34 | Nggak Usah Dibalas

22.7K 4.3K 488
                                    

Vote!

Gimana hari ini?
Masih jatuh cinta sama bukunya?
Perjalanan masih jauh, jangan bosan oke?

.

.

"Lu adalah temen terbaik yang gue punya, tolong apa pun jangan lu simpen sendiri," Dada gue sakit, rasanya panas, panas yang naik ke kerongkongan dan nyumpel di sana.

Ayu malah ngekekeh, tapi demi semesta, tawa Ayu malah bikin gondok di kerongkongan makin nyumpel, mata gue panas, pandanggan gue kabur karena air mata nyeruak kemudian luntur.

"Seme masa nangis?" Ayu lap pipi gue pake telapak tangan ringkih kecilnya.

Gue ambil telapak tangan yang masih bertengger di pipi ini dan genggam hangat. "Gue manusia, Yu ... buka pohon pisang,"

"Lu adalah tai terlembek yang pernah gue temui, jangan nangis, ah! Nanti gue uke-in lu!" Candanya meski masih sedikit lemah.

Gue ketawa antara lucu dan ngilu, terus makin genggam erat telapak tangan itu. Terserah aja dia mau ngelawak kaya gimana, yang jelas gue lega. Puji Tuhan, Ayu berhasil lewatin masa kritis kemaren, keadaanya juga membaik dan mulai stabil sekarang, bahkan dari semalam dia udah dipindah ke ruang rawat.

"Cengeng banget Mas Yudha, Mom. Kemarin nangis nyampe ingusan," kata Yuno yang berdiri di sebelah gue duduk ini.

"Lu uke-in aja, Yun," kata Ayu setengah ngekekeh.

"Nggak bisa, aslinya macan juga dia, dan gue cuma kucing anggora," jawab Yuno serius.

Bahu Ayu getar karena ketawa tanpa suara, gue juga ketawa dengan rengkuh pinggul Yuno biar makin rapat ke tubuh gue.

Yuno sedikit condongin tubuh ke arah Ayu. "Dia good kisser, btw!" Bisiknya ngelirik gue. "Dominan liar aslinya," Dan kedipin satu mata ke Ayu.

Detik itu juga gue pasang muka datar.

"Yunoo ... gue lagi nggak bisa ngereog," rengek Ayu dengan pejamin mata pasrah.

"Apalagi kalau nyiumnya di ranjang, beeh! Lemah gue, Mom," Lanjut Yuno nggak ada pikiran.

"Yunoo ...," Ayu makin ngerengek.

"Yuno, lu gue jual," kata gue ke Yuno.

Yuno ketawa. "Kan biar Mommy bahagia, Mas,"

"Gue makin menderita karena lagi nggak bisa ngereog, Babii ...," Kesel Ayu.

"Hihi ... sorry," Yuno ketawa kaya bocah.

"Makanya nggak usah aneh-aneh, jadi nggak bisa ngereog, 'kan?" Yuno malah duduk ke pangkuan gue.

"Huaa ... jangan pangku-pangkuan,"

"Yuno, yang bener, dong," Gue angkat tubuh Yuno dan berdiri, terus nyuruh Yuno yang duduk aja, ini bayi kalau dibiarin makin ke sana-sana, kasihan Ayu sama jiwa fujo-nya.

"Ck!" Yuno decakin lidah. "Kan lagi mau disayang," Dia kembungin pipi, ngedongak nyorot gue kesel tapi manja.

"Huaa ...," Ayu mulai lagi.

"Yuno," Gue sipitin mata natap Yuno suruh udah nggak usah macem-macem.

"Mau uke gue juga," rengek Ayu.

"Fahri lagi ke sini, Mom ... dijemput Arsen tadi," kata Yuno kasih tahu dengan balik mode waras.

"Iya?" Ayu sumringah meski raut dan bibirnya masih pucat pasi.

Dan detik berikutnya pintu dibuka dari luar. "Roselda,"

Kami semua noleh ke sumber suara manja, itu Fahri pake top crop dan celana jeans oversize yang dateng, di belakangnya ada Arsen yang juga masuk dan tutup pintu.

"Baby," sambut Ayu.

"Jangan mati," Fahri ngedeket dan duduk di sisi ranjang yang lain. "Ternyata hati mungil dedeks sedih Mommy begini,"

"Itu artinya lu perduli, Babi," Nyalang Yuno dengan sidekep tangan.

"Iti irtinyi li pirdili, Bibi," beo Fahri ke Yuno jengkel. "Jangan mati," rengeknya dengan bibir bawah getar siap nangis nyorot Ayu lagi.

"Nggak jadi ini," kata Ayu setengah ngekekeh. "Jadi, udah mau jadi pacar gue?"

Fahri kembungin pipi dengan bibir masih maju kayak tadi dan ngangguk. "Harusnya dari kemaren-kemaren gue mau go public, jadi gue bisa nyelamatin lu dari mereka," katanya. "Sakit banget hati mungil dedeks. Nggak bisa kalau karena kasus billying nyampe makan korban,"

"Semua udah aman, Ri ..., Ayu udah pulih," kata Arsen. "Lu juga tenang aja, Yu ... mereka udah dikeluarin dari sekolah, Ayah Gusti salah satu pemilik yayasan sekolah kita ternyata,"

"Anjir ... pantes aja banyak yang gila sama dia," Yuno syok.

"Lu juga gila?" tanya gue.

"Sedikit, cool bat dia, keren," jawab Yuno.

"O," jawab gue.

Yuno ketawa. "Nggak, Mas ... canda, tetep suka yang nolep dan cupu begin, mah! Biar yang naksir cuma gue aja," Dia senyum D dan ngedongak natap gue lucu, mungkin biar gue nggak marah. sialan, selalu itu yang jadi andalan.

Fahri cebikin bibir nggak percaya, terus noleh ke Ayu lagi. "Cepet pulih," katanya sendu.

"Kalau pulih kita kencan?" tanya Ayu.

Fahri ngangguk dua kali. "Dan gue janji, gue mau jadi apa pun yang lu mau, gue jadi planet filter lu, lu tinggal pilih gue mau gimana? Pacar lu yang gagah atau bayi lu yang gemes," sendunya.

Ayu usak puncak kepala Fahri pake tangan yang diinfus. "Jadi bayi gue aja,"

Fahri ngangguk manja.

"Tapi nanti kalau kencan lu yang bawa motornya dulu, yah? gue nggak bisa,"

Kami semua ketawa.

"Dasar," Fahri pura-pura jengel.

Ayu ngekekeh.

"Ya udah, apa pun itu, yang penting lu pulih dulu," kata Fahri dengan ngulurin tangan dan elus pipi Ayu pake punggung jari tengah dan telunjuknya sayang.

"Pasti," Ayu genggam tangan itu.

"Kita perlu hajar mereka nggak, sih, Yud?" tanya Fahri ngedogak nanya ke gue.

"Nggak usah, nanti juga hancur sendiri, semesta punya hukum sebab akibat, meski bukan kita yang balas, pasti tetep mereka bakalan dapet hal impas, nggak perlu ngotorin tangan,"

"Pacar gue emang juara," Yuno meluk pinggang gue dengan masih duduk.

Gue ngekekeh dan usak puncak kepalanya. "Tetep aja juara kedua," kata gue.

"Lu udah lakuin yang terbaik, lu dalam keadaan berantakan aja masih bisa juara, Yud," kata Arsen.

"Gue tetep bangga sama lu," imbuh Ayu.

Gue senyum dan ngangguk. "Thanks kalian," kata gue, persetan dengan gelar juara. Olimpiade fisika kemaren gue tetep kalah, meski bukan dikalahkan Nizam, tapi ya sudahlah, biarin aja SMA Wijaya Kusuma yang bawa mendali emas untuk fisika, yang penting sekarang Kahiyang Ayu Amaranggana kembali pulih dan senyum ceria.

Tbc ...

An : anter gue ke 5k follower, ayok!! Gas!!

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang