51 | Samudra Yuno

18.6K 3.3K 351
                                    

Vote!

.

.

.

"Sakit, Yu!" Gue yang duduk di tepi ranjang ngedongak dan mundurin muka natap Ayu yang lagi usaha masangin softlens ke kornea mata gue.

"Ini biar lu makin ganteng anjir! 'Kan udah sepakat kemaren," Ayu raih rahang gue lagi kasar buat dongakin.

"Gue pake kacamata aja, Yu ...," Mohon gue iba.

"Lu udah gagah babi! Jidat paripurna lu udah terpampang nyata! Mulus tanpa bintik, kacamatanya simpen dulu! Pake softlens abu-abu ini dulu!" omel Ayu.

"Yuu ...," mohon gue sekali lagi, soalnya ini nggak nyaman banget acara masangnya, gue takut kecolok.

"Diem!" Sekali lagi Ayu dongakin gue pake nyengkram rahang.

"Yuu,"

"Ck! Sini!" Sekarang Fahri narik rahang gue. "Diem! Liat gue dan tetep melek!" paksanya dengan buka kelopak mata gue. "Gue nggak mau, yah! Udah bangun subuh-subuh terus ke rumah lu nata tampilan lu begini keren tapi lu mau tetep pake kacamata lagi! Nggak sudi gue waktu tidur gue terbuang sia-sia! Lu harus totalitas!"

Gue kedip-kedip, dingin menyerang kedua bola mata karena ternyata udah kepasang semua berbarengan dengan omelan Fahri.

"Aah~ meleyot," Ayu jatuh duduk luruh ke bawah sambil pegangin dadanya. "Temen gue ganteng banget anjir!!" Dia pukul-pukul lantai.

Gue yang tadi nyorot Ayu noleh dengan ngedongak lagi natap Fahri.

"Gue mau nangis," Fahri narik ingusnya. "Kok lu ganteng banget, Yud?! Semangat gue buat jadi make up artist makin membara dan menyala," Dia hapus setitik air mata di ujung kelopak.

Gue buang napas. Emang susah kalau udah ama pemain teater, segalanya jadi mendramatisasi dan hiperbolanya anti mainstream.

.

.

.

Gue ke sekolah naik grab car bareng Ayu dan Fahri--tentunya, katanya biar tatanan rambut gue nggak rusak karena helem. Nyampe depan gerbang gue yang mau keluar langsung ditahan Fahri dengan narik lengan gue kasar. "Pake liptint-nya sekali lagi," Dia polesin sekali lagi itu benda pink berminyak ke bibir gue.

"Kemerahan entar ini," protes gue.

"Nggak! Itu makin pink dan makin pengin digigit!" kata Ayu yang duduk di jok depan sambil noleh ke belakang liat kami berdua. "Tambahin lagi, Baby!" perintah Ayu ke Fahri.

"Oke!" Fahri nurut.

Gue kedip dua kali pas tangan gemulai Fahri sekali lagi polesin itu liptint, agak mikir. "Woy lah!" Gue lap kasar ini bibir pake punggung tangan. "Ini gue mau gagah apa mau dijadiin uke sih, Yu?"

"Oh iya lupa," Ayu tepok jidat. "Jiwa seme gue nggak bisa dikendalikan soalnya, sorry, Yud!"

"Anak babi," Gue sipitin mata natap Ayu jengah.

"Ya udah! Gas ayo turun!" Ayu buka pintu.

Oke! Gue juga buka pintu, turun dari mobil kaki kanan dulu, gendong tas asal cuma sebelah tali doang dan nyugar rambut ke belakang.

Masuk gerbang.

Jalan gagah dengan longgarin dasi, sementara baju gue yang biasa masuk dan rapi--ditata Ayu & Fahri--udah dikeluarin dari rumah tadi. Beneran! semesta keliatan lain, sekarang gue merasa jadi pusat dunia dan gue bangga.

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang