35

13K 839 24
                                    

Mungkin siapapun itu akan menyadari sangat jelas apa yang telah terjadi, tapi ini adalah Ozy. Ozy orang yang peka namun tak peka, Ozy orang yang pintar namun tak pintar.

Zaka yang lebih peka dan lebih pintar dari adiknya itu kini sudah terduduk di ruangan hening yang tak lain adalah ruang kerja sang Ayah, dia di sini untuk menuntut suatu penjelasan dari ayahnya itu.

"Ayah bisa jelasin?" Ayah yang mendengar putranya bertanya itu mengangguk seraya menghela nafas panjang.

"Kau lebih peka dari pada anak bodoh itu" ucap ayah seraya memijat dahinya, karena kepalanya yang sedikit pening.

Zaka mengangguk menyetujui apa yang ayahnya katakan, memang benar bukan?

"Ozy bukan anak kandung ayah" ucap Ayah seraya menatap muka Zaka yang biasa saja seolah-olah dia telah menyadarinya dari lama.

"Oh. Tapi kenapa ayah mendidik Ozy sangat keras? kan Ozy bukan anak ayah bahkan lebih keras daripada ayah mendidik Zaka" tanya Zaka penasaran karena memang itu kenyataannya, kenyataan tentang Ayahnya selalu menghukum Ozy ketika melakukan kesalahan tapi Ozy tetaplah Ozy. Ozy adalah anak yang keras kepala, sangat mirip dengan sahabatnya.

"Ayahnya yang suruh" balas Ayah acuh, jujur saja Azar sedikit kesal dengan sahabatnya itu. Menambah beban saja pikirnya, tapi itulah gunanya sahabat.

"Jawaban ayah sangat tidak membuat Zaka puas. Zaka keluar" Zaka pun meninggalkan ayahnya yang bodoamat, yasudahlah.

Pagi yang berbeda di antara pagi lainnya, rasanya Ozy tak ingin bangun jika paginya seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang berbeda di antara pagi lainnya, rasanya Ozy tak ingin bangun jika paginya seperti ini. Ozy kini tengah berada di bandara, tentu saja di antar oleh Denis, Ayah, Bunda, Zaka serta sahabatnya.

"Lo gak nangis dek?" ucap Ozy kepada Denis yang terlihat biasa saja, tentunya perkataan bodoh itu mendapat gelengan dari Ayah.

"Buat apa gue nangisin orang goblok kek lo" balas Denis tanpa melihat abangnya itu.

"Yang benerrr" ucap Ozy seraya memegang kedua bahu Denis, sungguh rasanya Zafir ingin segera menyeret sahabatnya itu agar cepat-cepat pergi.

"Hmm" Ozy menatap Denis yang masih tak mau menatapnya.

"Gak mau peluk nih, bentar lagi gue pergi lohh" Denis yang mendengar itu langsung saja menubruk tubuh tegap yang berada di depannya.

"Lo bilang kek gitu seakan-akan ini hari terakhir lo" ucap Denis lirih karena suaranya teredam sebab ia memeluk Ozy erat, dapat Ozy rasa bajunya mulai basah.

Ozy membalas pelukan Denis dan memeluknya erat, ia pastinya akan sangat merindukan adik kesayangannya atau pujaan hatinya bisa juga di bilang kekasih yang sangat ia cintai.

"Gue bakal balik lagi, tunggu gue" bisik Ozy tepat di telinga Denis, Denis pun dengan reflek mengangguk.

"Dan gue bakal selalu tunggu lo" balas Denis dengan berbisik juga, kini keduanya saling tatap. Ayah yang tadinya menghadap lain kini matanya sedikit melotot karena posisi Ozy dan Denis yang terlihat seperti akan berciuman, dengan segera Ayah memisahkan keduanya.

What Is My Gender?[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang