24 | Ayo culik Si Uke Sexy

33.7K 4.8K 396
                                    

Gue sama Ayu di sofa depan TV rumah Ayu sekarang. Dengan posisi gue tiduran di paha Ayu pake bandana Doraemon di kepala, tadi gue dipaksa main salon-salonan kaya sepuluh tahun lalu, tapi kali ini beda cerita, kalau dulu maksa biar dia bahagia, kali ini dia maksa buat gue makin glowing membahana supaya Yuno makin jatuh cinta-katanya.

"Ini wanginya enak," kata gue sambil merem sementara Ayu telaten moles masker yang tadi gue liat warna ijo muda ke muka gue.

"Ini macha," Dia kasih tahu. "Ini gue pake banyak, dan ini abis, jadi lu wajib ganti nanti, loh! Ditambah serum, toner, dan sunscreen,"

"Lah?" Gimana ceritanya ini, dia yang ngajak padahal tadi, kayaknya ini semacam penipuan.

"Loh! Abis ini muka lu bakalan terang benderang, Yuno yang kata lu pemuja visual pasti langsung mau rebah di bawah kungkungan,"

"Woy lah!"

"Diem! Nanti maskernya nggak rata, pecah, lu kriput!"

"Gila! Maskeran kalau salah metode serem banget efek sampingnya."

"Makanya diem," Galak Ayu.

Gue milih nurut aja lah, meski kayaknya ini pemalakan secara halus buat beliin dia skin care-nya yang mulai pada abis.

"Diem, oke?" printah Ayu lebih lembut. Dan sedetik kemudian kedua kelopak mata gue dingin. "Kasih timun dulu," Lanjutnya.

"Berapa menit?" tanya gue.

"Diem! Nunggu kering!"

"Ya berapa menit?"

"Lima belas! Diem, Yudha ...," rengeknya nyuruh.

Gue nurut diem lagi.

Kami diem-dieman setelah itu.

Cukup lama, nyampe gue ngerasa aneh sama Ayu, biasanya dia rewel dan tukang kepo sama apa aja yang gue lakuin, tapi sekarang tiba-tiba jadi adem dan nggak berlaku random, ditambah sesekali gue denger dia tarik napas berat dan hembusin kasar. "Lu ada masalah?" tanya gue akhirnya.

"Diem," suaranya serak.

Nggak beres, buru-buru gue beringsut duduk setelah ambil kedua siung timun di mata gue dan taro ke meja. "Lu kenapa?"

"Diem, nanti masker lu rusak," ucapnya pake mata merah genang air dan hidung nggak kalah merah kembang kempis.

"Loh, kenapa?"

"Yudhaa," tangisnya pecah detik itu juga dan meluk gue erat tiba-tiba.

"Kenapa?" Gue urai peluk dengan megang kedua lengan kecil Ayu dan ngerunduk buat natap mukanya yang basah.

"Gue dikatain perek, lonte murahan, nggak tahu diri dan nggak ngaca," Suaranya getar sesenggukan dengan ngusap air mata.

"Sama siapa?"

"Cewek-cewek dan uke-uke fans Gusti," Napasnya pendek-pendek. "Gusti si anak baru, Gusti Totonegoro,"

"Yang kata lu kulkas?"

Ayu ngangguk dua kali dan lap lagi air matanya. "Padahal gue deket ama dia karena gue ketua OSIS dan dia anak baru yang mau langsung gabung team inti basket waktu itu," jelasnya. "Gue cuman kagum doang nggak minat jadiin pacar, tapi terus tiba-tiba makin ke sini ada rumor kalau gue godain dia," Dilanjut ambil lengan kaos gue buat lap ingusnya. "Padahal timbang gue godain dia mending gue godain Fahri si uke sexy, huaaa ...," tangisnya pecah lagi. "Mereka jahat banget,"

"Husst ... diem, Yu ...,"

"Nggak mau, dada gue sakit, gue gila-gila begini juga manusia, bukan pohon pisang," Ayu makin dongakin kepala dan menjamin mata erat. "Gue mau punya uke sekarang juga, Yudhaa ...," Ayu usak-usakin kakinya ke lantai brutal. "Biar mereka tahu kalau selera gue uke, bukan ke kulkas berjalan kaya Gusti, huaa ... gue bukan perek, gue Seme!"

"Husst, udah-udah, iya ... iya, lu Seme, lu mau siapa? Fahri?"

Ayu sedot ingus terus natap gue pake mata basahnya. "Mau Fahri," ujung bibirnya jatuh semua, bibir bawahnya getar dan sedetik kemudian. "Huaa ..., culik Fahri buat gue, Yudhaa!" Dia dongakin lagi kepalanya dan nangis makin kenceng.

"Iya, iya, iya ... jangan nangis," Gue panik asli, ini gue sama Ayu cuma berdua doang di rumah, apa kata tetangga kalau denger Ayu nangis kejer begini.

Sekali lagi dia lap pipinya dan sedot ingus. "Mau Fahri, mau gue pamerin ke yang ngata-ngatain gue dan yang nyebar rumor," pintanya sesenggukan.

Gue tarik napas coba mikir cara, Dan. "Ah! Bentar gue telpon Yuno,"

"Kok malah mau ngebucin, sih? Kan mau culik Fahri!!" rengek Ayu menjadi.

"Husst!" Gue taro jari telunjuk di depan bibir sambil naro hp ke daun telinga coba hubungin Yuno.

"Hallo, Mas?" suara Yuno serak khas bangun tidur di sebarang sana.

"Bubu siang, Sayang?" Lembut gue tanya biar dia nggak marah diganggu tidur siangnya.

"Hu'um," jawab Yuno lesu tapi kedengeran manja, yang pasti mungkin dia pake mata ngantuk imutnya ngangguk lucu di sana.

"Masih ngantuk?" Gue senyum cuman kebabyang mukanya yang ngantuk itu.

"Huaa ...! Jangan kelamaan basa basinya! Gue mau Fahri! Mau Fahri!!" rengek Ayu lagi di sebelah gue.

"Husst! Diem, Yu!" Gue kembali ke bumi dan micing ke Ayu.

Detik itu juga Ayu diem meski kembungin pipi.

"Mommy kenapa?" Suara Yuno seger seketika.

Wah! Yuno kena peletnya Ayu kayanya yang nagnggap dia cute baby boy dan Yuno langsung nganggap dia mommy-nya yang amat dikasihi.

"Ayu kepengin punya uke, Yun, bisa minta tolong nggak?"

"Apa pun pasti gue lakuin buat Mommy Ayu terkasih, jadi apa yang harus dilakuin, Mas?"

Ini bayi mendadak semangat banget padahal tadi pas pertama angkat telpon kedengeran ngantuk banget.

"Culik Fahri bawa ke sini," jawab gue.

"Fahri si uke sexy? Sip! Sekarang juga gue kerahin anggota SGG buat bawa Fahri ke rumah Mommy,"

Pip!

Sambungan diputus sepihak, gue turunin HP dari daun telinga liat layarnya.

"Gimana?" tanya Ayu sendu.

"Yuno pasti bakalan bawa Fahri ke sini," Gue yakinin Ayu.

"Ah! Mommy sayang Yun-yun," Ayu ngedokak lagi dan ngerengek bahagia.

Gue jadi ngebatin, kenapa hidup gue dikelilingi orang-orang gila macem Ayu dan Yuno? Tapi gue bahagia. Penerimaan antara satu sama lain, Ayu yang nerima gue homo, Yuno yang nerima gue punya temen deket cewek, lalu mereka akrab kaya ibu dan anak.

Nyampe mikir gue di kehidupan sebelumnya pernah nyelamatin dunia atau gimana, bisa-bisanya segala hal baik terjadi ke diri gue.

Ayu sesenggukan dengan masih mewek lap pipi.

"Ya udah, diem dong," Gue tenangin Ayu lagi.

"Lu yang diem ege! Keriput entar lu!"

Astaga, gue lupa tadi abis dipakein masker sama Ayu.

Tbc ....

An : Inget Fahri yang Ayu maksud, 'kan? Yang di chapter pertama Ayu pengin nepok bokongnya? Yang jadi rebutan Ayu sama Riyu juga di chapter 14?

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang