Vote!
Yuno bohong, sebelumnya dia janji nggak akan ngobrol sama Gusti, tapi nyatanya tadi mereka haha hihi.
Sialan emang, karena Riyu kenal gue, dia ngajak pacarnya duduk satu meja bareng kami, dan karena pacarnya itu satu paket sama Nizam-Abimanyu, otomatis Nizam-Abimanyu juga rapatin meja lain buat gabung, dan Gusti yang kaya prangkonya Abimanyu tentu juga gabung, dan makin sialnya karena gue ama Yuno duduk sebrangan sebelumnya, jadilah Gusti duduk di sebelah Yuno tadi.
Tadi gue cuma diem dan makan, sementara mereka semua asyik ngobrol. Gusti yang katanya es abadi dari kutub selatan aja ikut haha hihi ngebaur, malah kesannya gue yang jadi orang asing dari gurun--panas. Suasanyanya emang renyah, tapi hati gue patah, asli! Yuno nggak nepatin janji.
Dan sekarang gue lajuin motor dengan kecepatan tinggi, diem dan nggak peduli Yuno yang kaku di belakang punggung kayaknya paham gue marah lagi.
Nyampelah kami di depan rumah gue sekarang. Tanpa di suruh Yuno turun dan buka gerbang yang emang cuman diengsel doang.
Gue masih diem dan masukin motor ke pelataran rumah, parkir dan turun sambil lepas helem, pake langkah lebar masuk ke rumah tanpa nyuruh Yuno ikut masuk, tapi gue tahu dia lari ngejar dan ikut masuk.
Gue masuk ke kamar, taro kunci motor Yuno ke atas meja belajar dan lepas tas taro kasar ke ranjang.
"Kenapa, sih, Mas?" tanya Yuno.
Gue males jawab, harusnya dia paham.
"Ya, Lord! Cemburuan banget, Anjiir!!" keluh Yuno dengan ngedongak dan pejamin mata. "Gue cuma bangun suasana biar nggak canggung doang, Mas!" Dia mulai ngejelasin. "Dikit-dikit marah, dikit-dikit cemburu, dikit-dikit emosi,"
Gue nggak jawab dan milih duduk lepas kaos kaki.
"Oke! Tenang, Yuno ... tenang," Dia menenangkan diri sendiri tapi sengaja ngerasin suara mungkin biar gue ngerti. "Api kalah ama air," Lanjutnya terus ambil napas dalam. "Kan cuma ngobrol doang, Mas ...," suaranya lebih lembut.
"Janjinya apa?" Gue longgarin dasi dan buka dua kancing kemeja teratas.
"Nanti gue dikata sombong, kami cuma ngobrol doang, Yudhaa ...,"
"Ya udah, ngobrol aja sama dia," Jeda. "Tapi nggak usah ngobrol lagi sama gue," Dan noleh ke dia natap tepat di mata.
"Ah! Asu! Kesel gue," umpat dan rengek Yuno sambil pejamin mata sambil ngedongak. "Nggak usah kayak uke, deh, Mas!"
"Asyik sama dia?"
"Astaga,"
"Suka?" Lanjut gue makin nggak suka.
"Ngabekan, fiks uke!" Yuno silangin tangan di dada.
Gue tarik napas dan balik nyorot lurus ke dinding, gue nggak mau marah jadi gue tenangin diri dengan diem.
"Uke, Yudha kalau ngambek kaya uke," Tapi Yuno malah ngajak bercanda jadinya. "Kalau ngambekan berati fiks uke,"
Gue nggak suka, meski mungkin tujuannya biar amarah gue reda, tapi kobaran api justru makin menguasai dada. Gue nggak suka saat gue serius malah diajak bercanda.
Gue tarik napas, kesalahan Yuno cuma satu, dia nggak tepat janji. Meski api amarah makin membumbung tinggi, gue nggak mau lupain ini.
"Udah, ah! Nggak usah kaya uke,"
"Lu nggak tepat janji," Gue noleh lagi ke dia. Sebeneranya Yuno cukup minta maaf aja, dan mungkin gue bisa reda meski malah diajak bercanda kayak gini, gue nggak mau terlarut. "Minta maaf, Yun!" suruh gue tenang dan balik nyorot dinding.
"Bukan nggak tepat janji, tapi emang situasinya harus gitu, gue nggak mau dikatain sombong,"
"Minta maaf,"
"Ah! Lu nggak paham, susah emang kalau udah sama manusia ansos,"
"Minta maaf," suruh gue pake nada tenang, meski gemuruh tetap menyerang.
Yuno diam.
"Yuno," panggil gue masih setenang tadi, padahal gemuruh di dada makin tinggi.
Yuno tetep diam.
"Yuno Haris Samudra," Gue panggil nama lengkapnya biar sadar kalau gue serius.
"Wih! Nama gue, tuh!" Dia malah ngajak bercada lagi, kayaknya dia nggak paham situasi atau mungkin lagi-lagi coba nenangin gue yang lagi dikuasai api biru ini pakai caranya yang basi.
Dan justru ini malah bikin amarah gue makin membumbung tinggi. Tarik napas, sebisa mungkin gue coba tetep tenang. "Yun," Sekali lagi gue minta dia minta maaf.
"Apa?"
"Minta maaf," titah gue, karena gue cuma butuh itu dari cowok yang gue sayang tapi nggak tepat janji ini.
Yuno tapi malah diam.
"Minta maaf, karena lu nggak tepat janji," perintah gue lagi.
"Lu ansos, lu nggak paham,"
"Minta maaf,"
"Ayolah, Yud-"
"YUNO HARIS SAMUDRA!!" Bentak gue kalap dengan berdiri.
Yuno pejamin mata erat detik itu juga.
"GUE NGGAK SUKA SAAT APA YANG MENURUT GUE BENER, TAPI ORANG LAIN COBA RUBAH CARA PANDANG GUE! GUE NGGAK SUKA! LU CUMA GUE SURUH MINTA MAAF!"
"Ma-maaf," Dia gemetar.
"Sial," umpat gue ke diri sendiri dan duduk ke tepian ranjang kasar, ngerunduk pijet pangkal hidung, gue kelepasan.
Nelen ludah kasar dan noleh lagi nyorot Yuno yang masih diem dengan dada kembang kempis tetep pejamin mata.
Gue tarik napas dan berdiri lagi, raih pergelangan tangannya buat ajak dia masuk kepelukan. Oke! Gue yang merasa bersalah sekarang.
"Awas!" Di dorong kasar dada gue, dan dengan langkah lebar dia keluar kamar setelah raih kunci motor di atas meja belajar kasar.
"Sial,"
Tbc ...
An : Berantem beneran mereka, jadi team siapa?
Yuno?
Yudha?
Gue tahu, pati uke banyak yang bela, sudah hukum alam, uke selalu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Novela Juvenil[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...