Vote dulu....
Kangen?
Ya, udah jangan pundung, gue udah balik ini,
Siap diajak lari lagi? Ayo gandengan tangan, kita lelarian lagi maju ke depan nuju bahagia bareng Yudha dan Yuno.
Happy reading!
.
.
.
Tiga hari udah gue selesai lewatin masa skors, hari ini masuk lagi kayak biasa. Dan karena gue masuk, jatah uang saku kembali didapat, jadi nanti rencana pulang sekolah mau bayar sisa hutang janji gue ke Yuno beliin lima coklat.
Gue berangkat bareng Ayu tadi, tapi sekarang dari parkiran jalan sendiri nuju kelas karena Ayu lari duluan mau nyamperin uke sexy multifungsi-nya si Fahri.
Kaya biasa gue jalan nggak liat kanan kiri dan nggak nyapa siapa pun. Nyampe gue naik ke lantai dua dan pemandangan pertama yang gue liat adalah Yuno lagi ketawa di depan kelas Nizam, dan sialnya ada Gusti yang juga ikut ketawa di sana.
Dada gue panas, makin panas pas liat Yuno ninju main-main lengan Gusti akrab. Gue nggak tahu apa yang mereka obrolin, tapi mereka kelihatan nyaman satu sama lain.
Sial! Bener emang, Yuno si vibe Matahari bisa luluhin es abadi, buktinya Gusti yang terkenal dingin, angkuh dan tak tersentuh bisa ketawa lebar begitu.
Tarik napas, dada makin panas pas langkah gue makin deket dan denger tawa renyah mereka berdua.
Bodo amat, gue jalan lurus dan lewatin Yuno gitu aja nuju kelas.
"Loh! Yudha!" panggil Yuno di belakang yang baru gue lewatin.
Gue nggak noleh.
"Gue duluan, Gus!"
Ck! Pake acara pamit segala dia.
Gue tetep masuk ke kelas dan kedengeran suara kaki Yuno lari ngejar di belakang.
"Mas!" Dia rengkuh lengan gue.
Tahan-tahan, gue tarik napas, mau biasa aja. Jalan nuju bangku, naro tas dan duduk.
Yuno duduk di bangku Ayu. "Leher sama telinganya merah, Mas? Gerah? Masih pagi perasaan," Dia duduk nyerong buat lihat gue sepenuhnya. "Apa demam?" Dilanjut mau nyentuh pipi pake punggung tangan.
Tapi gue tahan tangannya.
"Nggak?" tanya Yuno polos.
Gue nggak jawab. Nyampe tiba-tiba Gusti dateng ke bangku kami nyita atensi Yuno sepenuhnya. "Yun! Ikut gue bentar," ajaknya ke Yuno.
Yuno noleh ke gue sekilas dan balik natap Gusti, dia kedip satu kali dan ngedengung. "Eee ...," Dengan pelan ngalihin pandang lagi dari Gusti yang ngedongak tadi ke gue.
"Yudha?" tanya Gusti ke Yuno. "Yud! Pinjem pacarnya bentar,"
Dan tanpa persetujuan gue, ditarik aja pergelangan tangan Yuno buat diajak keluar kelas.
Bara api dalam dada gue makin berkobar, bahkan ibarat api ini semakin membumbung tinggi sebelum menyentuh minyak, apa-apan Yuno? Bahkan dia tanpa nolak mau aja digandeng begitu.
Remas kuat kepalan tinju nyampe rasaya kuku-kuku jari gue nusuk ke kulit telapak tangan. Gue liat di ambang pintu kelas mereka ngobrol tanpa Gusti lepas gengaman tangannya di pergelangan tangan Yuno.
Tarik napas coba rendam api yang mungkin sekarang bisa melahap apa pun tanpa permisi. Masih gue liatin dengan coba atur napas yang memburu, nyampe gue liat tangan Gusti keangkat nyentuh rambut depan Yuno dan-
Brak!
-Gue gebrak meja detik itu juga dan berdiri. Pake langkah lebar gue nyamperin mereka di ambang pintu, kasar gue tarik pergelanag tangan Yuno dan seret dia buat ikut gue.
"Yudha ... Yudha, Yudha!" Yuno di belakang coba membandul tubuh dan berusaha lepasin pergelangan tangannya yang gue genggam erat dan ajak naik ke rooftop ini.
Gue marah, marah banget asli!
Buka pintu rooftop kasar dan hempasin Yuno juga nggak kalah kasar nyampe dia kehuyun ke depan. Amarah gue udah di ubun-ubun, api di dalam dada gue kian berkobar dan membumbung.
Marah yang udah nggak bisa lebih lama lagi gue tahan. Kalau mau, gue bakar semuanya nyampai jadi abu.
"Kenapa, sih?" tanya Yuno sambil pegangin pergelanan tangannya yang tadi gue cengkram erat.
Gue tarik napas dan ngedongak. Nelen ludah coba lagi redupin api yang berkobar. Kacak pinggan dan natap Yuno. Jilat bibir bawah baru gue tanya. "Sedektet itu?" Pake nada tenang meski gemuruh tetap menyerang.
"Apanya?"
"Dua hari nggak ada gue, lu udah bisa sedeket itu sama Gusti?" Ulang gue memperjelas. Jeda, gue ngedengus jengah. "Sialan," Dan buang muka lagi.
"Apanya, sih, Yud?"
"Dikasih coklat lagi lu?" tanya gue lagi.
"Kenapa, sih? Gue cuma ngobrol doang,"
"Sambil gandengan tangan?" Setenang mungkin gue atur nada bicara meski haslinya tetep nyalang, padahal berharap bisa redam amarah di dada tapi nggak bisa. "Itu tadi di depan gue, loh? Gimana di belakang gue selama dua hari kemaren?"
"Gusti cuma mau gabung SGG,"
"Ditolak!" Mutlak gue tegas.
Yuno diem, gue juga diem dan milih nyorot jauh lurus ke atap-atap gedung.
Lama kami diem-dieman, angin semilir lembut nerpa kulit dan gue tarik napas dalem, noleh ke Yuno yang sekarang nunduk usak-usakin ujung sepatunya.
"Gue nggak suka dia, Yun ... gue nggak mau ada orang lain," Jeda sejenak dengan gue nyorot pergelangan tangan Yuno yang tadi gue cekram kuat, merah di sana mendadak gue merasa bersalah jadinya.
"Gue dibentak," sendu Yuno dengan masih nunduk.
Pijet pangkal hidung, sekeras itu kah tadi gue marah-marah? Perasaan tadi gue nggak ngebentak, cuma tegas nolak. Cemburu emang bikin gue gila ternyata. "Sorry," kata gue akhirnya. "Gue kalap, gue cemburu Gusti nyentuh rambut lu,"
"Eumb," Yuno makin kembungin pipi. "Pacar gue galak," Suaranya getar. "Tangan gue sakit," Dia pegang pergelangan tangannya sendiri yang gue cengkram tadi.
Gue tarik dia ke pelukan. "Sorry gue marah banget tadi, gue nggak suka,"
"Jangan marah, lu serem," Yuno balas erat pelukan gue di pinggang dan usakin muka ke dada.
Gue tarik napas. "Lu bikin emosi,"
"Pengin bilang I love you too," rajuknya sendu.
Buang napas, gue ngalah. "I Love you, tolong jangan ulangi,"
Yuno ngangguk dua kali. "Jangan marah!" Dia pukul punggung gue pake kepalan tangan. "Gue takut, nanti gue nggak bisa nagih sisa utang lima cokelat lu,"
"Iyaa,"
"Tangan gue sakit, 'kan jadinya," Dia urai peluk dan nujukin pergelangan tangannya yang merah.
Gue pegang lembut dan usap pake jempol, sekasar ini ternyata gue ke dia karena ada sedikit cecakan kuku juga di sana. "Sorry," Dan gue kecup bagian dalam pergelangan tangan itu hangat. "Maaf, yah?" Dilanjut natap Yuno lembut berharap dia maafin gue.
Yuno ngangguk sendu.
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shitometri Love [Juara Kedua]
Teen Fiction[Boys Love] "Anjiir ... gila si nolep ini, nggak cuma cewek atau cowok doang yang naksir, setan juga naksir," Gue Yudhayaksa Rahagi, Cowok nolep kalau kata temen fujo akut gue si Ayu, tapi kata nyokap gue ganteng, kok! Meski kaca mata gue tebel, tap...