Vote!
.
.
.
Kami tadi pagi beneran tidur lagi, dan sekarang bangun jam setengah satu siang. Mungkin karena sama-sama nyaman, jadi sesiang ini kami seolah baru siuman.
Badan gue juga udah enakan, istirahat cukup ditambah terus-terusan dipeluk. Kalau Yuno emang hobi tidur dia, bahkan tidur siang juga adalah kewajibannya.
Masih goleran di kasur, kami berdua natap langit-langit kamar. "Mas beneran udah mendingan?" Yuno beringsut miring hadap gue.
"Sembuh malah, Sayang," Gue juga ikut miring hadap dia.
Tangan Yuno keangkat buat nyentuh kening dan pipi gue pake punggung tangan. "Minum obat sekali lagi?"
"Ayok!" Gue tarik pinggangnya rapatin tubuh kami.
Yuno pasang muka datar dan nyipitin mata cantiknya jengah.
Gue ngekekeh terus usakin pucuk hidung ke hidung tingginya.
"Orang sakit, kok, malah sangean, ya?" Yuno makin jengah.
Gue ketawa dengan nyembunyiin muka ke ceruk lehernya. "Lu sexy,"
"Anjir, makin ke sini, Mas Yudha makin ngeri,"
Gue makin ketawa dan makin eratin pelukan. Emang kayaknya gue banyak berubah nakal semenjak jadi pacar Yuno. "Katanya tadi minum obat? Kan obat gue lu," suara gue redam di pelukan.
"Anak babi,"
"Loh? Katanya minum obat?" Gue urai peluk dan natap Yuno lagi yang masih nyipitin mata.
"Kayaknya kita kebanyakan di ranjang," katanya.
Gue cubit main-main pipi putih halus kemerah-merahannya gemes. "Jalan-jalan?" tanya gue.
"Iya, lu butuh refresh otak, agak lain kelaman di ranjang sama gue, liat, nih! Merah semua," Yuno dongakin kepala kasih liat lehernya yang penuh bercak merah.
Gue kecup sekali lagi tepat di jakunnya.
"Mas ...!" tolak Yuno ngerengek sambil dorong dada gue.
Gue ketawa. "Merah," kata gue usap salah satu bekas merah itu.
"Keluar yuh, Mas! Jalan-jalan sama Bubu, ke taman belakang komplek,"
"Ayo," sepakat gue.
"Tapi beneran udah sembuh?" tanya Yuno sekali lagi mastiin dengan nakup pipi gue lagi.
"Udah," jawab gue dengan turunin tangannya.
"Nggak usah mandi, yah?"
Gue ngangguk.
"Ya udah ayo kita cuci muka," Yuno beringsut bangun.
Gue juga bangun.
Kami berdua masuk ke kamar mandi dan berdiri di depan cermin washtafel. Dengan telaten Yuno ambil dua sikat dan pasta gigi, satu buat gue dan satu buat dia sendiri.
Kami sikat gigi bersama dengan nyorot satu sama lain di pantulan cermin sambil sesekali ngekekeh. Kumur-kumur dengan satu cangkir yang sama terus pake penyegar mulut.
Pun cuci muka, gue peluk dia dari belakang saat giliran dia pake sabunnya, gue ikut usap-usap pipinya lembut dari belakang tanpa terputus sorot gue dari pantulan gambar.
Pun waktu giliran gue, Yuno balik badan dan ikut usap-usap pipi gue lembut. Kami ketawa liat wajah satu sama lain putih berbusa.
Hal sederhana, tapi ini bikin hati gue hangat dan bahagia.
Selesai membilas kami keluar dengan Yuno jalan duluan ke lemari pakaian ambil kaos hitam dan celana jeans hitam buat gue. "Mas pake ini," katanya.
Gue terima dan masuk ke kamar mandi lagi buat ganti, nggak lama setelah gue ganti baju dan masukin piama ke kranjang cucian Yuno masuk. "Udah?" tanyanya sambil naro bekas piamanya ke kranjang juga.
"Udah," jawab gue dengan ngekekeh liat dia pake hoodie di tengah siang bolong panas begini.
"Apa?" tanya Yuno sambil keluar dan gue juga ikut keluar.
"Nggak panas?" tanya gue ngikutin dia ke depan cermin.
Yuno ambil sisir terus nyisirin gue. "Timbang malu banyak cupang di leher mending kepanasan," katanya.
Gue makin ngekekeh dan cubit main-main hidung tingginya gemes. "Maaf, yah?"
"Emmm ...," jawabnya pake muka jengah sambil nyisirin rambutnya sendiri.
Gue kecup bibirnya sekilas. "Jangan bad mood, tadi pagi lu yang minta jangan berhenti,"
"Itu khilaf,"
"Tapi suka?" ejek gue.
"Mas ...,"
Gue ketawa dan usak puncak kepalanya. "Iya ... iya," terus tinggalin dia ke meja nakas ambil kaca mata yang dari semalem dilepas.
"Woy lah! Udah sisiran ini ...," gerutunya.
"Sisirin lagi," Gue balik badan nyorot Yuno lagi.
Yuno decakin lidah, teurs dia beneran sisiran lagi.
"Bubu di bawah panggil, Mas!" perintahnya.Tanpa jawab gue keluar kamar dan nurunin anak tangga. "Bubu?" panggil gue.
"Wuff! Wuff!" Kaki pendek Bubu lari ngejar gue dari arah dapur, bahkan kaki belakangnya sempat terpeleset mungkin saking semangatnya dia dipanggil gue.
"Come to Daddy," Gue tubruk dia dan angkat setinggi wajah.
Lucu, ekornya bergerak ke kanan dan ke kiri bahagia, dan seperti biasa mata bulat jernihnya natap gue berbinar-binar meski tetep lugu juga.
"Bubu," Yuno yang bawa tali anjing turun dan ambil Bubu dari tangan gue, dia gendong ala bayi dan garuk kepalanya sayang. "Anak kita udah gede, 'kan, Mas? gemoy," Dia usak perut Bubu.
"Iya, gemes!" Gue garuk kepala Bubu.
"Ya udah ayok jalan-jalan!" Yuno turunin Bubu dan pasang tali tadi ke kalung Bubu, lalu mereka berdua jalan duluan sementara gue ngikutin.
Kami keluar rumah, dan kami emang benaran jalan-jalan karena jalan kaki.
Bubu keliatan bahagia dengan kaki pendeknya yang jalan di depan, sesekali dia melompat saat ada kupu-kupu kuning terbang rendah lewat.
Cukup panas, tapi komplek perumahan Yuno rindang dengan banyaknya pohon pucuk merah di hampir setiap depan rumah penghuni sepanjang jalan trotoarnya.
Gue jalan nyebelahin Yuno yang maskulin satu tangan ke saku hoodie.
"Nanti gue mau beli es doger, tapi lu nggak usah beli, gue aja yang beli, lu lagi sakit," kata Yuno.
"Kan udah sembuh,"
"Kalau kata mommy-nya Davin, Davin sering sakit gegara main hp sama es terus,"
Gue ketawa. "Bisa begitu?"
"Iya, lah!" Yakinnya. "Em! Mau gandengan?" Yuno keluarain satu tangannya yang tadi dalam saku hoodi buat gue.
Gue gandeng dengan nyisipin jari-jari ke sela-sela jarinya hangat.
Yuno ketawa. "Bahagianya keluarga cemara," Yuno ayunin gandengan tangan kami. "Satu gandeng anak," Dia kasih liat tali Bubu di satu tangannya. "Dan satu gandeng suami," Yuno angkat tautan tangan kami.
Sekarang gue yang ketawa. "Keluarga pucuk merah aja,"
Yuno pasang muka datar dan berhenti dari acara jalan.
"Loh? Di sini isinya pohon pucuk merah, Sayang," kata gue sambil ngedongak nujuk dedauan pohon di atas kami.
"Terserah, lah! Keluarga beringin juga nggak masalah, asal lu tetep suami gue," Yuno jalan dan kembali ayunin gandengan tangan kami.
Gue ketawa tanpa henti. Pacar gue emang seaneh ini.
Tbc ....
Mending kata gue beli bukunya, timbang nunggu gue update. Iya kan? Link pembelian ada di bio, atau wa ke adminnya di +62 838-2478-1293 oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Ficção Adolescente[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...