Vote baby!
Lama nunggu?
Jangan ngambek, ini udah up! Cuman gue tinggal 2 hari doang ... nggak lama, kan? Ini udah balik lagi, oke?
Happy reading!
.
.
.
Sekarang pukul sepuluh malam, gue selesai mandi setelah hujan-hujanan nganter Nizam pulang.
Rasanya berantakan, semrawut pikiran gue, cacah rucah dan nggak karu-karuan. Gue cukup tertekan dengan perlakuan Yuno yang over posesif dan over thinking-nya selama beberapa hari ini, ditambah kelakuan Abimanyu yang mirip setan itu dengan jujur ngomong jadiin gue bahan fantasi, gue jijik dan nggak terima, dan lagi-lagi ditambah Nizam yang cerita panjang lebar dia terluka.
Nggak tahu, gue mau nggak peduli, tapi gue nggak suka Nizam sakit hati, dan sakitnya karena Abimanyu obsesi ke gue.
Di sisi lain semsesta gue juga berantakan. Gue sayang sama Yuno, sayang banget malah. Gue juga nggak suka dia over thinking, terus jadi terluka dan sakit karena rasa takutnya sendiri.
Gue bingung, gue nggak tahu harus ngurai ini dari mana dulu, ini lebih rumit dari geometri yang jelas rumusnya untuk lingkaran, trapesium dan persegi. Sekali lagi ini lebih rumit dari geometri, pikiran dan perasaan gue lebih semrawut dari gampangnya merekfeksi sumbu x dan y dalam pemetaan ruang Euclidean ke dirinya. Masalah hati ini kian berantakan nggak sejelas isometri dan hyperplane si satu set titik tetap yang bisa gue pecahkan dalam hitungan detik.
Buang napas, gue dudukin diri ke kursi meja belajar dan usak wajah kasar naik turun. Gue harus tenang dan berpikir jernih.
Selalu begitu, kita selesaikan soal matematika dari yang paling dekat dan akrab di kepala, jadi mungkin gue harus mulai dari yang paling dekat di dada untuk soal perasaan dan cinta, dari milik gue sendiri si Yuno Haris Samudra.
"Yunoo ...," Gue pijet pangkal hidung, tapi gue nggak tahu mulai dari mana. Mungkin dia sekarang marah dan benci karena gue bentak tadi, kalau gue telpon juga pasti nggak akan diangkat karena itu udah selalu jadi tabiat. "Sial!" Geometri matematika lebih mudah dari masalah perasaan dan cinta apalagi Yuno ternyata.
Ujan reda di luar, gue noleh liat jam dinding, sekarang udah pukul sepuluh lebih sepuluh menit. Tengkuk rasanya kaku sedari selesai mandi tadi, kepala juga makin pening dan mata rasanya panas, ini pasti karena hujan-hujanan tadi ditambah gue belum makan malam sekarang. Rasanya makin nggak karu-karuan.
Pijet pelipis, nyampe suara motor gede nggak asing gue denger berhenti di depan.
Gue berdiri dan nuju ke jendela dengan buka sedikit hordennya, dan ternyata itu Davin yang berhenti di depan gerbang rumah.
Detik Davin gue liat turun terburu, denyut jantung gue terpacu. Ada yang nggak beres.
Buru-buru gue keluar kamar dan keluar rumah.
"Yudha!" panggil Davin panik tanpa lepas helem full face-nya yang kacanya terbuka.
Gue turun dari teras rumah dan langung buka gerbang.
"Boss ditantang Alvin balapan malam ini, taruhannya yang kalah ditiduri," panik omega SGG ini makin jadi.
"Kita ke lokasi!" Gue keluar gerbang dan tutup lagi tanpa dikunci pun tanpa pamit ke ibu langsung naik bonceng Davin. Nggak peduli dingin tanpa jaket pun helem, ngabaiin kelopak mata panas dan kepala pening yang sejak tadi gue rasain. Gue harus susul Yuno sekarang.
Gerimis tipis turun lagi setelah tadi reda, dan nggak lama kami sampai ke lokasi juga.
Dua suara gas motor gede di tengah jalan dalam kerumunan anak-anak dari dua geng motor itu kedengeran berderu.
Buru-buru gue turun dari motor Davin, susah payah gue sibak kerumunan buat samapi ke tengah dengan Davin di belakang ngikutin.
"YUNO!" panggil gue dengan cabut kontak motornya tiba-tiba dari belakang sesampainya ke dia.
"YUDHA!" Yuno balik bentak gue tepat Alvin sang musuh juga matiin mesinnya. "Lu apa-apaan, huh?!" Yuno buka kaca helem full face-nya.
"Batalin taruhan ini," titah gue tajam.
"Wah, Yuno Haris Samudra ternyata di bawah kendali si cupu seme-nya," ejek Alvin Sanjaya si pimpinan Leopard yang dulu gue patahin hiudngnya.
Gue noleh ke dia detik itu juga terus tuding mukanya. "Diem!" perintah gue tajam dan dalam nahan emosi yang udah ditumpuk dan ditimbun sedari tadi. "Batalin," Gue noleh ke Yuno lagi. Amarah gue beneran udah di ubun-ubun, rasanya iblis dalam diri gue beneran dipancing terus-terusan untuk keluar sama keadaan dan kenyataan.
"Apa-apaan, sih, Anjing?!"
"Yuno udah sepakat, woy!"
"Pimpinan harus tanggung jawab sama kesepakatan yang udah dibuat!"
"Wah! Kalau ini batal, jelas pimpinan Serigala emang nggak punya muka,"
"SGG lebih sampah dari sampah kalau pimpinannya nggak sesuai janji dan kesepakatan,"
Riuh dari mulut-mulut bajingan makin bikin gue panas terbakar, tapi gue nggak mau Yuno ikutin kesepakatan dan taruhan gila ini. "Batalin, Yuno!" perintah gue lagi lebih tajam.
"Nggak! Nama baik SGG di tangan gue," Yuno rebut lagi kontak motornya dari tangan gue, pasti dia kepancing omongan sampah-sampah tadi.
"YUNO!" Gue rebut lagi kontak itu.
"YUDHA!!" Yuno turun dari motornya.
"BATALIN!" Bentak gue dengan satu oktaf lebih tinggi dari bentakkannya.
"GUE ALPHA!" Yuno cengkram krah kaos gue. "Jangan permaluin gue di depan mereka!" Lalu dihempas kasar nyampe tubuh gue mundur satu langkah ke belakang dan punggung nabarak dada Davin.
Tatapan nyalang gue dan Yuno ketemu, tapi jelas di dalam helem yang kacanya terbuka itu mata Yuno jauh lebih merah dan sedikt basah meski tetap tajam nyorot gue marah.
Gue ambil helem Davin dari tangannya dan pake. "Gue yang taruhan," Dan jalan ngelewatin Yuno terus naik ke atas motornya.
Sorak dari para bajingan Leopard mulai meriuh lagi saat gue nyalain mesin.
Alvin di sebelah gue ketawa dan juga ikut nyalain mesin.
Gue lirik Yuno yang masih munggungin dan gue liat dia sepertinya atur napas nahan emosi dengan Davin usap-usap dadanya.
"3, 2, 1,"
Kain kotak-kotak monokrom dikibarkan, gue putar gas dan Alvin jauh melesat duluan.
Tbc ....
An : Ayo kita bakar sekalian konfliknya!! 🔥🔥🌡gue kagak tahu ini mau gue stop up kapan, jadi beli bukunya buruan!
Mumpung bukunya masih open PO! Link ada di bio atau wa ke adminnya di +62 838-2478-1293
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Novela Juvenil[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...