Vote, Baby!
.
.
.
"Digeprek, Roselda ... jangan diiris tipiis," gerutu Fahri dengan ambil alih pisau di tangan Ayu.
"Loh? Biar kayak di MasterChef, Baby!" Ayu rebut lagi itu pisau dari tangan Fahri.
"Ini kencur, Roselda ...," Fahri rebut lagi pisau di tangan Ayu.
"Tap-"
"Diem!" Fahri acungin pisau di tangannya ke Ayu.
Gue yang duduk di kursi meja makan liat mereka di meja kompor ngekekeh, Ayu beneran kaya seme yang selalu kalah sama uke-nya.
"Kalau nggak ngerti mending duduk sama Yudha dan nonton," Sekarang ujung pisau itu yang nunjuk ke arah gue.
Ayu decakin lidah setelah noleh ke gue sekilas dan balik lagi ngedongak natap Fahri dilanjut kembungin pipi.
"Lah lu repot dan rusuh?" Fahri kacak pinggang.
"Iya, deh! Janji nggak ganggu, tapi peluk dari belakang boleh yah? Biar kaya suami istri,"
"Siapa suaminya?" tanya Fahri.
"Gue, kalau lu mau gantian nggak apa-apa, tiga hari sekali, terus hari minggu dikocok nama siapa yang keluar, hari itu dia suaminya," usul Ayu.
"Dikocok-dikocok! Kita belum menikah yah, Roselda," Fahri dorong kepala Ayu main-main ke belakang mungkin biar dia sadar. "Sekarang duduk!" Fahri nujuk gue lagi pakai ujung pisaunya.
"Mau peluk," rengek Ayu.
Fahri luruhin bahu dan natap Ayu jengah.
"Peluuk ...," Ayu ketuk-ketukin kedua ujung jari telunjuknya.
Fahri buang napas kasar. "Ya udah peluk! Tapi janji jangan rusuh!" Dan kali ini ujung tajam pisau di tangan Fahri nujuk ke Ayu lagi.
"Janji," Ayu sentuh ujung tajam itu pake jari telunjuknya buat diturunin.
"Oke!" Fahri balik badan munggungin gue.
Ayu noleh ke gue dan mainin alisnya naik turun sambil pasang emot bulan gosong ambigu nggak ada ampun. "Mau grepe pantat ukeh," katanya tanpa suara ke gue, tapi bibirnya masih bisa dibaca.
Gue cuma bisa pijet kening dan buang muka pas Ayu ngelus salah satu belah bokong Fahri sebelum meluk dan munggungin gue juga.
Nyampe tiba-tiba ponsel di atas meja makan getar dan nama Yuno tertera di layar. "Yuno?" Buru-buru gue ambil dan angkat. "Sayang?" Demi Tuhan gue bahagia luar biasa, akhirnya Yuno hubungin gue duluan.
"Mas?" Suaranya serak di seberang sana nahan isak.
Rasanya mencelos, ikut sakit dan makin merasa bersalah. "Maaf, Sayang ... Mas-,"
"Bubu keracunaan," tangisnya pecah detik itu juga.
"Loh?"
"Ke sini, Mas!! Anak kita sekarat,"
"Klnik?"
"Klinik kemaren, Bubu kejang-kejang," adunya makin nangis.
"Gue ke situ sekarang!" Dan matiin sambungan.
"Ke mana, Yud?" tanya Ayu saat gue beranjak dari kursi dengan terburu.
"Anak gue keracunan, gue pergi sekarang. Tolong bilang ibu nanti," Dan gue lari keluar dapur ninggalin mereka.
Masuk ke kamar ambil kunci motor di atas meja belajar dan hoodie di belakang pintu, buru-buru gue pake sambil jalan ke pintu samping biar langsung garasi, pasag helem dan naik ke cookie.
Garasi belum ditutup, gerbang juga masih dibuka karena tadi Fahri masuk, jadi gue bisa langsung laju keluar rumah tanpa hambatan.
Keluar gerbang komplek dan langsung nyebrang karena sepi, langit mendung, dengan kecepatan tinggi gue susul Yuno dan Bubu di klinik kemaren pas pertama kali Bubu dapat vaksin.
Gue nggak tahu bisa-bisanya Bubu keracunan, yang gue tahu Yuno ngasuh Bubu kaya ngasuh anaknya sendiri pakai kasih sayang dan cinta, bahkan dia menobatkan dirinya sendiri sebagai papi terbaik di dunia.
Nggak lama gue akhirnya nyampe, parkir terus lepas helem, pake langkah lebar gue dorong pintu kaca klinik hewan ini dan pemandangan pertama yang gue liat adalah Yuno duduk di kursi besi dan dia segera berdiri. "Mas?" Kedua sudut bibirnya jatuh, bibir bawahnya getar manggil gue, matanya merah basah dan kaosnya juga nggak kalah basah.
"Kok, bisa?" Gue jalan ke arahnya.
Yuno berhambur meluk gue. "Bubu gue ajak makan coklat dari lu, terus nggak tahu kenapa tiba-tiba dia muntah-muntah dengan liur ke mana-mana terus kejang,"
"Astaga, Yuno!" Sebenenya gue mau marah lagi, tapi mungkin ini nggak murni kesalahannya karena pasti dia nggak tahu kalau coklat mengandung methylxanthines, theobromine dan kafein yang bisa membahayakan anjing. Apalagi anak anjing kaya Bubu.
"Maaf, nggak bisa jagain anak kita,"
"Udah nggak apa-apa," Gue usap puncak kepala yang tepian rambut depannya juga basah karena keringat, mungkin dia takut dan panik tadi.
Dokter keluar dari ruang periksa dan otomasis Yuno langsung berhambur dan nanya. "Gimana Bubu, Dok?"
Dokter itu senyum. "Nggak apa-apa, Bubu dehidrasi dan sekarang sudah lebih baik, untung langsung dibawa ke sini, jadi masih bisa diselamatkan," kata beliau.
Yuno napas lega. "Boleh liat Bubu, Dok?"
"Silahkan," Beliau kasih ijin.
Dan buru-buru Yuno masuk ke ruang priksa.
"Terima kasih, Dok," kata gue sebelum ikut masuk dan dapat anggukan dari Dokter.
Gue masuk dan lagi-lagi lihat kedua sudut bibir Yuno turun.
"Yun?" Gue rengkuh bahu Yuno biar badan kami rapat.
"Maafin Papi, Bubu ... Papi salah," ucap Yuno ke Bubu yang masih angler dengan corong di lehernya dan infus di salah satu kaki depannya. Dielus perut samping Bubu sayang sama Yuno. "Tapi itu juga salah Daddy bikin Papi jengkel dan galau, makanya Papi buka semua coklat dan ajak Bubu makan," Dia membela diri.
Ini antara sedih dan seneng sebenernya, ternyata Yuno nggak kalah galau-nya berantem sama gue nyampe dia makan semu coklat.
"Cepet minta maaf ke Bubu!" Yuno sikut perut gue galak.
"Maafin Daddy, Bubu ... Daddy bikin papi badmood dan kamu malah jadi korban ketidak tahuannya," ucap gue sambil gantian elus Bubu.
"Lu tanggung jawab! Kalau Bubu nggak bangun, gue nggak akan pernah maafin lu," Yuno lap matanya yang basah.
"Nggak, Bubu sehat, Sayang ... Bubu sembuh," Gue pegang ubun-ubun Yuno pake tangan yang tadi buat meluk bahunya.
Yuno narik ingus. "Awas aja!"
"Iya ... iya,"
"Awas jauh-jauh! Gue masih sebel sama lu," Yuno dorong gue ngejauh.
"Loh?"
"Gue meski tadi panik dan minta peluk bukan berati gue udahan marah dan badmood-nya, yah! Lu harus minta maaf, baru gue baikan!" Dia kembungin pipi.
Gue senyum. "Iya maaf, Sayang ... udah kasar, bentak-bentak, dan nggak bisa jadi yang baik ... maaf, yah?" Gue deketin lagi dia.
"Humb! Bubu sakit," rajuknya.
"Nanti sembuh," Gue peluk dia.
Tbc ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Novela Juvenil[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...