Vote dulu, Baby!
.
.
.
Jam pelajaran terakhir gue ngantuk banget, tadi pagi bangun lebih awal mau ganti look--meski akhirnya nggak jadi, ditambah semalem tidur larut sleepcall-an, dan di tengah malam Yuno kembangun lagi karena mimpi buruk--katanya, terus dia larang gue tidur lagi sebelum dia sendiri bener-bener tidur.
Lucu! Gemes juga kaya tidur bareng sambil dengerin napas teraturnya, meski akhirnya gue harus ngantuk juga sekarang dan ijin ke toilet buat cuci muka.
Buka pintu utama toilet putra, dan detik itu juga gue denger suara dari salah satu bilik. "Please, Bi ...," Dengan ibuhan sengguk tangis lirih.
Gue mau nggak peduli, jadi tetep jalan ke washtafel, nyampe dengusan nggak minat gue denger. "Kalau bukan karena banyaknya penumpang kapal kita, gue udah ogah sama lu,"
Abimanyu, itu jelas suara Abimanyu.
Dan lagi-lagi suara sengguk itu kedengeran, pasti itu Nizam yang nangis. "Semua yang gue punya udah gue kasih ke lu, Abi ... tolong ja-,"
"Udah! Nggak usah dibahas, terserah lu! Tapi gue udah nggak cinta, kalau untuk pura-pura di depan publik, cukup satu minggu lagi aja, gue udah nggak sanggup," Dan pintu dibuka, detik itu juga gue nyalain kran dan buka kacamata.
"Loh, Bro?" Abimanyu nepuk pundak gue dari belakang.
Gue sakuin kacamata ke kantong kemeja dan lanjut basuh muka seolah nggak peduli.
"Udah lama?" Abimanyu cuci tangan.
"Mungkin satu menit yang lalu," jawab gue jujur.
Abimanyu ngangguk. "Jadi lu denger, dong?"
Gue nggak jawab.
"Nggak masalah, sih! Kalau lu denger juga gue nggak peduli, gue capek pura-pura,"
Gue noleh ke dia.
Abimanyu keringin tangan sambil ngedengusin tawa hambar. "Duluan," Dilanjut nepuk dada gue dua kali akrab kemudian keluar.
Gue kedip dua kali balik natap pantulan gambar diri di cermin, nyampe pandangan teralih ke pantulan gambar Nizam yang keluar dari bilik dengan muka merah dan mata basah, keadaanya sama kaya waktu lalu pas gue dan Yuno pergokin dia satu bilik sama Abimanyu.
Gue nggak tahu mau berbuat apa pas pandangan mata kami ketemu lewat pantulan kaca besar ini. Nyampe ujung-ujung bibir Nizam gue liat makin turun dan getar. "Yudha," seraknya manggil gue dengan setitik air mata ngalir bebas dari mata kirinya. "Bisa tolong peluk gue sebentar," Dan air mata yang lain jatuh nyusul. "Tolong sebentar," Bahunya getar dan Nizam ngerunduk dalam.
Nggak tahu insting dari mana gue balik badan terus bawa dia kedekapan.
Bahunya makin getar, sementata tangannya ikut melingkar meluk gue erat. "Dada gue sakit banget," adunya sambil nyeremes kemeja belakang gue. "Sakit banget, Yudha ...,"
Gue usap punggung sempitnya pelan naik turun, nggak tahu harus gimana dan ngomong apa biar dia tenang.
"Gue capek," Nizam makin eratin pelukannya. "Gue capek banget, Yudha ...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Novela Juvenil[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...