14 | Jalan Ninja Yuno

31.6K 5.1K 446
                                    

Vote dulu kaya biasa, Dek!

.

.

Brak!

"Yudhaa!!"

Sontak gue noleh ke pintu yang baru aja dibuka kasar sama Ayu yang sekarang udah pake seragam sekolah meski belum rapi dan belum sisiran juga—kayaknya.

"Lu ngapain, lu kelahi?!" Pake langkah lebar Ayu masuk ke kamar tanpa tutup lagi pintunya.

Gue nelen ludah kasar, mata Ayu berkilat merah marah, ditarik tangan gue dan didudukkan di tepi ranjang sementara dia berdiri di depan gue kacak pinggang.

"Lu ngapain, huh? Gue udah bilang jangan main sama anak SGG! Begini, 'kan?! Lu babak belur, lu itu bukan jaogan, Yudha ...," Dia mulai ngerengek.

"Tapi gue memang," jawab gue hati-hati.

"Menang apanya babi? Bibir lu robek," Dia nakup rahang gue kanan kiri pake kedua telapak tangan kecilnya. "Tulang pipi lu ungu," Dia jadi nangis ngerengek.

"Loh! Loh! Loh ... gue nggak apa-apa," Sekarang gue yang nakup pipinya buat hapus air mata yang ngalir tiba-tiba dari mata merah marahnya.

"Ini sakit?" Dia duduk ke sebelah gue dan usap ujung bibir gue yang robekannya udah sedikit ngering.

"Nggak ... gue cowok, Yu," Gue turunin telapak tangannya yang nyentuh sudut bibir tadi terus ngenggam hangat biar dia yakin. "Nggak apa-apa," Lanjut gue.

"Yudhaaa," Dia malah tambah nangis salfok liat punggung telapak tangan gue. "Ini kenapa juga ungu-ungu lecet?" Dia nunjuk ke ruas-ruas punggung jari-jari tangan gue yang emang lebam dan ada beberapa lecetan kecil di sana.

Gue ngekekeh. "Nggak apa-apa, ini bukti gue menang,"

"Menang apanya si anjing, lu lebam-lebam semua, kalau lu yang menang aja begini apa kabar sama yang kalah, huh?!" Dia nangis, tapi marah-marah.

"Hidungnya patah," jawab gue.

"Anak babi, lu kereeen," Dia muji tapi nangisnya makin jadi.

"Loh udah dong, gue nggak apa-apa," Sekali lagi gue lap pipinya pake jempol tangan.

Tapi langsung ditepis kasar. "Gue udah pake sunscreen tadi!" Galaknya. "Tapi ini sakit?" Dia ambil telapak tangan gue yang ukurannya kebesaran di satu telapak tangannya.

"Nggak," jawab gue bohong, jujur aja ini perih yang lecet, pegel yang ungu, bahkan kebas nyampe lengan atas masih kerasa banget rasanya.

"Semalem gimana lu di kantor polisi?"

"Selesai, nggak gimana-gimana," jawab gue.

"Dibayar bokap Yuno?" tanya Ayu.

Gue ngangguk. "Mungkin beneran 20 atau 25 tahun lagi gue harus nyalon presiden terus nata ulang hukum negara,"

Ayu ketawa meski putih matanya masih sedikit merah. "Gue wakilnya entar,"

Gue ikut ketawa. "Iya, lu wakilnya,"

"Jadi lu nggak masuk hari ini?" tanya Ayu lagi.

"Kaca mata gue remuk, Yu ... mungkin nunggu yang baru jadi dulu dari optik,"

"Lama dong? Tiga harian?"

"Lu berangkat sama Riyu dulu berati," saran gue.

"Nggak mau sama Riyu ... dia curang, Fahri dikencanin dia duluan, padahal gue yang ngejar Fahri duluan," Ayu sidekap tangan, kembungin pipi dan buang muka.

Gue ketawa.

"Ah! nggak like! Gue juga pengin punya uke, Yudhaa,"  rengeknya lagi sambil ngusak-ngusakin kaki pendeknya ke lantai. Gue pengin dipanggil mommy!"

"Mommy,"

Gue dan Ayu noleh ke pintu kamar yang terbuka dan ada Yuno di sana pake seragam sekolahnya. Dia jalan masuk ke kamar gue dan langsung duduk di sisi Ayu pasang muka sendu dan bibir bawah ngecebik maju. Mukanya juga ungu-ungu, sudut bibir robek, matanya merah.

"Maaf Mas Yudha jadi kelahi gara-gara gue," Dia rengkuh lengan kecil Ayu dan nyandarin kening ke bahu meski dia harus ngerunduk dalam karena kesenjangan tinggi badannya sama Ayu.

"Huaaa ... nggak bisa ... gue nggak bisa ada uke nangis minta maaf pake cara begini, mana gue dipanggil mommy," Ayu malah ikut ngerengek nangis lagi.

Bumi, tenggelamkan mereka bedua sekarang, merek nggak ada waras beneran.

"Nggak apa-apa, Sayang ... jangan nangis, Yun-Yun nggak salah, salahin aja kang Maman di depan," Ayu ngelus pipi Yuno lembut dan sayang.

"Siapa kang Maman?" Yuno negakin lagi kepalanya masih pasang muka sendu dan usap pipinya yang ngembung imut pake punggung tangan.

"Tukang sayur di depan, Sayang," jawab Ayu yang kayaknya nggak tahan sama keimutan. "Ibu juga masih di depan pasti, 'kan?"

Yuno ngangguk. "Makanya tadi Yun-yun langusng disuruh masuk aja ke dalam, ibu Mas Yudha lagi sibuk cerita anaknya yang baik ini bisa kelahi,"

Gue pijet pangkal hidung, malu gue asli sumpah, pasti ibu hiperbola di depan sekarang, pasti ngomong praktik pake gerakan tangan.

"Ini sakit?" tanya Ayu ke Yuno lagi, gue berhenti pijet pangkal hidung dan liat Ayu elus lembut tulang pipi Yuno yang ungu. Asli ini anak beneran jadi kaya emak-emak ke anaknya.

Yuno kerucutin bibir dan ngangguk pasang muka mau nangis natap gue. "Tapi pasti Mas Yudha lebih sakit," Terus nyorot sendu Ayu lagi. "Maaf, Mommy, temenya babak belur gara-gara Yun-yun," Dia nangis beneran.

"Hust ... husst! Nggak gara-gara Yun-yun, uke nggak pernah salah, Yudha aja yang kalahan makanya dia babak belur,"

Nggak habis pikir gue, kemaren nggak boleh gue main ama SGG apalagi Yuno, tapi kok bisa begini si Ayu? Beneran dia lemah sama uke.

"Yudha!" Ayo noleh ke gue galak bikin gue terkesiap. "Sembuh cepetan! Jangan bikin Yuno nangis khawatir, atau gue tebas jari lu!"

"Mommy ...," rengek Yuno.

Otomatis Ayu noleh lagi ke Yuno. "Apa, Sayang?"

"Mas Yudha-nya jangan digalakin, nanti Yun-yun jadi sedih,"

"Nggak, Sayang ... nggak," Ayu usap lengan Yuno naik turun.

"Yun-yun nggak bisa hidup tanpa Mas Yudha–,"

Demi semesta, sekarang pasti oksigen, air sama makanan lagi kernyitin kening—kalau mereka punya rupa—denger kalimat Yuno. Apalagi Tuhan, pasti udah sidekap tangan dan geleng kepala.

"–jadi boleh yah Mas Yudha jadi Alpha-nya SGG dan nemenin Yun-yun?" Yuno makin kembungin pipi dan cebikan bibir bawahnya yang pink mengkilap basah dibikin getar siap nangis sesi berikutnya.

"Iya, iya, iya ... boleh, jangan nangis, semua dari Yudha punya Yun-yun sekarang,"

"Makasih, Mommy," Yuno meluk Ayu dengan ngebungkuk, terus ngedongak natap gue dan kedipin satu mata.

Anak babi, kayaknya nangis imut adalah jalan ninjanya buat naklukin Ayu si fujo sejati.

Tbc ....

An: Dek Yun-yun udah dapat restu lagi dari Mommy Ayu, ygy!

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang