30 | Terima Kasih, Tuhan

24.7K 4.6K 399
                                    

Vote, Guys!
Absen coba lu pembaca ke berapa di chapter ini?
Lu baca jam berapa? Tolong nanti jangan begadang! Oke?
.

.

.

Gue tarik napas dan buang lelah sambil taro pulpen di tangan ke atas lembar jawab latian soal, nengok jam dinding perpustakaan di sisi kiri udah nunjuk pukul tiga sore.

"Masih ada satu sesi latihan lagi abis ini," kata Nizam di sebelah gue selang satu bangku, dia ngomong sambil tetep corat-coret ngitung.

Gue jadi mikir, ini anak kuat banget belajarnya, kami tadi mulai dari jam satu padahal, astaga, pantes susah dikalahin meski cuma 0,03 dari nilai rata-rata.

"Lu harus semangat, Yudha ... lawan lu bukan gue, jadi lu bisa ambil posisi juara pertama di olimpiade fisika bawain mendali emas dan bikin sekolah bangga,"

Oh! Satu lagi, kepercayaan dirinya tinggi, makin pantas susah dikalahin dan makin bikin panas hati karena ternyata nyebelin.

"Istirahat dulu ...," Guru pembimbing gue—Ibu Juli—tiba-tiba dateng bawa dua kotak snack dan ditaro di meja antara kami. "Gimana, Yudha? Ada soal yang perlu dijabarin?"

"Nggak, Bu," jawab gue.

"Bagus, nanti abis ini lathian sesi kedua, nggak banyak, lima soal doang, tapi materinya kita belum sampai sana, nanti Ibu jelasin,"

Gue ngangguk dan kasih jempol tanda siap.

"Nizam gimana? Aman?" Ibu Juli noleh ke Nizam.

"Aman, Bu," jawab Nizam sambil ngedongak natap Bu Juli sambil senyum cantik mamerin lengkungan bulan sabit di kelopak mata indahnya meski gue jadi jengah.

"Good," Ibu Juli kayaknya reflek cubit main-main pipi Nizam karena gemes. "Nanti pak Klino ke sini lagi jelasin materi buat latihan soal selanjutnya, oke?"

"Siap!" jawab Nizam ikut acungin jempol.

"Ya udah, kalian istirahat dulu, snack-nya di makan, nanti setengah jam lagi kita lanjut latihan nyampe jam 4,"

Gue sama Nizam ngangguk.

"Ibu ke kantor, yah?" Pamit beliau pergi setelah nepuk bahu gue dua kali akrab.

"Capek, Yud?" tanya Nizam sambil narik salah satu kotak snack.

Gue ngegeleng, dan narik satu yang lain jatah gue.

"Baby,"

"Hai," Nizam noleh ke ambang pintu perpus.

Dan gue juga noleh ke sana, itu Abimanyu dengan kaos basket dan tepian rambut basahnya karena keringat.

"Yo, Bro!" Sapa Abimanyu ke gue sambil masuk ngedeket ke arah kami. "Capek, Baby?" Kali ini sapanya ke Nizam sambil elus puncak kepala.

"Nggak, kamu capek?" tanya Nizam ngedongak natap Abimanyu yang berdiri di antara kami.

"Nggak, liat senyum kamu capek aku ilang," jawab Abimanyu manis.

"Gue pergi dulu," Pamit gue berdiri dari kursi.

"Ke mana?" tanya Abimanyu reflek noleh ke gue lagi.

"Ke belakang," jawab gue sambil bawa kotak snack di tangan dan ninggalin mereka.

Sayup-sayup gue denger Nizam mulai ngomong. "Pacarnya tidur di pojok,"

"Yuno?" Itu suara Abimanyu, ternyata warga sekolah pada tahu Yuno pacar gue, bikin hati jadi sedikit tergelitik lucu dan lupain omongan Nizam yang nyebelin itu, ternyata gue nggak secupu dan nggak setenggelam itu dari jadi bahan gosip terbaru.

Tapi biarin, lah! Mending gue nyamperin si kucing. Nyampe di pojok perpustakaan tempat pertama kali kami ciuman, ey! Kedua kali kami ciuman, keliatan Yuno tidur telungkup bantalan tasnya sendiri.

Duduk di sebelah kepalanya. "Ngantuk, Sayang?" Gue belai lembut helaian rambut tebalnya buat bangunin dia pelan.

Yuno yang tadi mukanya ngadep tembok sekarang balik ngadep gue. "Mas ...," Suaranya serak manja, matanya yang masih merem dia kucek pake punggung tangan. "Ngantuk," katanya.

"Kasihan," Gue usak puncak kepalanya lembut. "Mau snack?"

"Eung?" Yuno angkat kepalanya lugu.

Gue buka itu kotak snack. "Susu?" tawar gue ke Yuno.

Yuno ngekekeh kecil dan beringsut duduk meski matanya masih keliatan sayu ngantuk.

Gue tusukin sedotannya ke susu kotak itu dan kasih ke dia. "Minum,"

"Makasih, Sayang," katanya.

Damn! Hati gue hangat mendadak denger panggilan manisnya. "Ya udah minum," kata gue pura-pura biasa aja.

Yuno ngangguk dan muali nyedot itu susu kotak, imut, bibir cerinya ngerucut dengan mata masih keliatan sedikit ngantuk.

"Capek? Mau pulang dulu?" tanya gue.

Yuno ngegeleng. "Kan nanti mau ambil Bubu di klink,"

"Ya nanti biar gue aja yang ambil,"

"Nggak, gue sebagai Papi yang baik juga harus ikut jemput anak," tolak Yuno pake alasan yang sama kaya tadi siang pas gue suruh dia pulang duluan nggak usah nemenin gue latian soal.

Gue ketawa dan usak puncak kepalanya. "Dasar,"

"Itu apa, Mas?" Yuno nujuk kotak snack di pangkuan gue.

"Hem?" Gue ngerunduk liat isi kotak snack yang Yuno tunjuk. "Pie buah, mau?" tawar gue.

Yuno yang nyedot susunya lagi itu ngangguk lucu dua kali.

"Bentar," Gue bukain pelastiknya. "A," perintah gue suapin dia.

Yuno gigit separuh.

"Enak?"

Yuno ngangguk dengan pipi ngembung. "Manis," katanya.

Gue senyum dan usap sudut bibir Yuno yang ninggalin remah pie, kasihan, dia mau pulang telat buat nungguin gue doang, padahal dia hobi tidur siang. "A lagi," Gue suapin sisa setengahnya.

Yuno terima.

"Bolunya mau?" tanya gue liat sisa isi kotak snack ini. "Jeruk?"

Yuno ngegeleng, tapi tangannya keulur buat ambil itu bolu gulung. "Buat Mas aja, sini Yun-yun suapin," kata Yuno sambil buka plastik pembungkusnya.

Gue ngekekeh dan nerima suapan dari tangan Yuno dengan gigit separuh.

"Enak?" tanya Yuno.

Gue ngangguk.

"Coba," Dia nyuap sisanya sendiri di tangan. "Emm ... enak," katanya sambil ngangguk-anggukin kepala.

Gue ambil susu di tangan Yuno dan ikut sedot isinya sedikit. "Nanti gue selesai jam 4, masih satu jam lagi, nggak bosen?"

"Nggak, mau jemput Bubu nanti," Dia ambil lagi susu kotak di tangan gue dan sedot.

"Iya ... iya ..., Papi yang baik," Gue cubit main-main hidung tingginya. "Ya udah tidur lagi aja," kata gue.

"Mas balik lagi ke depan?"

Gue ngangguk.

"Peluk dulu," Dia meluk gue dari samping tiba-tiba. "Cium dulu, emuach!" Dan kecup pipi kiri pake imbuhan bunyi suara. "Udah! Biar semangat belajarnya!" Dia usap bekas kecupannya kasar pake telapak tangan.

"Haha ... dasar," Sekali lagi gue usak puncak kepalanya bikin rambut Yuno makin berantakan, yang sejujurnya hati gue yang lebih dibuatnya berantakan karena polah barusan, astagaa ... sebahagia ini gue sekarang!! Terima kasih, Tuhan.

Tbc ....

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang