin mereka tahu, dengan istri sepertiku, tak ada peluang bagimu untuk melirik mereka!" jelas Sakura penuh ketegasan dan keras kepala tentunya.
Sasuke yang mendengarnya terkejut dan tak bisa menahan tawa. Ia mengecup kening istrinya itu gemas, "Baiklah lakukan apapun yang kau inginkan, aku tidak akan melarangmu. Aku suka denganmu yang protektif dan agresif seperti ini."
Sasuke sebenarnya tidak terlalu memikirkan apakah perempuan-perempuan di luaran sana akan semakin gigih mengejarnya. Yah, lagi pula ia tidak peduli, ia hanya mencintai istrinya itu. Tidak peduli mau bentuk tubuh istrinya berubah semakin lebar sekalipun, ia tidak peduli. Ia akan tetap mencintainya dan menyukainya, karena bentuk tubuhnya yang seperti itu adalah bukti perjuangan istrinya untuk mengandung dan melahirkan anak mereka.
Tapi, Sakura sepertinya sudah banyak memikirkan skenario yang akan terjadi dan sudah merencanakan apa yang akan dilakukan. Jadi, Sasuke hanya bisa pasrah mengiyakan saja. Lagi pula, jika istri sudah mengomel, pantang untuk dilawan. Jika tidak, yang ada Sakura kesal padanya dan tak akan membiarkannya tidur bersama. Jadi, ya sudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormal
FanfictionPatah hati berkali-kali, ada yang berefek kecil, namun juga ada yang berefek luar biasa seperti..... "Apa kau pikir aku bahagia dengan kondisiku yang sekarang? Walau aku tampak baik-baik saja atau apa, pada kenyataannya aku benar-benar tersiksa. Kau...