Vote, Baby!
.
.
.
Gue bediri di samping mobil pick up liat anak-anak SGG pada bagi-bagi nasi boxs buat para tunawisma. Tugas gue cuma ambilin buat yang balik lagi ngambil nasi boxs setelah yang di tangan mereka abis.
"Empat, Mas," Ini Yuno yang minta setelah dia balik lagi.
Gue ambilin empat boxs dan kasih ke dia.
"Bentar lagi kelar," Dia kedipin satu mata, terus pergi.
Gue ngekekeh, gemes banget asli.
Ini udah tempat kedua, sekarang juga udah mau jam sebelas malam, para tunawisma di kawasan kumuh ini kebanyakan udah pada nepi dan tidur di rumah-rumahan kecil yang mereka bangun sendiri dari limbah kadus.
Punggung tegap Yuno masih di jangkauan mata. Yuno di mata gue itu hebat, dia anak orang kaya sebenarnya, rumahnya di kawasan elit, kamarnya aja dua kali lipat dari kamar gue, meski begitu dia masih mau turun ke jalan dan ngelakuin kegiatan sosial kayak gini.
Yuno itu gagah dan berwibawa kalau di depan anak buahnya, liat aja dia sekarang, penuh karisma kasih tahu yang lain dengan nunjuk-nunjuk ke rumah-rumah kardus para tunawisma lain yang belum kebagian. Matanya menyelisik menyapu pandang, nyari yang mungkin aja bisa terlewat. Dia hebat. Dan itu bikin hati ini makin terpikat.
Hingga gue liat Yuno yang sekarang pegang satu sisa nasi boxs di tangan itu jongkok di depan salah satu rumah kardus, diletakannya pelan nasi boxs itu, terus tanpa gue duga, dia lepas hoodie pink gambar keong di dada kesayangannya dan masukin juga ke dalem sana setelah dia jemberng, mungkin dia nyelimutin penghuninya.
Nggak tahu, tapi itu bikin hati gue hangat, sebaik dan selembut itu hati Yuno ternyata.
Dia berdiri, terus balik jalan ngedeket ke arah gue, gue senyum bangga ke dia dan dia balas senyum terus lari.
"Kok dikasih?" tanya gue detik dia sampai.
"Kasihan, tadi ada anak kecil cuma pake singlet doang," jawabnya.
"Kan itu kesayangan,"
"Kesayangan gue, 'kan lu," Dia senyum nyampe matanya nyipit nyisain dua garis cantik.
Gue ketawa, asli pengin ngusak puncak kepalanya, tapi gue harus jaga batasan biar dia tetep kelihatan berwibawa di depan anak-anak buahnya yang sekarang udah pada mulai balik ke sini.
"Udah semua, Bos!" lapor Arsen.
"Sip!" Balas Yuno. "Ya udah kita balik,"
"Siap," Dan satu persatu bubar ke motor mereka masing-masing, kecuali Novan dan Arsen yang sekarang masuk ke mobil pick up ini.
Davin? Malam ini omega-nya SGG lagi flu katanya, jadi nggak ikut, tapi tetep dia ikut kerja di balik kegiatan ini, kok! Dia yang urus dan ngelola keuanagn SGG dan--seolah--berperan kayak ibu soalnya, jadi dari nyari catering, milih jenis menu nyampe pay-nya dia yang urus.
"Lu ke mobil aja, ya? Dingin nggak pake jaket," perintah gue ke Yuno.
Yuno ngegeleng. "Kalau di mobil, nggak bisa meluk lu dong?"
Gue ngekekeh. "Dasar,"
Yuno ketawa. "Sorry, Mas! Lagi bucin soalnya,"
"Astaga, ya udah lu yang pake jaketnya," Gue lepas jaket denim Alpha kebesaran Yuno yang dikasih dulu dan dengan telaten gue kancingin kancingnya. "Udah," kata gue.
Yuno senyum. "Nanti gue peluk biar hangat,"
Ngekekeh. "Ya udah, ayok!" Ajak gue motor.
"Ayok," terima Yuno. "Lu duluan, Van!" Perintahnya ke Novan yang bawa mobil.
"Siap!" balas Novan dari dalam, kemudian mesin nyala dan mobil laju, diikuti iring-iringan motor anak SGG lain.
Kami ke motor. Gue pasang helem full face Yuno abis itu pakein helem bogo bego gue ke dia tukeran kaya biasa. Gue kancing dan cubit main-main pipi halus putih kemerah-merahannya gemes. Suka aja kalau liat dia lagi pake helem ini, makin imut.
"Mas ...," Yuno pasrah dengan luruhin bahu.
"Iya, iya! Ya udah ayo naik," Gue naik ke atas motor gagah hitam dop milik Yuno ini.
Yuno juga naik ke jok belakang.
Gue nyalain mesin dan laju.
Yuno meluk. "Dingin nggak, Mas? Nggak pake jaket?"
"Lumayan," jawab gue sedikit noleh.
Dan kemudian Yuno ganti posisi cara meluk dari atas bawah kaya tas salempang, nggak lupa numpuin dagu ke pundak. "Mendingan?"
Gue ngekekeh tanpa suara dan ngangguk. Sebenarnya sama aja, tapi biar dia nggak khawatir, ya udah iya aja biar cepet.
"I love you," katanya.
Astaga, semenggemaskan ini pacar gue ternyata. Rasanya bagai Surga yang nggak bisa diuangkap. Lagi-lagi hati gue hangat.
Makin condongin tubuh, terus tambah laju kecepatan.
Kadang nggak habis pikir, bisa-bisanya kami bersama, padahal kami datang dari sisi yang berbeda, pribadi yang berbeda, dan cara pandang yang berbeda juga. Cinta!
Yuno makin eratin pelukan, dan sekilas gue usap punggung tangannya dan balik lagi fokus ke jalan. Sayang banget gue ke dia, kayaknya bahkan mungkin Yuno udah jadi alam semesta gue sekarang, dunia gue, bintang gue, dan segala sesuatu yang bersinar milik gue.
Yuno cahaya yang seolah datang dan diisulam dengan cinta buat nemenin gue yang hobi sendirian ini, tanpa peduli mungkin bakalan banyak gelap di depan untuk kisah kami, biar aja! Yang penting Yuno Haris Samudra ada.
Nggak ada yang kebetulan, gue yakin Yuno emang digarisiin buat gue dari tujuh abad sebelum bumi diciptakan. Bukti sederhananya kami tetep bisa saling menggimbangi meski kami dua pribadi yang berbeda.
Sebanyak jantung berdebar, sebanyak tarikan napas, dan sebanyak kedipan mata, lebih banyak lagi cinta gue ke dia, haha ... lucu ya? Mendadak khawatir takdir orang lain cemburu liat kami.
Tapi sayangnya alam semesta udah bergerak, yang bahkan mungkin tidak ada sedikitpun yang terlewat, kebahagiaan kami emang udah ditakdirkan, Yuno mencintai Yudha dan Yudha mencintai Yuno.
"I Love You too, Permen-nya Mas," jawab gue telat dan lirih berharap dia nggak perlu denger.
Lampu merah di depan nyala, kami berhenti, dan gue sekilas noleh ke Yuno yang anteng. "Ngantuk, Sayang?" tanya gue lembut.
"Hu'um," jawabnya lemes dengan makin eratin pelukan manja.
Kasihan, gue usap sayang lututnya. "Ya udah tidur,"
Lampu hijau nyala, dan gue laju lagi, dengan satu tangan ngenggam erat punggung tangan Yuno biar tetep meluk.
"Tidur yang nyaman, gue jagain lu, Semesta biruku, Malaikatku, Kucing anggoraku," Batin gue dengan laju lebih pelan dengan memertahankan pelukan Yuno di pinggang.
Tbc ....
An : Ada rencana, nanti kalau gue punya pacar mau gue boncengin terus elus lututnya juga kaya Yudha di bawah lampu merah, awkwkwk ...,
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Teen Fiction[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...