71 | Yuno, Sayang ...?

29.6K 2.9K 488
                                    

Vote!

.

.

.

"Kejar, Babi!" Suara Ayu setengah ngebentak dan ngerengek lari ke gue dari arah kelas kami. Di belakangnya ada Davin juga.

"Jangan ditangisin doang kalau cinta!! Buktiin!! Jangan pasrah, Tai!" rengek Ayu makin jadi.

"Kejar, Mas!" Davin kasih kontak motornya dengan ditempel kasar ke dada gue.

"KEJAR KALAU CINTA LU BUAT DIA!" Ayu sadarin gue yang otaknya masih belum bisa nerima segala sesuatu yang serba cepat. "KEJAR, YUDHA!!"

Kedip cepat buat jernihin pandangan gue yang ngabur dan ngangguk dua kali. Gue turunin anak tangga pake langka lebar dengan satu kali pijak dua undak terlewat, lari dari koridor ke parkiran dan Yuno gue liat udah melesat duluan.

Gue lari lagi nuju motor Davin, pasang helem, naik dan keluar parkir ngejar Yuno ikut keluar gerbang yang masih aman karena ini selesai upacara dan semua staf breaktentunya.

Masuk ke jalan dan dapat gue liat motor Yuno melesat jauh di depan.

Ini jam kerja, jadi jalan sepi dan lengang, meski jauh Yuno nggak bisa hilang dari jangkauan pandang.

Tambah putaran gas gue coba susul dia, 180 km/jam digit angka di speedometer, tapi Yuno belum bisa terkejar. Tambahin lagi kecepatan antara 185-190 km/jam, Yuno di depan hampir kesusul. Setengah meter lagi dan akhirnya tipis gue sebelahin dia. "Yun!" panggil gue buka kaca helem.

Yuno condongin bandan dan tambah putaran gas ngabaiin gue, melesat lebih kencang 202 km/jam kecepatan yang mungkin dia gunakan dan

BRRUUAAKKK!!

"YUNOOooo ...!!" raung gue sejadi-jadinya sampai nggak bersuara, gue gila.

Yuno di depan mata gue tertabrak truk ekspedisi putih dari sisi kanan tepat di lampu merah yang nyala, tubuhnya keseret motor dan melesat jauh masuk ke bawah truk kuning di depan sana. Semua berhenti dan abu-abu.

Yuno ... Yuno-nya gue di sana, Yuno Haris Samudra-nya gue bersimbah darah. Yuno-nya gue, Yuno Haris Samudra-nya gue.

Suara ambulance, suara sirine polisi, suara riuh manusia berjejal-jejalan di telinga. Simbahan darah pun serpihan beling tercecer di mana-mana.

"Yunoo ...," Gue turun dari motor dan coba lari ke dia dengan tungkai kaki lemas dan coba ngebelah sesaknya manusia yang menghalangi. "Yuno ... Sayang," panggil gue serak detik tubuh Yuno dievakuasi, diangkat dan dibawa ke ambulance.

"Ini temennya,"

"Ini temennya,"

Gaung suara yang gue denger dari para petugas yang mungkin sadar seragam kami sama dan akhirnya kasih akses ke gue ikut naik ke ambulance.

"Sayaang ... please!" Gue nggak tahu harus gimana, gue gemetar, bahkan buat nyentuh dia gue takut nambah rasa sakit di tubuhnya yang bersimbah darah dan lengan pun kaki yang nampak lemas tulangnya patah.

Ambulance berhenti di rumah sakit, bangsal diturunkan dan gue ikut lari ngegiring Yuno di bawa ke IGD.

"Hubungi keluarganya, Dek!" seseorang dengan seragam putih rumah sakit nyuruh gue, dan detik selanjutnya pintu ditutup.

Dengan linglung dan tangan masih gemetar gue ambil ponsel di saku celana. Gue bingung harus ke siapa, yang gue ingat cuma Ayu yang selalu ada.

Dengung sambung pertama, dengung sambung kedua dan-

"Hallo, Yud?" Suara Ayu di sana.

Tapi gue nggak bisa bicara, gue nangis dan jatuh berlutut, tanpa kendali bahu gue getar dan air mata gue jatuh terus-terusan.

"Yudha?"

Gue makin ngerunduk dan terisak, dada gue sesak, gue nggak mampu cuma mau bilang Yuno kecelakaan.

"Yudhaa ... kenapa?"

"Yuno gue kecelakaan ...," tangis gue pecah. "Ayuu ... Yuno-nya gueee ...,"

"Nak ... Nak," Nggak tahu siapa angkat tubuh gue dari lantai dan diajak duduk ke kursi besi dingin.

Gue nangis sesenggukan lemas lunglai nggak bisa lagi ngomong nyampe ponsel gue diambil sama orang tadi dan kayaknya ngomong sama Ayu di seberang.

Selesai, beliau rangkul gue dan usak pundak coba kasih ketenangan.

Gue nggak tahu, gue linglung, gue hampir gila. Yuno ... Yuno-nya gue, Yuno Haris Samudra-nya gue, semestanya gue, kucing anggoranya gue, gue nggak bisa ... gue nggak bisaa....

"Tenang, Nak ..., husst! Tenang,"

Gue nggak bisa, gue takut, gue takut Yuno kenapa-napa ... gue nggak sanggup, gue sayang sama Yuno, cinta sama Yuno. Gue nggak akan sanggup kalau Yuno beneran pergi ... gue nggak mau....

"Naak ... astaghfirulloh," Ibu-ibu berjilbab ini rengkuh kepala gue saat gue rasa napas gue pendek-pendek makin tersengguk.

"Yudhaa," Suara Ayu datang.

"Kami temennya, Bu," Suara Arsen. "Terima kasih,"

Dan sekarang Ayu yang meluk kepala gue.

"Yuno, Yu ... Yunoo," Napas gue makin susah, pendek dan tersengal-tersengal.

Ayu dongakin kepala gue buat natap dia. "Yudha ... Yudhaa, Yudhaa,"

"Yunoo,"

"Astaga, Yudhaa ...," Ayu sibak rambut  depan gue ke belakang yang sekarang basah lepek karena gue terus-terusan nangis dan keringat dingin. "Yuno nggak apa-apa, Yuno nggak apa-apa," katanya. "Liat gue, liat gue!" Dia takup pipi gue buat natap dia karena gue terus merem, gue nggak bisa ... gue nggak mampu kendaliin diri gue untuk berhenti nangis, gue takut banget.

"Yuno ....," isak gue lagi.

"Yudhaaa, udaah ... tenang," Ayu nyerah dan malah ikut nangis meluk kepala gue buat dia tenggelamin ke dada. "Udah ..., tenang,"

"Yudh," Arsen yang tadi gantiin posisi ibu berjilbab usap bahu gue.

"Om?" suara Davin.

Ayu lepasin pelukannya dan kami noleh ke sosok yang Davin panggil om.

Datang seorang pria dewasa berwibawa dengan setelan suit mahal dan rapi. "Di mana Yuno?" tanya beliau dengan sedikit terengah.

Dan sedetik kemudian IGD dibuka. "Keluarga pasien," kata salah satu petugas.

"Saya Ayahnya," ucap beliau dengan langsung mendeket ke sana.

"Pasien harus segera dioperasi,"

"Lakukan yang terbaik," Beliau kemudian diantar salah satu petugas untuk mengikutinya.

Sementara bangsal Yuno dikeluarkan lagi dari ruangan dan didorong ke ruangan lain.

"Yunoo," Gue nangis lagi, gue nggak bisa ... bahkan kasur berseprai putih itu merembes darah, pasti Yuno parah.

"Yudhaa," Ayu peluk kepala gue lagi detik itu juga.

Tbc ....

Open PO lagi besok tanggal 20 Juni 2023, kalian bisa wa ke adminnya +62 838-2478-1293 atau dm ig moonseed_publisher buat minta dilist duluan.

Harga 190k

Part ending ada di versi buku-nya

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang