67 | Sunset

17.3K 2.9K 173
                                    

Vote!

.

.

.

Ini udah sore. Kami berempat jadi jalan ke pantai tadi siang, sementara Novan pulang karena katanya jomblo sendirian, mau ikut minggu depan aja kalau Gusti udah jadi gandengan.

Percaya dirinya tinggi banget itu anak buat naklukin Gusti. Gue suka sama gayanya, mungkin juga itu ajaran sesat dari pacar gue si Yuno Haris Samudra sebagai pimpinannya juga.

Dulu aja Yuno mepet gue nggak kasih kendor, ngambek sendiri, minta kencan sendiri, jadiin gue Alpha, kasih jaket kebesarannya, bahkan nyatain cinta duluan, lucu emang! Gemes juga, kaya sekarang. Dia gemes banget ngunyah jagung susu keju sambil gerak-gerakin kepalanya tanda itu enak.

"Nambah?" tanya gue.

Yuno ngegeleng karena masih ngunyah.

"Gue aja yang nambah, Dha!" sergah Ayu.

"Ih! Roselda! Katanya Seme, jaga wibawa dong! Masa minta-minta ...," rajuk Fahri.

"Oh iya, Baby ... lupa, biasa kalau pergi ama Yudha gue kaya cewek jadi dijajanin," bela Ayu.

"Emang bukan cewek, Mom?" tanya Yuno setengah ngekekeh.

"Ya gimana ya jawabnya? Mau bilang cewek, tapi punya uke gemes, jadi artinya gue seme gagah, iya kan, Baby ...?" Ayu cubit main-main pipi Fahri meski dia harus ngedokak karena kesenjangan tinggi bandan.

Gue cuma geleng nggak habis pikir, nggak tahu kapan sadarnya ini anak.

"Gemes banget, sih ini bottie!" Ayu malah kebablasan makin gemes ke Fahri. "Unch-unch-unch,"

"Roselda," Fahri jengah dan pasang muka ngerajuknya karena pipi makin di unyel-unyel.

Ayu ketawa. "Iya ... iya, maaf! Ya udah tadi katanya mau beli permen kincir?"

Fahri kembungin pipi. "Jangan panggil bottie lagi di depan umum, apalagi ada mamang jagung,"

"Pfft," Yuno nahan ketawa, pun juga mamang jagung yang bahunya ikut getar ketawa tanpa suara.

"Iya nggak lagi, jangan marah, dong!" kata Ayu.

Fahri ngangguk meski bibirnya masih ngerucut.

"Jadi permen kincir?" tanya Ayu lagi.

Kali ini Fahri ngangguk semangat.

"Good boy," Ayu usak puncak kepala Fahri sayang. "Ayok!" Dan dia gandeng tangannya. "Kami ke sana dulu, Dha! Bayi minta permen!" Dan mereka ninggalin kami.

Gue ngangguk terus noleh ke Yuno. "Lu juga mau pemen? Permen susu?"

Yuno ngegeleng.

"Mau apa?" tanya gue lagi, karena kami emang di tepi pantai wisata tapi kami lagi di tempat stand-stand penjual makanannya.

"Kita ke deket air yuk, Mas!" Yuno nunjuk ke sapuan ombak lembut pantai pasir putih ini di depan sana.

"Mau main air? Nanti basah,"

"Nggak, jalan di tepiannya aja sambil nunggu matahari tenggelam,"

Emang matahari udah mau tenggelam, langit juga udah salem kemerah-merahan, dan matahari jingga ramah jelas bulat di ujung barat sana seolah tepat satu jengkal di terakhir jarak pandang lengkungan air laut.

Gue noleh ke stand permen dan manisan warana warni di mana Ayu dan Fahri bediri di sana, terus noleh lagi ke Yuno. "Ayok!" Ajak gue karena yakin nanti Ayu dan Fahri masih bisa nyusul. "Sini!" Dan gue tadahin telapak tangan kanan ke Yuno.

Shitometri Love [Juara Kedua]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang