18 | Second Kiss

37.1K 5.4K 495
                                    

Vote!

Happy reading!

.

.

Kami beneran duduk di lantai di pojok ruang perpustakaan ini karena Yuno mau tidur siang—katanya, gue nggak jadi latihan soal, Yuno minta gue bacain dongeng aja biar nyenyak tidurnya.

Sementara gue duduk dan baca, Yuno naro kepala di salah satu paha gue yang duduk sila, satu tangan gue ngelewatin lehernya buat pegang buku, dan satu tangan yang lain buat usap-usap kepala.

Dia yang minta, katanya mau sambil di puk-puk manja. Lucu, padahal dia Alpha-nya Srigala.

Gue baca cerita keong emas, dari awal nyampe sekarang si putri Candra Kirana dikutuk, tapi Yuno belum juga ngantuk. Masih sibuk mainin ujung dasi gue yang dia gulung-gulung pake jari telunjuk.

"Nggak jadi tidur?" Gue alihin fokus dari buku ke wajah Yuno di pangkuan.

"Nanti dulu, gue abis mikir," jawab Yuno tanpa natap gue karena sibuk sama ujung dasi.

"Mikir apaan?"

"Nyari penyihir di mana, ya? Gue juga mau minta penyihir ngutuk Venya Vijayashree,"

Gue ketawa.

"Pengin gue kutuk dia jadi babi kuning yang ekornya tuing-tuing," Dia natap gue serius tepat di mata.

Gue ngekekeh, jujur ini bikin hati gue menghangat karena pasti dia masih mikirin first kiss yang dicuri Venya waktu itu. "Kenapa emang?" tanya gue basa-basi.

Yuno balik fokus ke ujung dasi gue yang masih dimainin. "Nggak ada," lagi-lagi dia cebikin bibir bawah basah mengkilap pink alaminya lesu dan pipi ngembung lucu.

Nggak tahu, tapi kaya dorongan gue ngerunduk terus kecup bibir itu.

Mata Yuno melebar pas gue lepas kecupan, imut banget muka kagetnya, sialan! Jadi ketagihan. Lagi-lagi kaya dorongan gue akhirnya lumat basah belah bibir bawah itu pelan, lembut dan hati-hati pake tarikan napas dalam.

Yuno juga narik napas dalam dan pejamin mata pas lumatan pertama.

Manis, dan makin manis saat dia balas lumat bibir atas gue lebih lembut. Rasanya meremang, dan gelitik halus di bawah perut tiba-tiba menyerang, hangatnya naik dan menjalar menerobos uluh hati, berdebar, tapi gue suka.

Gue buka mata dan akhiri ciuman, natap Yuno di bawah yang juga buka mata, sorotnya jadi kelihatan sendu lugu, apalagi pipi putih halusnya jadi keliatan merah bersemu.

Gue senyum masih natap dia dalam, dan sedetik kemudian ditarik lagi dasi gue dan dilumat lagi bibir gue sensual.

Napasnya hangat, berat dan pendek-pendek tiap kali lumat dan decak. Nggak tahu, tapi ini bikin gue candu dan mau lebih, rasanya nagih.

Masih saling lumat gue taro buku di tangan ke lantai dan sekarang pegang rahang Yuno lembut, turun leher dan makin neken tengkuk.

Sisipin lidah ke mulut hangat Yuno dan ujung lidah kami ketemu, saling jilat, kulum dan sesap. Nikmat bikin napas kami makin berat, hingga pas gue sedot lidahnya rakus, Yuno ngelenguh.

Beng!

Otak gue meledak, gue kembali ke bumi detik itu juga sadar keterlaluan. Nelen ludah kasar setelah akhirin ciuman nakal. "Ma-maaf," gagap gue liat muka Yuno merah kebakar nyampe ngejalar ke telinga.

"Mas Yudha ...," rengek Yuno redam karena muka merahnya dia usakin ke perut gue buat sembunyi dengan tangan ngelingakar erat di pinggang.

Gue ngulum bibir nahan senyum, lucu banget malunya si bos mafia.

"Jangan ketawa!" Dia mukul punggung gue pake kepalan tangan. "Cepet bacain cerita, gue mau tidur!" Galaknya meski suara masih redam karena tetep nyembunyiin muka.

"Iya ... iya," Gue usak puncak kepalanya dan ambil buku yang tadi gue taro di lantai.

Gue lanjut lagi baca sampai mana itu cerita keong emas meski otak gue masih ke rasa ciuman tadi yang seolah ngalir karena insting.

Rasanya manis, manis kaya potongan kue dari Surga. lembut kaya krim mentega dengan imbuhan aroma vanila yang memenuhi indra. Gue suka.

Ya! Gue yakin gue jatuh cinta, DNA dalam pembuluh darah bahkan seolah kasih tahu kalau seluruh aliran berdesir cuma karena liat senyum manja Yuno Haris Samudra.

Ya! Gue jatuh cinta, cinta sederhana yang nggak pake algoritma matematika, fektor fisika, atau rumus atom kimia.

Ya! Gue jatuh cinta, jatuh cinta ke Yuno Haris Samudra, tanpa peduli perintah agama atau bisa merusak pemeliharaan dunia.

Pelan gue rendahin suara baca dongeng ini, lembut gue belai helaian rambut hitam tebalnya.

Sekarang mungkin gue belum bisa ungkapin cinta, karena gue mau belajar ngenal Yuno lebih dalam lagi dan juga mau tahu segala apa yang dia suka dan buat dia bahagia.

"Mas, jangan tinggalin gue ya?" Suara Yuno masih redam dan makin eratin pelukan.

Gue senyum dan ngangguk. Lagi-lagi hati gue hangat, gue merasa berguna ada di dekatnya, bahkan ketika gue sadar gue bukan siapa-siapa, dia dengan kepercayaan tinggi jadiin gue Alpha, dan itu tanpa musyawarah anggota.

"Gue mau tidur," Sendunya.

"Ya udah tidur," perintah gue dengan masih belai lembut helaian rambutnya.

Yuno ngangguk dan makin usakkin mukanya ke perut gue.

Gue senyum lagi, kayaknya semesta sengaja kirim sosok manja ini dari Surga yang dikemas brandal nakal pecinta permen, brutal tapi tetap lucu dan lugu.

Mungkin terlalu indah buat jadi kenyataan, tapi nyatanya Yuno peluk gue sekarang. Sekali lagi! Yah! Gue yakin gue jatuh cinta sama makhluk Tuhan yang tampan sekaligus manis ini.

Tbc ....

Follow kalau lo ngerasa ikut meremang, author ini nggak kaleng-kaleng, kan?

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang