43 | Yuno nggak jadi nyari penyihir

20.2K 3.6K 237
                                    

Vote!

Gue yang lagi antre pesen noleh ke belakang di mana Yuno duduk di salah satu bangku restoran ayam geprek siap saji ini. Di sana Yuno sibuk nata coklat yang tadi gue beliin buat bayar hutang janji sisa kemaren di atas meja.

Yuno itu lucu, dia beda kalau sama gue. Manja, kang ngerajuk, dan pasti selalu menangin segala sesuatu dari gue. Kaya hari ini, pagi-pagi dia bikin gue darah tinggi, cemburu dan marah-marah, tapi berakhir gue yang kalah dan minta maaf. Dan sekarang gue balik lagi luluh, jadi beliin dia coklat dan ngajak makan.

Yuno itu beda, kalau sama anggota SGG dia berwibawa, meski tetep gila juga, Aura-nya gagah, jiwa pemimpinnya tinggi ditambah backing dari Arsen. Makanya, di depan anggota, gue nggak pernah berani usak puncak kepalanya untuk tetep ngejaga citra.

Yuno itu beda, apalagi bagi cewek-cewek dia itu penuh pesona. Vibenya positif, si pemilik jiwa Matahari, pinter bangun suasana, makanya gue dulu liat dia di awal, seolah dia dikelilingi banyak cewek yang muja. Bahkan gue kira dia dulu punya banyak pacar padahal enggak.

Yuno itu beda, kalau sama gue dia jadi sosok lain, semua wibawa dan mode reptilia-nya sirna. Yuno manja, dia pake semua ekspresinya, dari sorot sendu lugu-nya, rajuknya, rewelnya, banyak maunya, tingkah randomnya bahkan ketakutannya dia keluarin semua.

Kalau ada yang mau tahu, kadang tengah malam dia texting cuma bilang. "Jangan tinggalin gue," Ditambah pake emot titik dua kurung buka. Lucu! Mungkin dia mimpi buruk, tapi sayangnya kadang gue buka di pagi hari.

Lucu banget, kayak sekarang di meja sana abis nata coklat ungunya dia hitung ulang padahal udah jelas itu jumlahnya lima, dilanjtut nompang dagu, kembungin pipi dan ngangguk seolah mantap gue udah tepatin janji.

Gue ngekikik geli dan hadap depan lagi. Tibalah antrean gue sekarang. "Paket Ayam geprek dua, tambah kentang large satu, nugget cheese dua," pesan gue ke mbak kasir-nya setelah kalimat wajib kasir selesai diucapkan.

"Untuk minumnya lemon tea, leci tea atau susu?"

"Satu lemon tea, satu susu," jawab gue.

"Tunggu sebentar, yah, Kak,"

Dan pesanan gue dibuat, nggak lama nyampe semua siap, struk keluar dan gue bayar sesuai nominal. Gue bawa nampan pesanan ini dan balik ke Yuno lagi.

"Makasih, Mas," kata Yuno setalah gue taro salah satu piring ke hadapannya sebelah coklat yang dia tata di atas meja.

"Makan," kata gue. "Gue mau cuci tangan bentar,"

"Nanti, nunggu lu aja, mau disuapin soalnya," Dia senyum D dengan miringin kepala nggak ada dosa.

Gue ngekekeh. "Dasar," Dan gue tinggalin dia gitu aja ke tempat cuci tangan, buka kran, basahin, pake sabun dan bilas, gue keringin dan balik lagi ke Yuno.

"Suapin, Mas!" Yuno condongin tubuh dan buka mulut padahal gue baru duduk di hadapannya.

Gue ngekekeh dorong kepala Yuno main-main.

"Kepengin manja, diih!"

Gue makin ngekekeh. "Biar apa?"

"Katanya biar gemoy,"

"Nggak usah," jawab gue sambil ketawa. Gue tahu Yuno pasti masih nggak enak gue marah begitu tadi pagi, dan tahu lemah gue itu adalah manjanya dia.

"Humb," Dia kembungin pipi lagi.

"Cuci tangan sana!" perintah gue.

Yuno tarik napas dan buang kasar. "Tapi udah nggak marah, 'kan?"

"Nggak, Sayang. Udah cuci tangan buru!"

"Oke-oke!" Dia semangat dan beranjak dari kursi.

Seperginya Yuno, perharian gue teralih ke pintu kaca utama restoran cepat saji ini yang dibuka dari luar.

Itu Venya, si cewek yang ngambil first kiss gue dulu, di belakangnya ada Nizam dan Abimanyu.

Sial! Pasti ada Gusti juga ini, dan damn!! Bener dugaan gue, Gusti di belakang sendiri nyusul mereka bertiga masuk.

"Kenapa, Mas?" Yuno balik lagi ke gue dan ngalihin perhatian.

Yuno noleh sekilas ke kedatangan mereka dan balik lagi natap gue. "I Love You,"

Gue ngekekeh jadinya. Ada-ada aja bayi ini.

"Nggak usah cemburu, nggak ngobrol lagi ama Gusti gue, janji," Dia duduk ke tempat semula dan mulai suir ayam gepreknya.

Lagi-lagi polahnya bikin gue ngekekeh.

"Ketawa lu, tadi pagi kek singa biru," sinis Yuno.

"Kenapa singa biru?"

"Kalau singa oren udah biasa, kaya api aja, yang oren sama yang biru panasan yang biru," jelasnya

"Iya yang anak Mipa,"

"Malah ngejek si Babi," Yuno nyipitin mata. "Ini juga kebanyakan dicekokin lu tiap hari.

Gue ketawa. "Seenggaknya kebersamaan kita menuju ke hal positif, Yun,"

"Iya juga, sih!" Dia nyuap. "Em! Mas, dewasa nanti cita-cita lu apa? Kadang gue penasaran, cita-cita orang pinter itu pengin jadi apa,"

"Nggak ada, kepengin warnain rambut aja jadi putih nanti," jawab gue.

"Eung? Kok gitu?"

"Kalau warnainnya sekarang, 'kan nggak boleh sama sekolah,"

"Agak lain, agaknya salah satu saraf lu putus satu karena marah tadi pagi, gagal jadi calon suami, nih! Bisa terlunta-lunta nanti,"

Gue ketawa lagi liat ekspresi ngerinya.

"Yud!"

Kompak gue sama Yuno noleh dengan ngedongak ke sumber suara di samping meja kami. "Riyu?" Agak kaget ini cewek gagah temen Ayu tiba-tiba ada di sini nggak tahu kapan masuk. "Sendirian?"

"Iya, nyusul pacar dan temen-temennya," Riyu nujuk Venya pake dagu yang baru selesi pesen dan bawa nampan ngedeket ke arah kami.

"Ayang!" panggil Venya ke Riyu manja. "Duduk sini?" tanyanya.

Rahang gue mau jatuh rasanya, dunia ini banyak amat plot twist?

"Gue kira lu suka uke?" tanya Yuno nggak kalah syok, karena desas-desus sebelumnya dia ngejar Fahri juga.

"Nggak ada uke, feme jadi!" Riyu usak puncak kepala Venya gemes.

"Bagus, lah! Gue jadi nggak jadi nyari penyihir buat ngutuk Venya jadi babi kuning yang ekornya tuing-tuing, orientasinya lain, " kata Yuno ringan dilanjut nyuap tanpa beban.

"Agak lain," Venya nyipitin mata nyorot Yuno nggak suka.

Gila.

Tbc ...

An : tolong tetap sehat dan bahagia!

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang